Foto: Mashable SE Asia
Teknologi.id - Semakin hari, perkembangan teknologi semakin mampu melakukan sesuatu diluar nalar dan dugaan manusia. Terbaru, para peneliti telah berhasil mengembangkan teknologi untuk mengajari bayam.
Ya, kamu tidak salah baca. Dilansir dari Mashable SE Asia, pada hari Senin (22/2), para peneliti di Massachusetts Institute of Technology (MIT) berhasil mengajari tanaman bayam untuk mengirim email. Para peneliti ini diketahui menggunakan nanoteknologi untuk mengubah tanaman bayam menjadi sensor yang dapat mendeteksi bahan peledak di dalam tanah, dan kemudian mengirimkan email peringatan saat mereka mendeteksinya.
Cara kerjanya adalah peneliti akan memasukan karbon nanotube ke dalam daun yang mampu membuat tanaman bayam untuk mendeteksi keberadaan nitroaromatika (senyawa yang biasa ditemukan di ranjau darat dan bahan peledak lainnya) di air tanah sekitarnya. Setelah itu, secara nirkabel tanaman tersebut akan menyampaikan temuan mereka kembali kepada para ilmuwan melalui sinyal yang dikirim ke kamera inframerah terdekat yang dapat memicu notifikasi email.
Teknologi ini adalah bagian dari bidang studi yang disebut nanobionik tanaman, dimana komponen dan sistem elektronik dapat dimasukkan kedalam tanaman hidup. Profesor Michael Strano, pemimpin penelitian ini menjelaskan bahwa tanaman secara alami menghasilkan ahli kimia analitik yang sangat baik.
"Mereka memiliki jaringan akar yang luas di dalam tanah, terus-menerus mengambil sampel air tanah, dan memiliki cara untuk mengalirkan air itu sendiri ke daun," kata Michael.
"Ini adalah demonstrasi baru tentang bagaimana kami telah mengatasi penghalang komunikasi tumbuhan atau manusia,” lanjutnya.
Baca juga: Canggih Banget! Robot Ini Bisa Digunakan Untuk Memetik Buah
Selain mendeteksi bahan peledak, melalui tes yang dilakukan sebelumnya, teknologi tersebut juga terbukti mampu mengamati perubahan ekologi dan mendeteksi adanya polutan di sekitarnya.
Dalam tes lainnya, Strano dan timnya juga berhasil menciptakan tanaman yang dapat mendeteksi hidrogen peroksida, Trinitrotoluene (disebut juga TNT), gas saraf sarin, dan bahkan dopamin.
Tim yakin bahwa teknologi tersebut dapat digunakan di lebih banyak varietas tanaman umum. Hal ini didasari karena pada awalnya, pengujian menggunakan tanaman laboratorium umum setelah kemudian beralih menggunakan bayam biasa hanya untuk mendemonstrasikan keserbagunaan teknik tersebut.
Baca juga: Peneliti Temukan Malware Misterius yang Infeksi Mac M1
Saat ini, tim MIT sedang bekerja untuk menciptakan lebih banyak sensor yang berfungsi untuk berbagai tujuan, seperti memahami cara kerja bagian dalam tanaman agar mengetahui manfaatnya. Hal ini tentu dapat membantu ahli botani meningkatkan hasil tanaman seperti tanaman tapak dara Madagaskar yang diketahui menghasilkan senyawa dalam obat-obatan untuk mengobati kanker.
(st)
Tinggalkan Komentar