Anak Magang Sabotase Proyek AI, ByteDance Tuntut Ganti Rugi Rp18,8 M

Yasmin Najla Alfarisi . December 09, 2025

Foto: ByteDance

Teknologi.id -  Raksasa media sosial dan induk dari TikTok dan Douyin, ByteDance, menggugat pemagang lamanya karena dugaan manipulasi kode dan merusak projek latihan Artificial Intelligence (AI)-nya. Gugatan ini menuntut kerugian bernilai 8 juta yuan (sekitar Rp18.8 miliar) dan permintaan maaf secara publik, yang telah diterima Pengadilan Distrik Haidian di Beijing.

Perushaan ini sedang berinvestasi dengan jumlah yang cukup besar pada AI generatif (GenAI) untuk bersaing dengan ChatGPT milik OpenAI, menjadikan insiden ini sangat sensitif.

Baca juga: Gebrakan TikTok: ByteDance Gandeng ZTE, Lahirkan Smartphone AI yang Ludes Instan

Detail Kejadian dan Respon Internal

Berdasarkan South China Morning Post, kejadian ini berawal di di bulan Oktober 2024, saat rumornya beredar di media sosial Cina kalau seorang pemagang ByteDance menyebabkan kerusakan besar ke model bahasa (LLM) perusahaan. Menurut kabar yang beredar di media sosial di Cina ini membahas tentang anak magang yang diduga sengaja menyabotase proses pelatihan model dari projek AI penting karena ketidakpuasannya terhadap alokasi sumber daya.

Rumor ini kemudian viral di beberapa forum teknologi dan platform seperti Weibo. Beberapa spekulasi mengatakan anak magang tersebut mengganggu pelatihan model AI yang menggunakan lebih dari 8.000 GPU H100 dengan memanipulasi kode, dengan total kerugian yang diklaim mencapai puluhan juta dolar. Kisah ini mendapat perhatian lebih ketika suatu rekaman tersebar pada 18 Oktober 2024 di laman anonim GitHub dengan nama akun "JusticeFighter110". Rekaman tersebut berisi pengakuan sang anak magang yang mengunggah "kode berbahaya". Namun, kebenaran dari rekaman ini langsung dipertanyakan oleh pengguna GitHub lain di hari yang sama yang menyebut rekaman tersebut palsu.

Di tengah banyaknya rumor dan spekulasi, ByteDance merasa terdesak untuk membuat pernyataan resmi. Perusahaan itu mengakui adanya insiden yang melibatkan seorang anak magang, namun menolak tegas kabar-kabar yang beredar mengenai sabotase dan total kerugian yang disebabkan, mereka menyebut pendapat tersebut dilebih-lebihkan.

Dalam pemberitahuan internal, ByteDance mengidentifikasi seorang pemagang dengan nama belakang Tian sebagai pelaku sabotase, didorong oleh ketidakpuasan terhadap pembagian sumber daya di dalam timnya. Sang anak magang, yang namanya tidak disebut, adalah bagian dari tim teknologi komersialisasi yang bertanggung jawab mengembangkan teknologi periklanan.

Pemecatan dan Tindakan Hukum

ByteDance mengonfirmasi penangguhan pemagang tersebut sejak Agustus karena sudah "sengaja merusak" pelatihan yang sedang berjalan, dan telah dipecat secara resmi di bulan yang sama setelah "sengaja" mengganggu projek pelatihan model. Dalam permberitahuan internal, Tian dikatakan telah mengubah kode dan proses pelatihan model dalam sebuah projek penelitian, yang menyebabkan besarnya sumber daya yang terbuang. ByteDance menekankan kalau insiden ini tidak mempengaruhi projek komersial resmi, kegiatan online, atau pengembangan bahasa model AI.  

Meskipun banyaknya langkah penyelidikan, sang mantan pemagang kabarnya terus menolak gugatan tersebut, sehingga menyebabkan ByteDance membawa kasus ini ke pengadilan. Perusahaan ini juga melaporkan aksinya ke dua organisasi etika profesional di Cina, Aliansi Kepercayaan dan Integritas Perusahaan dan Aliansi Anti-Penipuan Perusahaan, serta universitas Tian (Universitas Beihang dan Universitas Peking).

Baca juga: ByteDance Lepas Moonton, Mobile Legends Bisa Jadi Milik Perusahaan Saudi?

Lanskap AI ByteDance

Foto: China Daily

Kasus ini telah menarik perhatian publik seiring dengan pengembangan teknologi AI milik ByteDance. Model perusahaan ini, yang disebut Doubao (chatbot percakapan layaknya ChatGPT) telah diluncurkan pada Agustus 2023, dan menjadi aplikasi GenAI terpopuler di Cina. Doubao memiliki 51 juta pengguna aktif berdasarkan Oktober 2024. Angka ini melebihi pesaing lokalnya: Wenxiaoyan (awalnya Ernie Bot) milik Baidu yang memiliki 12.5 juta pengguna setiap bulannya, dan Kimi, yang dimiliki Moonshot AI yang didukung Alibaba, dengan 10 juta pengguna.

Perusahaan teknologi besar, termasuk ByteDance, Alibaba, dan Meituan, terus mengembangkan inisiatif AI mereka sampai ke Silicon Valley, dari membuka kantor baru, sampai merekrut talenta terbaik. Perluasan ini terjadi selagi mereka berusaha mengatasi pembatasan ekspor Amerika Serikat yang membatasi akses chip AI canggih milik Nvidia, yang sangat penting untuk mengembangkan model-model terdepan, menurut laporan Financial Times.


Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(yna/sa)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar