NFT Boros Energi Listrik? Ini Jumlah Daya yang Dibutuhkan

Fabian Pratama Kusumah . January 28, 2022

Foto: South China Morning post

Teknologi.idNon Fungible Token (NFT) kini menjadi salah satu yang banyak disukai orang. Berbagai kalangan mencoba peruntungan pada bisnis NFT.

NFT sendiri adalah sebuah token kriptografi yang mewakili suatu barang yang dianggap unik. Dengan memiliki aset NFT, pemilik seperti memiliki karya seni yang original.

Pembuatan aset digital NFT, sama seperti aset kripto, membutuhkan sejumlah energi karena dicetak di teknologi blockchain.

Besaran energi tergantung blockchain mana tempat NFT dilahirkan, misalnya pada Ethereum dikatakan butuh sekitar 48 kWh, dilansir dari CNN Indonesia.

Angka besaran energi tersebut setara total energi listrik yang digunakan sebagian besar rumah warga Amerika Serikat selama 1,5 hari.

Kebutuhan sebesar itu lantaran Ethereum menggunakan algoritma konsensus yang membutuhkan banyak energi, yaitu proof of work.

Saat NFT dibeli, tanda terima akan dicatat dan disimpan di dompet digital pembeli, misalnya MetaMask.

Dalam proses pencatatan tersebut dibutuhkan validasi informasi untuk menentukan di mana lokasi tanda terima dalam blockchain tersebut.

Baca juga: NFT Kartun Bebek ini Laku Rp1,7 Miliar, Ini Keunikannya

Proses validasi inilah yang melibatkan para penambang atau miner. Para miner, bersaing satu dengan yang lain untuk hak membuat block pada blockchain dan mendapatkan komisi atas pekerjaannya.

Ini artinya ada banyak miner bekerja bersamaan dan menggunakan energi sangat besar hanya untuk memperebutkan satu hak membuat block pada blockchain.

Miner lain yang terlambat memverifikasi transaksi di blockchain tidak akan menerima komisi untuk pekerjaan mereka.

Hal ini menyebabkan energi yang sudah dipakai untuk berupaya melakukannya terbuang sehingga dinilai boros energi.

(fpk)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar