
Foto: shutterstock
Teknologi.id - Fenomena baru tengah berkembang di kalangan generasi Z. Alih-alih memamerkan aktivitas harian, prestasi, atau momen spesial, semakin banyak anak muda yang justru memilih meninggalkan halaman Instagram mereka kosong tanpa satu pun unggahan. Tren ini dikenal dengan istilah “zero post", dan kini menjadi sorotan karena dianggap mencerminkan perubahan besar dalam cara Gen Z memandang media sosial.
Generasi Z yang lahir pada rentang tahun 1997 hingga 2012, sejak lama dikenal sebagai pengguna aktif dunia digital. Mereka tumbuh dengan internet, gawai, dan platform media sosial yang menjadi bagian dari rutinitas. Namun, kini terjadi pergeseran perilaku seperti banyak anak muda justru memilih tidak lagi memposting apa pun. Di tengah budaya digital yang serba terhubung, keputusan untuk mengosongkan feed Instagram menjadi sesuatu yang kontras dan memancing pertanyaan besar, apa yang sebenarnya membuat mereka melakukannya?
Bahkan sebuah studi yang dimuat oleh The Financial Times menemukan bahwa penggunaan media sosial secara global menurun sekitar 10 persen. Penurunan ini justru dipicu oleh kelompok anak muda. Studi ini dilakukan di 20 negara dengan 250.000 penggun media sosial.
Baca juga: Ngeri! VPN Gratis Malah Jadi Pintu Masuk Malware untuk Gen Z
Mengenal Lebih Jauh Apa itu Zero Post

Foto: Kompas
Fenomena penurunan penggunaan media sosial ini kemudian memunculkan istilah “zero post,” yang pertama kali diperkenalkan oleh penulis esai, Kyle Chayka. Ia menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kecenderungan banyak orang yang mulai berhenti membagikan kabar atau momen pribadi di media sosial.
Dalam tulisannya untuk The New Yorker berjudul Infinite Scroll, Chayka menyebut bahwa masyarakat tampaknya sedang menuju titik di mana pengguna biasa yang tidak profesional dan tidak terkomesialkan berhenti membagikan konten karena mereka bosan dengan hiruk-pikuk media sosial. Ia melihat zero post bukan sekadar tren, melainkan isyarat berakhirnya media sosial sebagi tempat yang dulu digunakan untuk berbagi kabar.
Pada awalnya, unggahan foto dan video menjadi sarana bagi banyak orang untuk berinteraksi dan menunjukkan siapa diri mereka. Namun, perubahan besar tampaknya mulai terjadi, terutama di kalangan Gen Z yang merasa bahwa media sosial kini tidak lagi menggambarkan realitas sebenarnya.
Penyebab Gen Z Mengikuti Tren "Zero Post"
Salah satu faktor yang diyakini memengaruhi tren ini adalah kejenuhan. Gen Z tumbuh dengan paparan internet sejak kecil sehingga interaksi digital menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka. Namun, koneksi yang serba instan ini ternyata justru membuat mereka kehilangan keterampilan dalam percakapan di dunia nyata. Sebagian dari mereka mulai merasa lelah hingga memilih menarik diri dari aktivitas daring.
Selain itu, menurut Chayka paparan konten berbasis kecerdasan buatan (AI) juga disebut sebagai penyebab meningkatnya kejenuhan. Banyak anak muda menilai bahwa media sosial kini lebih banyak mempromosikan konten komersial, aspirasi gaya hidup dan bukan tentang apa yang terjadi di sekitar.
Baca juga: Jangan Sampai Ketipu! 7 Tanda Video Deepfake di TikTok & Instagram
Chayka bahkan memprediksi bahwa jika tren ini berlanjut, media sosial bisa berubah seperti televisi dipenuhi iklan merek, properti, dan hotel. Dikutip dari ED Times, teori tersebut terkait dengan konsep “Internet Mati”, gagasan yang menyebutkan bahwa sebagian besar konten di internet pada akhirnya akan digantikan oleh konten buatan AI. Ketika semakin sedikit orang yang benar-benar mengunggah kehidupan asli mereka dan konten AI mendominasi maka platform digital hanya akan menyajikan materi promosi yang kering.
Jurnalis Cory Doctorow sebelumnya juga mengangkat istilah enshittification atau crapification yaitu penurunan kualitas konten pada suatu platform. Gen Z melihat platform media sosial semakin dipenuhi konten yang tidak relevan, sehingga membuat pengalaman dalam menggunakannya menjadi membosankan dan melelahkan.
Dalam konteks ini, zero post bukanlah bentuk penolakan atau pemboikotan terhadap media sosial, melainkan upaya untuk menarik diri dan kembali pada kehidupan yang lebih nyata. Banyak Gen Z yang merasa bahwa mereka tidak lagi perlu membuktikan apa pun secara digital. Mereka ingin menikmati hidup tanpa tekanan untuk tampil sempurna, membuat unggahan menarik, atau mengikuti standar yang ada di media sosial.
Fenomena zero post mencerminkan keinginan generasi muda untuk mundur sejenak dari apapun yang ada di dunia maya dan menyadari keinginan mereka untuk lebih merasa hidup. Alih-alih terus membagikan setiap momen, mereka lebih memilih untuk menjalani dan merasakan langsung pengalaman tersebut.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ir/sa)

Tinggalkan Komentar