Foto : CNBC
Teknologi.id - Dalam kehidupan sosial di era yang semakin modern ini, terdapat sebagian besar orang dari kelompok Generasi Z dan Milenial hobi yang menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah daripada menabung. Biasanya, hal tersebut dilakukan sebagai "self reward" atau penghargaan kepada diri sendiri setelah bekerja keras dan juga mengobati rasa khawatir.
Ternyata, perilaku belanja secara impulsif menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak diperlukan, yang seringkali dipicu oleh kecemasan, ketidakpastian, atau tekanan sosial (Self Reward) ini melahirkan suatu fenomena baru yang disebut sebagai "Doom Spending"
Doom Spending dikatakan dapat membuat Generasi Z dan Milenal lebih cepat miskin daripada generasi lain.
Baca Juga : Menjadi Investor Cerdas di Era Digital: Tips dan Trik untuk Generasi Z
Fenomena ini menjadi ancaman serius bagi kondisi keuangan pribadi banyak anggota Generasi Z, dan membuat mereka terperangkap dalam siklus konsumsi yang tidak sehat dan berpotensi menyebabkan kesulitan finansial jangka panjang.
Dikutip dari CNBC Make It, dosen senior keuangan di King's Business School dan mantan bankir, Ylva Baeckstrom mengungkapkan bahwa "doom spending" adalah suatu yang tidak sehat dan merupakan hal yang fatal. Baecktrom menyebut, hal ini akibat paparan berita buruk melalui media sosial.
Seperti yang dikatakan oleh Baecktorm, fenomena ini diperparah oleh eksposur yang tinggi terhadap media sosial, yang menggambarkan gaya hidup mewah dan barang-barang konsumsi sebagai bagian dari kebahagiaan atau status sosial.
Bagi Generasi Z yang tumbuh dalam lingkungan digital, dampak media sosial pada pola konsumsi sangat signifikan. Banyak dari mereka terpapar pada konten yang mempromosikan barang-barang konsumtif seperti pakaian mewah, gadget terbaru, atau gaya hidup eksklusif yang tidak terjangkau oleh sebagian besar orang.
Ketika mereka merasa harus mengikuti tren, mereka terdorong untuk membeli barang-barang ini meski tak benar-benar membutuhkannya. Dalam situasi ini, belanja bukan lagi sekadar kebutuhan, melainkan pelarian dari tekanan psikologis.
Baca Juga : Generasi Z Rela Turun Gaji Demi Lebih Sejahtera Mental
Dilansir dari CNBC, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Keamanan Finansial International Your Money CNBC yang dilakukan oleh Survey Monkey, hanya sebanyak 36,5 persen dari orang dewasa di dunia yang merasa lebih baik secara finansial daripada orang tua mereka. Sementara itu 42,8 persen lainnya merasa bahwa mereka sebenarnya lebih buruk daripada orang tua mereka. Hasil ini diperoleh dari survei terhadap 4.342 orang dewasa di seluruh dunia.
Salah satu faktor signifikan yang mendorong doom spending di kalangan Generasi Z adalah pengaruh besar media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube menjadi tempat di mana gaya hidup konsumtif dipromosikan secara masif.
Influencer dan selebriti seringkali memamerkan barang-barang mewah, perjalanan liburan eksotis, dan gaya hidup yang tampaknya penuh kesenangan. Hal ini menciptakan standar yang tidak realistis bagi banyak orang muda, yang akhirnya merasa perlu untuk mengikuti jejak tersebut agar tidak merasa "tertinggal" atau FOMO (Fear of Missing Out) dari teman-teman mereka.
Doom spending memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap keuangan pribadi Generasi Z. Sebagian besar dari mereka masih dalam tahap awal karier, dengan pendapatan yang relatif rendah atau tidak stabil.
Kebiasaan belanja impulsif ini membuat mereka sulit untuk menabung atau merencanakan keuangan jangka panjang. Sebagai akibatnya, banyak dari mereka yang akhirnya harus mengandalkan kartu kredit atau pinjaman online untuk membiayai gaya hidup konsumtif mereka.
Kebiasaan ini hanya akan memperburuk situasi, karena utang yang menumpuk tanpa perencanaan yang baik dapat menjadi beban finansial yang sangat berat di masa depan.
Baca Juga : Perbedaan Antara Generasi Z dan Generasi Milenial!
Untuk mengatasi hal ini, generasi Z perlu mengembangkan kesadaran finansial dan belajar mengelola uang dengan bijak. Salah satu langkah penting adalah memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Belanja berdasarkan kebutuhan akan membantu mengurangi pengeluaran impulsif. Selain itu, penting bagi mereka untuk menetapkan anggaran bulanan dan disiplin dalam mematuhinya.
Dengan merencanakan pengeluaran secara sistematis, mereka bisa menghindari kebiasaan belanja berlebihan. Menabung secara rutin juga merupakan langkah penting untuk memastikan kestabilan finansial di masa depan.
"Doom spending" adalah sebuah ancaman nyata bagi Generasi Z yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan impulsif. Jika tidak ditangani, kebiasaan ini bisa berdampak negatif pada stabilitas finansial di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk lebih sadar tentang pola konsumsi dan mengambil langkah-langkah untuk mengelola keuangan dengan lebih bijaksana.
Baca berita dan artikel lainnya di Google News.
(nda)
Tinggalkan Komentar