Lama Tak Terdengar, Bagaimana Nasib Firefox Saat Ini?

Farrel Yudhistira . February 17, 2022


Foto: PCMag India


Teknologi.id - Seperti yang kita ketahui, Firefox merupakan web browser ciptaan Mozilla yang rilis pada tahun 2002 dan sempat tenar pada masanya. Pada tahun 2008, Firefox memiliki ketenaran yang cukup tinggi. Dari 1,5 miliar orang yang online menggunakan browser Mozilla untuk menavigasi web, 20% diantaranya menggunakan Firefox. Di Indonesia sendiri, hampir seluruh pengguna internet pada saat itu menggunakan Firefox, begitu juga beberapa negara seperti Makedonia, dan Slovenia. Ken Kovash, presiden Mozilla pada saat itu mengatakan bahwa tingkat pasar Mozilla telah tumbuh sangat pesat di blog nya yang ia tulis 15 tahun yang lalu. Namun kini, sepertinya masa - masa itu telah berubah.


Statistik Mozilla sendiri telah menunjukkan terdapat penurunan sekitar 30 juta pengguna aktif bulanan dari awal 2019 hingga awal 2022. “Dalam beberapa tahun terakhir, apa yang kami lihat sebenarnya adalah penurunan yang cukup besar,” ujar Selena Deckelmann, wakil senior presiden Firefox.


Selama dua dekade, semenjak Firefox diluncurkan melalui Netscape, hal ini telah menjadi kunci untuk membentuk privasi dan keamanan web, dengan para staf memberikan lebih banyak keterbukaan online serta standar yang lebih baik. Tahun depan, kesepakatan pencarian Mozilla dengan Google, yang merupakan sumber pendapatan terbesarnya akan segera berakhir. Sudah banyak browser lain ikut berfokus pada privasi pengguna yang bersaing di wilayahnya, hal ini juga merupakan kesalahan fitur baru yang telah mengancam untuk menghilangkan fungsi utamanya. Semua hal ini mengkhawatirkan masa depan Firefox nantinya.


Baca Juga: Mozilla Hentikan Firefox Versi VR


Selama bertahun-tahun, privasi merupakan pesaing terbaik untuk menyaingi Google Chrome. “Chrome telah memenangkan perang browser desktop,” kata seorang mantan anggota staf Firefox, yang bekerja pada pengembangan browser di Mozilla. Harapan mereka untuk kebangkitan Firefox cukup rendah. “Sangat tidak masuk akal bagi Firefox untuk mengharapkan kemenangan kembali.” ujar mantan karyawan Mozilla lainnya.


Mozilla dan Google memiliki hubungan yang cukup rumit. Meskipun mereka merupakan pesaing ketat, mereka juga memiliki kontrak bisnis. Setiap tahunnya, Google membayar Mozilla ratusan juta dolar dalam bentuk royalti. Beberapa laporan mengatakan bahwa angka tersebut saat ini berada di kisaran $400 juta per tahun agar Google menjadi pencarian bawaan di halaman utama Firefox.


Dalam laporan keuangan pada tahun 2020, Mozilla mencatat total pendapatannya sebesar $496 juta, dengan royalti dari kesepakatan pencarian setara dengan $441 juta. Firefox juga memiliki kontrak dengan mesin pencari bawaan lainnya, seperti Yandex Search di Rusia.


Bagi Deckelmann, menjadikan Firefox lebih personal merupakan kuncinya. Dia mengatakan hal ini termasuk mencoba untuk meningkatkan fungsionalitas browser agar setiap orang merasa lebih nyaman.“Sekarang hampir tidak mungkin bagi orang untuk mengelola semua informasi ini,” kata Deckelmann. Mozilla juga telah berfokus pada kerjasama brand, termasuk baru-baru ini mereka bekerja sama dengan Facebook Meta untuk mendorong lebih banyak iklan yang berfokus pada privasi.


Deckelmann menambahkan bahwa Firefox tidak perlu sebesar Chrome atau Safari Apple, browser terbesar kedua. “Yang kami inginkan hanyalah menjadi pilihan yang layak,” kata Deckelmann. “Kami berpikir bahwa hal ini membuat internet yang lebih baik bagi semua orang untuk memiliki opsi yang berbeda.” tambahnya.


(FY)

author1
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar