Foto: BAE Systems
Teknologi.id – Perusahaan kedirgantaraan asal Inggris, BAE Systems baru saja mengembangkan pesawat tanpa awak atau drone yang bernama PHASA-35. Drone ini akan terbang lebih lama dari drone biasa di stratosfer.
Stratosfer merupakan bagian dari atmosfer yang tidak terbebani oleh pesawat atau satelit lain. PHASA-35 adalah singkatan dari Persistent High Altitude Solar Aircraft, sedangkan angka 35 memiliki arti lebar sayapnya dalam meter, yakni 115 kaki, selebar Boeing 737.
Yang membuatnya berbeda dari yang lain, drone ini akan berjalan pada mesin bertenaga surya listrik di siang hari, dan baterai lithium-ion di malam hari. Drone dirancang untuk terbang pada ketinggian sekitar 65.000 kaki di stratosfer, lapisan antara atmosfer Bumi dan ruang angkasa.
Baca juga: Jepang Uji Coba Motor Terbang, Indonesia Kapan Nyusul?
Sebagai perbandingan, pesawat konvensional tidak terbang lebih tinggi dari 42.000 kaki. Karena udara di sana sekitar seribu kali lebih tipis daripada yang lebih dekat ke Bumi, sayap pesawat harus sangat panjang agar tetap mengudara.
Namun, berkat tenaga surya memungkinkan PHASA-35 untuk tetap mengudara hingga satu tahun dan pada ketinggian 65.000 kaki, di atas semua lalu lintas dan sebagian besar cuaca. Drone ini memiliki kecepatan laju yang rendah, hanya sekitar 15 hingga 30 mil per jam
"Itu bertahan untuk waktu yang lama dan itu bisa terlihat jauh. Itu adalah dua atribut kunci nyata untuk platform pengawasan,” ungkap penasihat penerbangan untuk BAE Systems, Drew Steel seperti dikutip dari Popsci, Senin, 1 November.
PHASA-35 didesain pada awalnya di perusahaan asal Inggris, Primastic. Kemudian, diakuisisi oleh BAE Systems. Prismatic diketahui telah membangun dua pesawat konsep PHASA-35 hanya dalam dua tahun.
Namun, PHASA-35 tidak dirancang untuk menggantikan satelit, karena hanya dapat membawa muatan seberat 33 pon, seperti kamera dengan resolusi 8 inci. Berarti PHASA-35 dapat mengamati pergerakan orang, kendaraan, kapal atau pesawat yang mungkin menarik bagi militer. Tetapi sistem ini juga menarik bagi organisasi sipil yang perlu memantau sesuatu seperti kebocoran minyak atau kebakaran hutan.
“Anda akan membutuhkan beberapa pesawat ini di atas sana, tersebar di zona yang berbeda, karena mereka tidak terbang cepat, sekitar 30 mph, jadi mungkin perlu beberapa hari bagi seseorang untuk mencapai posisi misinya. Begitu sampai di sana, ia akan menerbangkan jalur penerbangan yang sesuai dan bahkan bisa diam," ujar Steel.
"Jika misinya adalah untuk melihat petak kecil dan ada angin 10 knot (11,51 mph), misalnya, kita bisa memperlambat kecepatan pesawat hingga 10 knot dan kemudian akan diam," imbuhnya.
(MIM)
Tinggalkan Komentar