Derry Wijaya, Kembangkan Bahasa Pemrograman dengan Teknologi AI

Nurul Afifah . May 23, 2022
Derry Wijaya, anak bangsa pengembang kecerdasan buatan dan pemrograman bahasa
Foto: github


Teknologi id – Derry Wijaya, sosok perempuan asal Malang kelahiran 23 Desember 1979 ini memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap komputer. Di masa kecilnya di Malang, Jawa Timur sangat ingin mengetahui tentang kecerdasan buatan (AI) setelah melihat kesukaan kedua orangtuanya pada gawai baru.

Kedua orang tua Derry yang merupakan seorang dosen di Universitas Negeri Malang telah memberinya komputer pada saat remaja, meskipun awalnya hanya digunakan untuk bermain game.

Namun kian hari, rasa sukanya meningkat dan memutuskan untuk mengikuti ekstrakurikuler yang sesuai dengan kesukaannya tersebut ketika menginjak sekolah menengah atas. 

Alhasil, dari kegiatan tersebut, ia makin tertarik pada dunia pemrograman komputer karena ia menganggap komputer dapat memproses sesuatu yang sesuai dengan ekspektasi manusia. 

Oleh karena itu, ia yang awalnya berkeinginan menjadi dokter akhirnya memilih untuk mengambil jurusan Teknik Informatika di National University, Singapura untuk pendidikan sarjana dan masternya. Dan pada tahun 2010, ia hijrah ke Amerika Serikat untuk mendalami ilmu tentang bahasa alami dan pemrograman komputer di Carnegie Mellon University dan melakukan riset pascadoktoralnya di University of Pennsylvannia.

Baca juga: Mahasiswa Asal Indonesia Kembangkan Material Pembentuk Sel Surya

Awal pembuatan bahasa pemrograman

Foto: dok. Derry Wijaya

Awal dari seorang Derry membuat bahasa pemrograman adalah dari gurunya yang mengampu mata pelajaran fisika. Menurutnya, guru tersebut tak lihai di bidang kepenulisan, apalagi dalam bahasa inggris, dimana bidang tersebut sangat dibutuhkan agar sang guru dapat menuliskan surat rekomendasi bagi murid-muridnya.

Oleh karena itu, Derry berinisiatif dalam membuat sebuah bahasa pemrograman yang memuat pola bahasa, karakter personal, ekstrakurikuler dan kelebihan seseorang, dengan variasi tersebut, nantinya programnya dapat digunakan oleh guru fisikanya dalam membuat surat rekomendasi.

Sang guru tersebut hanya memasukkan poin penilaian di program yang dibuat Derry, dan secara otomatis program tersebut akan membaca dan akan menghasilkan kalimat utuh. 

Program bahasa untuk surat rekomendasi ini menjadi program pertama Derry di bidang komputer yang nantinya akan membuat rasa tertariknya semakin bertambah.

Baca juga: Sesama Lulusan Stanford, Ini Dia Prestasi Maudy Ayunda dan Suami

Mesin penerjemah bahasa

Derry konsisten menelaah mesin penerjemah otomatis, yaitu seperti Google Translate. Mesin penerjemah ini, meskipun terkenal banyak digunakan tetapi faktanya dari sekitar 7.000 bahasa yang ada di semesta, hanya terdata tidak lebih dari 200 bahasa. 

Bahkan bahasa daerah di Indonesia dengan jumlah penutur terbanyak seperti Minang, Madura dan Manado masih belum tersedia di Google Translate. Yang ada masih bahasa Jawa dan Sunda.

Minimnya entry data dan sumber tulisan di internet menjadi salah alasan mengapa bahasa tersebut belum tersedia di mesin penerjemah Google Translate. Sehingga dengan jumlah yang sedikit itu mesin penerjemah belum bisa membaca adanya bahasa itu.

Menurut Derry, dengan disediakan banyak bahasa di mesin penerjemah seterkenal Google Translate, akan mempermudah perluasan pengetahuan. Pengetahuan yang tersedia di berbagai daerah akan mudah dimengerti oleh semua orang dengan bahasa yang ada. 

Apalagi, bahasa yang umum digunakan adalah bahasa inggris. Meskipun sudah tersedia bahasa lain selain bahasa inggris, tapi mesin pencari masih kerap belum memberikan jawaban yang sesuai. Tak sebanyak jawaban saat kita mencari dalam bahasa inggris.

Maka dari itu ia memiliki prinsip sebagai “demokratisasi pengetahuan”.

Derry mengaku, kini sedang mendalami berbagai bahasa baru yang akan diteliti, seperti Benua Afrika dengan bahasa Somali, Swahili, Yoruba dan Hausa, yang datanya ia dapat dari komunitas Natural Language Processing (NLP). Selain bahasa tersebut, ia juga mendalai bahasa Kazakhstan dan Gujarati.

Dari bahasa tanah kelahirannya sendiri, Derry turut mempelajari bahasa pada zaman kini yang banyak digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Menurutnya bahasa gaul harus mendapat perhatian karena seringnya digunakan dan populer. Salah satu contohnya adalah “jujurly”, yang dapat diartikan sebagai “jujur saja”.

Baca juga: Rekomendasi Buku Tentang Tokoh Teknologi dan Pebisnis Dunia

Analisis komunikasi publik

Foto: dok. Derry Wijaya

Dengan banyaknya penghargaan yang dinobatkan kepadanya, tak hanya bahasa pemrograman, Derry, bersama koleganya, mendapat dana hibah yang diperuntukkan untuk menganalisis komunikasi publik.

Dana yang didapatkan itu dimanfaatkan untuk mengerjakan proyek bahasa yang dapat dilihat di situs Openframing.org

Proyek tersebut berkolaborasi dengan peneliti komunikasi dan jurnalisme untuk dilakukan penelitian sudut pandang media massa dalam melakukan pemberitaan atau news framing. 

Contoh nyatanya, seperti pemberitaan pandemi Covid-19 yang diliput jurnalis dan berbagai media massa lainnya. Fokus pemberitaan tersebut ada yang dari sudut pandang ekonomi, politik dan juga kesehatan.

Derry menjelaskan, situs tersebut tak hanya memberi gambaran contoh riset berbasis data, tetapi juga memperlihatkan analisis cara media merangkum berita melalui multibahasa dengan memanfaatkan teknologi AI. Sehingga nantinya, hasil yang didapat dapat digunakan untuk menentukan kebijakan. 

Meskipun dengan canggihnya teknologi, masih ada tantangan yang harus dihadapi, seperti keterbatasan data akan akses bahasa non-inggris dan minimnya fasilitas terkait server.

(na)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar