Pada segment #SosokTeknologi di #KamisInspirasi kali ini Teknologi.id mendapatkan kesempatan mewawancarai Dani Agung Prastiyo atau biasa disapa Dani. Dani merupakan mahasiswa jurusan S1 Teknik Informatika di Telkom University yang sedang menempuh pendidikannya di semester 6.
Disamping kegiatannya sebagai mahasiswa, Dani juga aktif berkegiatan riset di lab, mengerjakan proyek serta berpartisipasi dalam kompetisi cyber security. Kompetisi yang baru-baru ini Dani ikuti adalah Indonesia Cyber Security Seminar & Competition (ICS2C) yang mana kompetisi tersebut adalah ajang pencari peretas terbaik berskala nasional. Dani bersama timnya yakni Tim Al-Fatih dari Telkom University berhasil memboyong juara 3 di ajang tersebut.
Tak hanya itu, Dani juga terlibat dalam pengembangan aplikasi untuk penderita aritmia yang mana proyek ini juga mendapatkan penghargaan pada Telemedicine Innovation Challenges 2017 di Malaysia.
Yuk, langsung saja kita simak hasıl wawancara dengan Dani selengkapnya khususnya bagi kamu yang juga memiliki minat untuk menggeluti bidang Cyber Security dan Internet of Things (IoT)!
Boleh perkenalkan diri dan kegiatan apa yang sekarang sedang Dani kerjakan?
Hallo, perkenalkan saya Dani Agung Prastiyo, bisa dipanggil dani, asal saya dari Lamongan Jawa Timur. Saat ini saya sedang menempuh Pendidikan S1 Teknik Informatika di Universitas Telkom semester 6. Kesibukan sekarang kuliah, intership di Information Security Internal Audit PT. Telkom Indonesia dan sedang mengerjakan Tugas akhir (TA).Dani pernah menjuarai ICS2C Cyber Security Nasional, bisa ceritakan pengalaman Dani mengikuti kompetisi tersebut?
ICS2C adalah acara Indonesia Cyber Security Seminar & Competition. CTF sendiri adalah lomba Capture The Flag, sebuah format lomba untuk menguji skill tentang cyber security. Lomba CTF ini lumayan banyak peminatnya, ada sekitar 140 tim yang mendaftar. Perisiapan tim kami cukup matang, karena di lab saya dan tim sudah serius belajar capture the flag sejak lama dengan bantuan mentor dari alumni forensics and security lab. Babak penyisihan dilakukan secara online, pake format CTF Jeopardy. Maksudnya peserta diminta menyelesaikan soal, di tiap soal ada flag yang harus dicari. Flag ini nanti harus dimasukan ke web scoring system. Ada 20 soal yang kita siapkan pada babak ini. Ada soal tentang network, (analisa pcap), cryptografi, digital forensik, reverse engineering, dan web security. Babak penyisihan kita mulai dari jam 9 pagi sampai jam 20. Setelah babak penyisihan ini 20 tim terbaik diminta mengumpulkan writeup paling telat jam 23. Setelah itu juri memeriksa writeup, selama kurang lebih 24 jam. Writeup ini kita kasih score. Setelah nilai dari scoreboard ditambahkan dengan nilai writeup, 15 Tim berhasil masuk final yaitu dari UI, IPB, UGM, solo, Bali, SMK dan sisanya dari umum. Alhamdulillah kita masuk di babak final karena pada saat penyisihan tim kami Al Fatih berhasil masuk 15 besar. Anggota Tim Al Fatih sendiri adalah saya, Adyatma dan Arief Dwi Yulianto.
Tim Al-Fatih dari Telkom University.
- Script Kitties dari Umum
- Onamaewa dari Umum
- Al Fatih dari Telkom University
- 119/(021)96969293 dari IPB
- Rebel dari ITB
Selain mengikuti kompetisi, apakah Dani pernah mengerjakan projek terkait cyber security atau projek lainnya?
Proyek yang pernah saya kerjakan selama kuliah adalah riset bersama dosen di bidang IoT dengan project Adaptive Arrhythmia’s Monitoring System. Proyek ini berhasil mendapatkan beberapa penghargaan yaitu menjadi word finalis Telemedicine Innovation Challages 2017 di Malaysia. Proyek ini juga meraih penghargaan merit award di ajang Asia Pasific ICT Awards 2017 dengan kategori student tertiary project, merit award sendiri merupakan penghargaan kepada tim yang memiliki selisih point penilaian yang kecil terhadap award atau mungkin umum dibilang sebagai runner up atau medali perak.
Tim Telkom University pada Asia Pasific ICT Awards 2017.

Tim Telkom University pada Asia Pasific ICT Awards 2017.
Bisa Dani ceritakan tentang proyeknya?
Project yang paling menarik saya bangun bersama tim adalah proyek Adaptive Arrhythmia’s Monitoring System dengan nama aplikasinya adalah Rythm, dimana saya di tim ini menjadi Android developer dan keamanan sistemnya. Aplikasi Rhythm merupakan sistem cerdas yang bisa menghandel monitoring aritmia sewaktu ada internet maupun sedang tidak ada internet (off line). Berdasarkan latar belakang di Indonesia kasus aritmia cukup tinggi sedangkan peralatan medis untuk penanganan aritmia terbatas, hal ini menyebabkan meningkatnya persentase kematian bagi pasien aritmia, artimia sendiri merupakan masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Proyek ini diharapkan untuk memberi harapan baru dalam mengatasi masalah dalam penanganan aritmia di Indonesia, dimana alat ini dapat memprediksi potensi aritmia yang mampu dioperasikan secara online dan offline.Apa rencana Dani ke depannya?
Rencana saya kedepannya adalah ingin melanjutkan Studi S2 dibidang Cyber Security, sambil merintis startup dibidang kemanan sistem bersama teman-teman yang ada di lab, fokusnya mengaudit keamanan aplikasi-aplikasi perusahaan sehingga menhasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk menutup celah dan mengamankannya. saya berharap ide ini segera bisa terealisasikan. AamiinNah, sekian hasil wawancara Teknologi.id dengan Dani, sang mahasiswa berprestasi dan juga salah pengembang aplikasi penanganan aritmia berbasis IoT. Semoga melalui berbagai proyek dan karya yang dihasilkan Dani tersebut dapat membawa manfaat bagi lingkungan sekitar. Bagaimana dengan kalian Sobat Teknologi? Apa minat teknologimu? (nks) Baca juga: Berawal dari Hoax Analyzer, Menjadi Startup Prosa.ai.

Tinggalkan Komentar