Foto: Portal Surabaya
Teknologi.id – Beberapa waktu lalu citra sopan santun orang Indonesia agak terusik. Hal itu disebabkan dari hasil sebuah survei yang dilakukan perusahaan software raksasa Microsoft.
Dikutip dari Kompas, dalam survei Digital Civility Index (DCI) untuk mengukur tingkat kesopanan digital global, Indonesia menduduki peringkat paling bawah di kawasan Asia Tenggara.
Dari total 32 negara yang disurvei pun Indonesia menduduki peringkat bawah yakni urutan ke-29. Ada 32 negara dan 16.000 responden yang terlibat di penelitian ini.
Baca juga: Klarifikasi Dadang 'Dewa Kipas' Terkait Pemblokiran Akunnya
Di Indonesia sendiri, ada 503 responden yang diberikan beberapa pertanyaan tentang adab berkomunikasi secara digital. Artinya tingkat kesopanan warganet di Indonesia tergolong rendah.
Dikutip dari Detik hari Jumat 05 Maret 2021, ada survei yang menyebut orang Indonesia paling murah senyum (The Smiling Report)
Ada juga survei yang menyatakan orang Indonesia paling religius (Survei Gallup dan Abt Associate 2019), yang dirilis Pew Research Center.
Bahkan survei Charities Aid Foundation (CAF) tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai negara yang paling murah hati di dunia dari 146 negara.
Baca juga: Ini Sosok Pak Dadang ‘Dewa Kipas’ yang Kalahkan GothamChess
Sampelnya juga tidak main-main, 150 ribu orang dari 146 negara. Kesimpulan survei itu, 78% orang Indonesia senang mendonasikan hartanya pada orang lain.
Sedangkan 53% penduduk Indonesia gemar menjadi relawan alias bekerja tanpa dibayar, meluangkan waktu untuk banyak pertemuan sosial, gotong royong, dan lain-lain.
Dari berbagai survei di atas, dapat lahir hipotesis bahwa sebenarnya orang Indonesia itu baik, namun dalam dunia maya kepribadian seseorang bisa berbeda dari aslinya.
Sebabnya jika ada sesuatu yang memunculkan rasa ketidaksetujuan atau ketidaksukaan, mereka lebih bebas menyampaikan perasaaan yang mungkin saja tidak bisa tersampaikan ketika tatap muka.
Baca juga: Lenovo ThinkPad X1 Series Terbaru Ada 3 Varian, Apa Saja?
Terlebih pada dunia maya hanya melihat ponsel dan akun saja, tidak melihat orang dibalik akun tersebut.
Suasana saat menggunakan media sosial juga bisa berbeda dibandingkan saat bertatapan muka secara langsung.
Namun belum ada kesadaran bahwa bisa saja lawan bicara atau orang yang membaca dan melihat unggahan tersebut tersinggung atau tersakiti apalagi jika berisi ujaran kebencian.
Kedepannya, dengan literasi digital yang lebih baik, bukan tidak mungkin warganet dari Indonesia akan dikenal sebagai yang tersopan di Asia bahkan dunia.
(fpk)
Tinggalkan Komentar