Peneliti Beberkan Risiko Thrifting, Waspadai Penyakit Menular!

Adellia Irmanda Azzahra . November 15, 2024

Risiko thrifting penyakit menular
Foto: Freepik

Teknologi.id - Banyak orang, terutama generasi muda, menjadikan thrifting sebagai pilihan gaya hidup untuk mendapatkan pakaian berkualitas dengan harga terjangkau.

Namun, di balik keseruan berburu pakaian bekas dan perasaan puas ketika menemukan "harta karun" dengan harga miring, tak banyak yang menyadari adanya bahaya tersembunyi dalam aktivitas thrifting.

Bayangkan, pakaian yang sudah berpindah tangan berkali-kali ini kemungkinan menyimpan cerita dan sejarahnya sendiri, dalam hal ini termasuk potensi risiko kesehatan.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pakaian bekas bisa menjadi sumber penyebaran penyakit menular jika tidak dibersihkan dengan benar.

Bagi sebagian orang, mungkin sulit percaya bahwa sesuatu yang terlihat sepele seperti membeli baju bekas dapat membawa risiko serius, tetapi para peneliti mengingatkan kita untuk lebih berhati-hati.

Seiring dengan popularitas thrifting yang terus meningkat, penting bagi kita untuk memahami dan menghadapi risiko yang tersembunyi di balik setiap pakaian bekas.

Baca juga: Hormon Baru Ditemukan di Tubuh Manusia, Bisa Pulihkan Tulang yang Patah

Risiko Infeksi pada Pakaian Bekas

Pakaian bekas ternyata bisa membawa banyak patogen penyebab penyakit.

Bayangkan jika kuman dari mikrobioma kulit pemilik sebelumnya masih menempel karena pakaian tersebut belum dicuci bersih sebelum dijual.

Bahkan, jika pemilik terakhirnya memiliki infeksi atau patogen tertentu, ada kemungkinan sisa-sisa mikroba tersebut masih tersisa di serat-serat kain.

Melansir ScienceAlert, Jumat (15/11), risiko penyakit menular pada pakaian ini diungkap dalam penelitian berjudul "The infection risks associated with clothing and household linens in home and everyday life settings, and the role of laundry" yang dipublikasikan oleh International Scientific Forum on Home Hygiene.

Dalam penelitian tersebut terungkap bahwa pakaian bisa menyimpan berbagai patogen penyebab infeksi.

Kuman seperti Staphylococcus aureus yang menyebabkan infeksi kulit dan darah, bakteri seperti Salmonella dan E. coli, serta virus seperti norovirus dan rotavirus yang dapat menyebabkan demam, muntah, dan diare, mungkin masih melekat pada kain.

Selain itu, jamur penyebab penyakit kulit, seperti kaki atlet dan kurap juga berpotensi terbawa.

Ini menjadikan pakaian bekas sebagai tempat berkumpulnya berbagai ancaman kesehatan yang sering kali tidak terlihat.

Selain itu, ditemukan pula parasit yang dapat menyebabkan infeksi kulit, seperti dermatitis dan skabies.

Mikroba di kulit dapat bertahan pada asam amino dalam keringat, minyak sebaceous yang dikeluarkan dari folikel rambut, serta protein dari sel-sel kulit, yang semuanya tertinggal pada pakaian saat kita memakainya.

Penelitian dalam "How long can nosocomial pathogens survive on textiles? A systematic review" juga mengungkapkan bahwa banyak patogen, seperti E. coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pyogenes, dapat bertahan hidup di pakaian selama berbulan-bulan jika disimpan pada suhu ruang.

Pada pakaian berbahan katun atau serat campuran, kuman-kuman ini bisa tetap hidup hingga 90 hari lamanya.

Sementara itu, pada kain poliester, kuman-kuman ini bisa bertahan hingga 200 hari.

Sebagian besar bakteri lebih mudah bertahan hidup di kain ketika kelembapan udara tinggi.

Ini menunjukkan bahwa untuk mencegah pertumbuhan kuman, pakaian sebaiknya disimpan di tempat yang kering.

Baca juga: Kemenkes Lakukan Uji Pemodelan AI untuk Diagnosis Penyakit

Tips Mencuci Pakaian Bekas dengan Benar

Mencuci pakaian bekas sangat penting untuk menghilangkan seluruh parasit yang menempel, serta mencegah pertumbuhan kuman dan mengurangi risiko infeksi.

Sebaiknya, cuci pakaian bekas terpisah dari cucian biasa untuk mengurangi kontaminasi silang antara pakaian.

Untuk mencuci pakaian bekas yang baru dibeli, disarankan untuk menggunakan deterjen dengan suhu sekitar 60°C.

Namun, jika tidak memungkinkan, kamu bisa menggunakan air dingin dan menambahkan disinfektan laundry untuk membunuh kuman yang ada.

Selanjutnya, rendam pakaian bekas dalam air hangat (bukan mendidih) dengan deterjen antibakteri selama dua hingga tiga jam. Setelah itu, lanjutkan dengan mencuci menggunakan mesin cuci seperti biasa.

Agar lebih yakin bahwa kuman yang tersisa benar-benar hilang, menggunakan pengering dengan suhu panas atau setrika dengan suhu panas yang menyesuaikan bahan pakaian, bisa sangat efektif untuk membunuh bakteri, virus, dan telur parasit yang mungkin masih membandel.

Baca berita dan artikel yang lain di Google News.

(aia)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar