Teknologi.id - Kasus peretasan siber kembali terjadi di Indonesia, kali ini dengan sasaran yang cukup mencengangkan. Sejak Minggu (11/08/24), beberapa akun Google Bisnis milik hotel hingga bank di Indonesia menjadi target serangan hacker yang belum diketahui identitasnya.
Peretasan ini menyebabkan nomor telepon yang tertera di Google Maps dan Google Search berubah menjadi nomor palsu, menimbulkan kekhawatiran yang meluas di kalangan masyarakat dan pelaku bisnis.
Awal mula peretasan ini terdeteksi di Surabaya dan dengan cepat menyebar ke berbagai kota besar di Indonesia. Menurut laporan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), beberapa hotel di kota-kota seperti Jakarta, Semarang, Denpasar, dan Makassar terkena dampaknya. Bahkan, di Bandung saja, tercatat ada sekitar 25 hotel yang menjadi korban peretasan ini, termasuk hotel-hotel besar yang menjadi destinasi utama para wisatawan.
Baca juga: Cara Menemukan Foto dan Video Lama di Google Photos, Gampang Banget!
Ketua Harian Koordinator Wilayah (Korwil) PHRI Surabaya, Puguh Sugeng Sutrisno, mengungkapkan kekhawatiran terkait insiden ini.
“Kami masih belum mengecek kepastiannya, namun diduga ini dilakukan oleh orang lokal karena nomor yang diubah itu diarahkan ke nomor lokal juga, bahkan akun rekening bank juga di ganti di salah satu jaringan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara),” ujarnya. Dugaan ini diperkuat dengan temuan nomor-nomor WhatsApp palsu yang digunakan dalam peretasan ini, di mana nomor tersebut merujuk pada nomor lokal.
Target yang Beragam
Tidak hanya hotel yang menjadi target, peretasan juga merambah ke sektor lain seperti perbankan, properti, hingga instansi pemerintahan. Bank BCA, salah satu bank terbesar di Indonesia, juga dilaporkan menjadi korban peretasan ini.
Buat yang lagi cari nomor hp tempat-tempat penting dari Google Maps, mohon hati-hati ya. Barusan dari IGnya ecommurz ngemention kalo lagi ada serangan scammer di Google Maps. Yang kena kebanyakan perbankan dan hotel. Nomor telepon yang asli ada di bawah, bukan menyatu di alamat. pic.twitter.com/cMwonnwLS4
Hacker dengan cerdik menyisipkan nomor ponsel mereka di alamat perusahaan yang tertera di Google Maps dan Google Search, menggantikan nomor resmi yang seharusnya tercantum.
Yang lebih mengkhawatirkan lagi, laman Google Maps dari beberapa Kantor Imigrasi di Indonesia juga mengalami hal serupa. Terdapat nomor-nomor palsu yang terdaftar di akun Google Bisnis mereka, sehingga Ditjen Imigrasi terpaksa memberikan peringatan kepada masyarakat melalui sebuah utas di platform media sosial X.
“Masyarakat dihimbau untuk berhati-hati dengan nomor kontak WhatsApp palsu 081230030440 yang diselipkan pada informasi alamat pada laman Google Maps sejumlah Kantor Imigrasi,” tulis Ditjen Imigrasi dalam peringatannya.
Waspada Penipuan! Nomor Kontak Palsu Marak di Laman Google Maps Kantor Imigrasi
⬇️ SEBUAH UTAS ⬇️ pic.twitter.com/g7nLbvzJ9P
Dampak dan Kekhawatiran
Peretasan ini tidak hanya menimbulkan kerugian secara material tetapi juga mempengaruhi kepercayaan publik terhadap informasi yang tersedia secara online. Masyarakat yang terbiasa mengandalkan Google Maps untuk mencari informasi kontak bisnis kini harus lebih waspada. Risiko penipuan meningkat karena banyak orang yang tidak menyadari bahwa nomor telepon yang mereka hubungi adalah nomor palsu yang dikendalikan oleh peretas.
Menurut PHRI, kerugian yang diderita oleh hotel-hotel akibat peretasan ini sangat signifikan. Banyak pelanggan yang merasa tertipu dan akhirnya mengajukan komplain kepada hotel terkait. Selain itu, reputasi hotel-hotel yang terdampak juga menjadi taruhannya, karena konsumen mungkin akan berpikir dua kali sebelum memesan layanan melalui platform online.
Selain hotel dan bank, properti kos-kosan juga menjadi target peretasan. Nomor-nomor palsu yang terdaftar di Google Maps menipu calon penyewa, yang akhirnya diarahkan ke pihak yang tidak bertanggung jawab. Dampaknya, banyak pemilik kos-kosan yang merugi karena kehilangan calon penyewa potensial.
Upaya Pencegahan dan Tindakan Pengamanan
Melihat skala dan dampak peretasan ini, pihak berwenang dan perusahaan terkait perlu mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih serius. Ditjen Imigrasi, misalnya, telah menyarankan masyarakat untuk selalu melakukan double-check saat mencari informasi kontak di Google Maps. Pengguna juga dihimbau untuk menghubungi media sosial resmi perusahaan atau menggunakan layanan Live Chat Ditjen Imigrasi yang tersedia pada hari kerja.
Selain itu, pengguna juga disarankan untuk memverifikasi nomor telepon yang tertera dengan cara lain, seperti memeriksa situs web resmi atau menghubungi nomor yang tercantum di bagian bawah laman Google Maps. Nomor telepon yang asli biasanya tercantum dengan jelas di bagian kontak, sedangkan nomor palsu sering kali disisipkan di bagian alamat atau bahkan nama perusahaan.
Untuk melindungi akun Google Bisnis mereka, pemilik bisnis disarankan untuk memperkuat keamanan akun mereka dengan menggunakan autentikasi dua faktor (2FA) dan rutin memeriksa informasi yang tertera di akun Google Bisnis mereka. Tindakan ini penting untuk mencegah pihak tidak bertanggung jawab mengakses dan meretas akun tersebut.
Baca Berita dan Artikel lain di Google News.
(bmm)
Tinggalkan Komentar