Foto: Detik
Teknologi.id - Jam Kiamat atau Doomsday Clock tahun 2025 telah diumumkan oleh para ilmwuan yang tergabung dalam Bulletin of the Atomic Scientists.
Pada tahun 2023 lalu, Doomsday Clock ditetapkan 90 detik menuju tengah malam. Kini, para ilmuwan internasional tersebut menetapkan Doomsday Clock 2025 89 detik menuju malam yang menjadi waktu paling dekat dengan tengah malam dalam 78 tahun sejarah.
Baca juga: Jam Kiamat Disetel Ulang, Apa Efeknya Bagi Bumi?
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergeseran Jam Kiamat. Namun, ketua dewan sains dan keamanan Bulletin of the Atomic Scientists, Daniel Holz mengungkapkan, jika ancaman Nuklir menjadi faktor utama dalam pengambilan Keputusan para ilmuwan untuk menggeser Jam Kiamat.
Jam Kiamat atau Doomsday Clock sendiri merupakan jam simbolis untuk pengukuran kemungkinan risiko global buatan manusia yang diluncurkan oleh Bulletin of the Atomic Scientists sejak 1947 di University of Chicago, Amerika Serikat.
Baca juga: 7 Ilmuwan Dunia Terkenal Ini Pilih Pindah ke China pada 2024, Apa Alasannya?
Bulletin of the Atomic Scientists (BAS) merupakan organisasi yang didirikan oleh Ilmuwan Albert Einstein dan J Robert Oppenheimer, serta para ilmuwan di University of Chicago, pada tahun 1945. Organisasi yang diisi oleh para ilmuwan tersebut melakukan penelitian terhadap ilmu pengetahuan serta resiko yang akan berdampak pada manusia.
Sebelum diperuntukan mengukur risiko bencana global, Doomsday Clock awalnya diciptakan hanya untuk mengukur risiko ancaman nuklir.
Doomsday Clock tidak secara pasti mengukur kehancuran bumi. Namun, waktu pada Doomsday Clock berubah sesuai dengan keyakinan para ilmwuan terhadap kehancuran total di bumi.
Baca juga: Ilmuwan Inggris Prediksi Kapan dan Bagaimana Manusia akan Punah
Menurut Daniel Holz, dikutip dari CNBC Indonesia, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Keputusan pergeseran Jam Kiamat tahun 2025.
“Faktor yang mempengaruhi keputusan yaitu nuklir, penyalahgunaan teknologi biologi, perubahan iklim, dan berbagai kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan atau (AI),” katanya pada Rabu, 29 Januari 2025.
Faktor-faktor tersebut tak lepas dari ketegangan yang terjadi di negara-negara Timur Tengah seperti konflik Rusia dan Ukraina, serta perang yang terjadi antara Israel dan Palestina.
Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Baterai Berlian Karbon-14 yang Bisa Tahan Ribuan Tahun
Selain itu, negara lain Seperti China terus meningkatkan tekanan militer dengan mengerahkan pesawat tempur dan kapal perang terhadap Taiwan.
Ketegangan juga semakin meningkat kala Korea Utara yang terus melakukan uji coba terhadap rudal balistik yang dapat menyebabkan ledakan nuklir.
Tinggalkan Komentar