Perkembangan digital sangat meningkat di Indonesia terlebih selama pandemi Covid-19 saat kita menghindari kontak langsung untuk mencegah penyebaran virus. Hal ini mendorong proses transformasi digital dalam kehidupan sehari-hari seperti belanja tanpa uang tunai (cashless) sampai belanja sayuran melalui e-grocery. Akan tetapi, masifnya peran teknologi digital ini memberikan dampak buruk lain yaitu kejahatan siber yang semakin tinggi.
Menurut data BSSN pada tahun 2021, setiap hari hampir ada 7 juta sampai 10 juta ancaman di internet yang masuk ke kementerian, lembaga maupun di perusahaan-perusahaan. Ditambah lagi, Indonesia merupakan peringkat ketiga pengguna internet di Asia dengan jumlah 202 juta pengguna sehingga menghadirkan lebih banyak peluang kejahatan siber seperti pencurian data pribadi, peretasan situs pemerintah atau swasta yang banyak terjadi saat ini.
Baca juga: Bjorka Bocorkan Data, Bukti Urgensi Peraturan Keamanan Siber!
Saat ini, kejahatan siber tidak hanya terjadi kepada masyarakat atau konsumen tapi juga pada perusahaan dan pemerintah yang kini banyak menyimpan data dalam bentuk digital. Berikut adalah 5 dampak kejahatan siber bagi bisnis digital.
1. Serangan siber dapat menghentikan jalannya sebuah bisnis
Saat serangan siber terjadi, sistem akan terkunci sehingga para karyawan tidak dapat mengakses data yang penting. Gangguan yang disebabkan oleh kejahatan siber ini bervariasi tergantung pada sifat dan cakupannya, mulai dari gangguan kecil sampai kegiatan usaha yang terhenti. Selain itu, pekerjaan team IT akan semakin bertambah karena mereka harus fokus pada upaya pembersihan, mencari penyebab serangan, dan memperbaiki sistem.
Pada tahun 2021, Transnet, perusahaan kereta api, pelabuhan dan pipa milik Afrika Selatan diserang hacker atau peretas. Akibatnya, Trasnet menghentikan operasi selama beberapa hari di terminal peti kemas di Durban, Port Elizabeth, dan Cape Town karena terganggunya proses dan fungsi normal TPT atau kerusakan peralatan atau informasi. Kejadian ini tentunya merugikan bagi perusahaan karena tidak berhasil memenuhi kontrak dan menghambat produktivitas kerja.
2. Hilangnya data rahasia pelanggan dan informasi bisnis penting
Saat ini, data disebut sebagai sumber minyak baru dan sayangnya para penjahat siber sangat memahami hal ini sehingga terus berupaya menemukan cara baru untuk mendapatkan akses ke berbagai data rahasia. Misalnya, data paten, produk, strategi rahasia bisnis, data karyawan, data pelanggan, dll.
Pada tahun 2020, 91 juta akun pelanggan dan 7 juta akun merchant Tokopedia diretas oleh Whysodank dan dijual di forum Darkweb bernama EmpireMarket. Jika jatuh pada tangan yang salah, data penting tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan penipuan dan pengambilalihan akun-akun di internet. Oleh karena itu, keamanan data dan informasi harus selalu dijaga agar tidak bocor.
3. Serangan siber itu mahal
Serangan siber dapat mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi bisnis. Kerugian ini dapat menambah beban usaha karena harus membayar tebusan, penipuan transfer uang (dari pelanggan atau rekening bisnis), penurunan penjualan akibat bisnis yang terhenti, jatuhnya kepercayaan investor, dan masih banyak lagi.
Para peretas atau hacker umumnya mengejar basis data penting perusahaan agar dapat meminta tebusan setelah data tersebut diambil. Hal ini disebut ransomware yaitu serangan malware yang bertujuan mengunci dan mengenkripsi perangkat komputer milik korban. Kemudian, peretas akan meminta uang tebusan untuk memulihkan aksesnya. Selain membayar ransomware, perusahaan mungkin harus menyewa pengacara untuk membayar kerugian pada konsumen kita yang merasa dirugikan.
4. Rusaknya reputasi
Serangan siber menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan, loyalitas kepada suatu merek, turunnya kepercayaan dari pemegang saham, dan reputasi sebuah perusahaan secara keseluruhan.
Pada tahun 2013 dan 2014, perusahaan Yahoo mengalami pencurian data berskala besar dimana 3 miliar akun yang dikelola diretas dan merugikan 500 juta pelanggannya. Akibatnya, Yahoo diwajibkan membayar denda 50 juta dolar AS atau sekitar Rp759 miliar dan menyediakan layanan pengawasan kredit selama dua tahun kepada 200 juta orang yang informasi pribadi seperti nama, email, dan nomor ponselnya diretas. Setelah kejadian itu, reputasi Yahoo yang sudah menurun kini semakin terpuruk.
5. Kehilangan pendapatan bisnis
Salah satu dampak terburuk dari serangan siber bagi bisnis digital adalah penurunan pendapatan (revenue) karena pelanggan menjadi berhati-hati dan pindah ke tempat lain untuk melindungi diri mereka.
Salah satu contoh kasus yaitu Sony Pictures yang diserang pada tahun 2014 saat bersiap merilis film “The Interview”, sebuah komedi yang menggambarkan upaya pembunuhan terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Sony Pictures kemudian diretas, informasi sensitif termasuk email memalukan dan evaluasi kinerja para staf mereka dicuri. Banyak yang meyakini pihak Korea Utara berada di balik serangan tersebut, meski disangkal. Akibatnya, Sony Pictures tidak jadi rilis film yang telah menghabiskan biaya 30 juta dolar AS tersebut.
Baca juga: 5 Penyedia Layanan Cyber Security untuk Keperluan Bisnis
Perkembangan teknologi yang sangat cepat, semestinya mendorong para pemimpin perusahaan untuk menyiapkan berbagai strategi menghadapi kejahatan siber. Terlebih mengingat dampaknya yang besar bagi bisnis digital, perlindungan cybersecurity menjadi sangat diperlukan untuk menjaga kerahasiaan data yang dimiliki. Oleh karena itu, lindungi bisnis digital Anda melalui all-in-one cybersecurity dari ArmourZero, informasi lebih lanjut kunjungi website https://www.armourzero.com/
(Fanny Fajarianti/Performance Marketing ArmourZero)
*Sumber gambar: Unsplash/Annie Spratt
Tinggalkan Komentar