
Foto: Zetizen
Teknologi.id - Hampir semua orang pernah mengalami melamun, terutama ketika tubuh kekurangan tidur. Namun, penelitian terbaru dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menunjukkan bahwa melamun sesaat bukan sekadar kebiasaan, melainkan upaya otak untuk mengejar ketertinggalan proses biologis yang biasanya terjadi saat tidur nyenyak.
Dalam studi yang dipublikasikan oleh MIT, para peneliti menemukan bahwa kegagalan perhatian atau periode tidak fokus ternyata berkaitan dengan aliran cairan serebrospinal (CSF) yang keluar dari otak, sebelum kembali masuk beberapa detik kemudian. Pola ini menyerupai gelombang CSF yang biasanya terjadi saat tidur dalam, yang berfungsi membersihkan otak dari limbah metabolik
Pembersihan yang Tertunda
Aliran CSF saat tidur nyenyak diyakini berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Proses ini membantu membersihkan zat sisa yang menumpuk sepanjang hari. Ketika seseorang kurang tidur, otak tampaknya mencoba “mengejar ketinggalan” dengan memicu gelombang cairan tersebut bahkan saat individu sedang terjaga. Menurut laporan Neuroscience News, fenomena ini terjadi tepat ketika perhatian seseorang gagal. Otak seolah memasuki kondisi mirip tidur mikro, di mana cairan otak melakukan “housekeeping” untuk sementara waktu.
Baca Juga: Dampak Negatif Cahaya Handphone Sebelum Tidur
Tidur Nyenyak vs Begadang
Penelitian MIT melibatkan peserta yang diuji dalam dua kondisi berbeda, setelah tidur nyenyak semalaman dan setelah begadang di laboratorium. Hasilnya jelas, kinerja kognitif menurun drastis pada mereka yang tidak tidur. Selain itu, melamun lebih sering terjadi setelah begadang, seolah otak berusaha memulihkan fungsi kognitif dengan cara instan.
Zinong Yang, ahli saraf MIT yang memimpin penelitian, menjelaskan bahwa otak yang sangat membutuhkan tidur akan berusaha memasuki kondisi mirip tidur untuk memulihkan sebagian fungsi kognitif.
“Otak berusaha semaksimal mungkin untuk masuk ke kondisi seperti tidur guna memulihkan beberapa fungsi,” ujarnya.
Di satu sisi, otak berusaha menjaga perhatian dan kesadaran. Di sisi lain, kekurangan tidur justru membuat otak lebih sering melamun, sehingga rentan terhadap gangguan kognitif.
Laura Lewis, ahli saraf MIT, menekankan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan adanya sirkuit terpadu yang mengatur fungsi otak tingkat tinggi seperti perhatian, pemahaman, dan respons terhadap dunia, sekaligus proses fisiologis mendasar seperti dinamika cairan otak dan aliran darah
Risiko Kesehatan Akibat Kurang Tidur
Kurangnya waktu istirahat tidak hanya menurunkan fokus, tetapi juga meningkatkan risiko penyakit. Gangguan tidur kronis dapat mempengaruhi bagian otak tertentu, memperburuk fungsi kognitif, dan bahkan meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif.
Penelitian ini memperkuat bukti bahwa tidur bukan sekadar kebutuhan biologis, melainkan cara menjaga kesehatan otak. Melamun sesaat mungkin membantu otak melakukan “perbaikan darurat”, tetapi tidak bisa menggantikan tidur nyenyak yang konsisten.
Apa Artinya bagi Kehidupan Sehari-hari?
Penemuan MIT tentang hubungan antara melamun, kurang tidur, dan aliran cairan serebrospinal tidak hanya relevan bagi dunia akademik, tetapi juga memiliki dampak nyata pada kehidupan sehari-hari.
Bagi pelajar, pekerja kantoran, maupun profesional yang sering begadang, hal ini menjelaskan mengapa fokus mudah hilang setelah malam tanpa tidur. Melamun bukan sekadar tanda bosan, melainkan sinyal biologis bahwa otak sedang berusaha melakukan “perbaikan darurat.”
Kondisi kurang tidur ini bisa mempengaruhi produktivitas, pengambilan keputusan, bahkan persepsi terhadap dunia sekitar. Dengan kata lain, kurang tidur bukan hanya soal rasa kantuk, tetapi juga menyangkut kualitas interaksi sosial, kemampuan berpikir kritis, dan kesehatan mental jangka panjang.
Kesadaran akan hal ini mendorong kita untuk menempatkan tidur sebagai prioritas. Jika melamun adalah tanda otak sedang berjuang, maka tidur nyenyak adalah solusi utama agar otak tidak perlu terus “menambal” kekurangan dengan cara yang tidak efisien.
Baca Juga: Jangan Buka HP Ketika Bangun Tidur Kalau Ngga Mau Kena Ini!
Mengapa Penelitian Ini Penting?
Penelitian MIT membuka perspektif baru tentang hubungan antara tidur, melamun, dan kesehatan otak. Fakta bahwa otak mencoba memicu gelombang cairan pembersih saat melamun menunjukkan betapa pentingnya tidur dalam menjaga fungsi kognitif.
Temuan ini menjelaskan bahwa melamun bukan sekadar tanda bosan atau lelah, melainkan mekanisme biologis. Otak berusaha menyeimbangkan kebutuhan fisiologis dengan tuntutan kesadaran, meski dengan konsekuensi berupa penurunan performa mental.
Tidur Nyenyak Tidak Bisa Digantikan
Melamun sesaat mungkin memberi gambaran bagaimana otak berusaha mengejar ketertinggalan tidur. Namun, penelitian MIT menegaskan bahwa tidur nyenyak tetap tak tergantikan. Tanpa tidur yang cukup, otak akan terus berjuang dengan cara yang tidak efisien, meningkatkan risiko gangguan kognitif dan kesehatan jangka panjang.
Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News
(dim/sa)

Tinggalkan Komentar