Gantikan Llama, Model AI ‘Avocado’ Jadi Taruhan Besar Meta di 2026

Yasmin Najla Alfarisi . December 10, 2025

Foto: Pluang

Teknologi.id -  Tahun lalu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, optimis soal model AI Llama-nya, memperkirakan model tersebut akan memimpin industri dan "membawakan manfaat AI ke semua orang". Namun, antusiasmenya meredup dengan cepat; setelah mendedikasikan sebagian besar keuntungannya di bulan Januari ke Llama, ia tidak pernah menyebutnya lagi di bulan Oktober lalu. Hal ini menandakan perubahan besar: dedikasi Meta untuk model bahasa besar open-source-nya berpindah ke pendekatan AI yang baru dan agresif, didukung oleh perekrutan multi-miliar dolar untuk menantang lawan seperti OpenAI, Google, dan Anthropic.

Menjelang berakhirnya tahun 2025, beberapa orang dalam dan ahli industri melihat strategi Meta sebagai serampangan. Situasi ini membuat Meta terlihat tertinggal jauh di belakang para pesaing AI-nya, yang modelnya berhasil terus diadposi oleh konsumen dan pasar perusahaan secara cepat.

Baca juga: Rugi Triliunan, Ambisi Metaverse Mark Zuckerberg Berakhir Pahit

Munculnya 'Avocado' dan Pertimbangan Open-Source

Saat ini Meta sedang mengembangkan pengganti Llama, sebuah model AI terdepan dengan kode nama Avocado. Banyak yang mengira model ini akan diluncurkan di akhir 2025, namun rencana tersebut sudah diundur ke kuartal pertama 2026 karena uji kinerja yang sedang berlangsung. Seorang juru bicara Meta mengatakan pelatihan modelnya akan "berjalan sesuai rencana".

Kegagalan Llama 4 di bulan April merupakan pemicu utama bagi perubahan arah Zuckerberg. Selama musim panas, ia mengisyaratkan bahwa Meta akan mempertimbangkan kembali filosofi open-source-nya, mengutip resiko seperti Lab AI milik Cina, DeepSeek, memadukan arsitektur Llama dengan model R1 milik mereka. Sebagai konsekuensi, model Avocado yang akan datang diperkirakan akan menjadi proprietary (closed-source), artinya developer luar tidak akan bisa mengakses komponen intinya.

Tekanan Finansial dan Perubahan Kepemimpinan

Foto: Meta Store

Wall Street menuntut pengembalian investasinya (ROI) terutama setelah saham Meta berkinerja buruk di sektor teknologi. Tekanan ini semakin intens saat Meta menghabiskan $14.3 miliar (Rp 238 triliun) di bulan Juni untuk merekrut founder Scale AI, Alexandr Wang dan membeli saham perusahaannya. Selanjutnya, Meta menaikkan perkiraan pengeluarannya di 2025 dari $70 miliar (sekitar Rp 1.168 triliun) ke $72 miliar (sekitar Rp 1.201 triliun). Analis menilai Meta yang awalnya terlihat sebagai pemenang AI, sekarang dihadapkan pertanyaan sulit seputar tingkat investasi dan ROI.

Zuckerberg melakukan rombak besar-besaran internal. Chris Cox, veteran perusahaannya selama 20 tahun, disingkirkan dari mengawasi unit GenAI setelah kegagalan Llama 4. Zuckerberg menggantikan karyawan internal yang telah lama bekerja di perusahaannya dengan orang-orang luar, menunjuk Alexandr Wang (28 tahun, mantan CEO Scale AI) sebagai Chief AI Officer baru Meta dan kepala laboratorium elit TBD Lab, tempat Avocado sedang dikembangkan. Ia juga merekrut mantan CEO GitHub, Nat Friedman dan co-creator ChatGPT, Shengjia Zhao.

Minggu lalu, perusahaannya juga mengonfirmasi rencana pemotongan sumber daya untuk inisiatif terkait metaverse dan virtual reality. Secara resmi menggeser perhatian ke produk yang ditenagai AI, seperti kacamata populer mereka yang dikembangkan dengan EssilorLuxottica, memprioritaskan teknologi baru.

Baca juga: Meta Gaet Desainer Veteran Apple ke Studio Kreatif Baru: Reality Labs

Konflik Budaya dan Dominasi Pesaing

Para pimpinan baru, yang ahli dalam infrastruktur, membawakan gaya manajemen yang tidak familiar bagi Meta. Laporan dari orang dalam mengatakan kalau TBD Lab-nya Wang beroperasi seperti perusahaan startup terpisah di dekat kantor Zuckerberg, dengan anggotanya yang jarang menghadiri perkumpulan internal perusahaan dan tempat kerja, untuk komunikasi yang lebih "tertutup". Mereka menjunjung tinggi mantra "Demo, don't memo (Lakukan, jangan hanya dicatat)" untuk pekembangan cepat, melihat proses tradisional software sebagai hambatan.

Kepemimpinan baru ini berada di bawah tekanan intens untuk dapat mengantarkan model tingkat atas. Tekanan tersebut hanya akan bertambah jika Gemini 3 milik Google dan GPT-5 milik OpenAI memperkenalkan update baru, sementara Anthropic mendebutkan Claude Opus 4.5 di bulan November. Saat konferensi pendapatan Nvidia, CEO Jensen Huang menyorot pelanggan besar seperti OpenAI, Anthropic, dan xAI, tetapi tidak meyebut Llama. Friedman juga dikritik seteleh peluncuran Vibes di bulan September, sebuah layanan video yang dianggap inferior dibanding Sora 2 milik OpenAI.

Tekanan internal semakin terasa; dengan jam kerja 70 jam seminggu telah menjadi rutinitas organisasi AI. Pada bulan Oktober, Meta memangkas 600 pekerjaan di MSL, restrukturasi yang dikabarkan berkontribusi pada keputusan Chief AI Scientist Yann LeCun untuk mundur. Meskipun dihadapi tantangan-tantangan ini, Zuckerberg tetap optimis, menyatakan kalau MSL "memulai dengan kuat" dan memiliki "kepadatan talenta tertinggi di dalam industri".


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar