Roket Long March 5B (CZ-5B) dari Cina Jatuh di Dekat Kalimantan

Lusita Amelia . August 01, 2022

Peluncuran roket Long March 5B yang membawa Tianhe (inti modul) pada tahun 2021. SpaceNews

Teknologi.id - Ketika membicarakan tentang roket, yang terlintas di pikiran adalah sebuah mesin berbentuk lonjong yang diterbangkan ke luar angkasa. Teknologi roket merupakan salah satu teknologi mutakhir yang sering diperbincangkan oleh orang banyak. Hal ini lantaran roket menunjukkan adanya perkembangan ilmu yang dapat dijadikan bahan pembelajaran.  Namun, apa jadinya bila roket tersebut tidak sampai di lokasi yang dituju atau dalam kata lain keluar lintasan? Tentu saja akan berdampak kepada lingkungan di sekitar jatuhnya roket dan menimbulkan pertanyaan mengenai penyebab jatuhnya roket tersebut.

Tepatnya pada tanggal 30 Juli 2022, pukul 10:45 MDT, sebuah roket luncuran dari China melintasi Samudera Hindia yang kemudian jatuh pada Minggu, 31 Juli 2022. Kejadian ini dibuktikan melalui sebuah video dari seorang warga melalui akun twitternya, @nazriacai, yang merekam ketika roket tersebut melintas di atas langit. Berikut adalah cuplikan video yang direkam dalam cuitannya tersebut

This tweet is unavailable

Akun tersebut berlokasi di Jalan Bako, Kuching, Malaysia. Namun, pihak Badan Antariksa Malaysa (Mysa) menyatakan melalui akun resmi Twitter-nya (@MYSAagensi) bahwa masyarakat tidak perlu khawatir roket dan puing-puingnya akan jatuh di negara mereka. Hal ini disebabkan kondisi geografi malaysia yang merupakan negara kecil dan terdiri dari lebih banyak perairan. Menurut pernyataan dari MYSA, puing-puing roket ini terbakar saat kembali lagi ke Bumi dan jatuh di Laut Sulu, di timur laut Pulau Kalimantan. Tepatnya di kawasan antara latitud 91 derajat Utara dan longitude 119.0 derajat Timur. 

Kendati demikian, jatuhnya roket Long March 5B seri CZ-5B meresahkan masyarakat karena ini sudah kali ketiga peristiwa yang terjadi sejak peluncuran roket pertama oleh Cina. Dilansir dari RMOL.id, roket ini diluncurkan oleh China untuk mengirimkan modul laboratorium ke stasiun luar angkasa baru Cina, stasiun Tiangong, yang sedang dibangun.  Roket Long March 5B ini terdiri dari tiga modul yang dirancangkan meluncur oleh Cina.

Jatuhnya roket ini menimbulkan keresahan dan juga kekhawatiran dari berbagai peneliti luar angkasa mengenai kesiapan Cina dalam meluncurkan pesawat ruang angkasa dengan jumlah beban yang besar. Roket ini diluncurkan pertama kali pada tahun 2020 dengan ambisi untuk memiliki dan menjalankan stasiun luar angkasa negaranya sendiri. Namun, kekhawatiran ini timbul sejak penerbangan roket pertama pada tahun 2020. Puing-puing roket mendarat di Pantai Gading dan merusak beberapa bangunan di negara Afrika tersebut.

Baca juga: Blokir PayPal hingga Steam, LBH Jakarta Ajak Publik Gugat Kominfo

Kejadian serupa terjadi pada April 2021, yang mengangkat modul inti dari stastiun luar angkasa Tiangong. Roket dengan jenis yang sama kembali ke bumi melalui semenanjung Arab dan menghasilkan puing-puing yang terlempar di atas Samudera Hindia (CNN Indonesia, 2022). Keinginan Cina ini dianggap terlalu memaksakan diri dengan ditandai insiden jatuhnya puing roket yang pernah terjadi sebelumnya. Bill Nelson, Administrator NASA ke-14, mengatakan di akun twitternya mengenai fenomena ini,

"... prediksi yang andal tentang potensi risiko dampak puing-puing, terutama untuk kendaraan angkat berat, seperti Long March 5B, yang membawa risiko kerugian jiwa dan harta benda yang signifikan. Melakukan hal itu sangat penting untuk penggunaan ruang yang bertanggung jawab dan untuk memastikan keselamatan orang-orang di Bumi." - @SenBillNelson (31/7/2022)

Hasil akhir dari kejadian ini adalah tidak ada korban jiwa yang terdampak akibat jatuhnya serpihan roket tersebut. Akan tetapi, negara Cina menjadi di bawah pengawasan ketat badan-badan pengawas stasiun luar angkasa karena terulangnya kejadian yang serupa. Apabila kejadian ini terus terjadi, dikhawatirkan roket tersebut suatu saat akan mendarat di daratan yang berpenghuni. 

Tidak adanya pernyataan resmi baik dari China National Space Administration (CNSA) ataupun pemerintahan Republik Rakyat Cina (RRC), mengenai detail informasi akan kejadian ini menjadikan negara tersebut dinilai tidak memiliki transparansi dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan yang mungkin terjadi.

Masyarakat tetap diarahkan untuk waspada dan berhati-hati dengan tidak mendekati puing-puing serpihan roket tersebut apabila terlihat di daratan. Serpihan tersebut dapat mengandung bahan aktif yang membahayakan bagi tubuh manusia. Dari kejadian ini kiranya dapat menjadi sebuah pembelajaran agar lebih memperhatikan lagi kesiapan pesawat sebelum diluncurkan.

(LA)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar