Teknologi.id - Produsen ponsel asal Tiongkok, Huawei menerapkan strategi baru untuk menghentikan ketergantungan fungsi Google di ponsel-ponselnya.
Strategi baru Huawei ini dengan memanfaatkan platform AppGallery untuk merayu developer agar mau memasukkan aplikasi buatannya ke toko aplikasi milik Huawei tersebut sebelum 30 Juni 2020.
Huawei menawarkan skema bagi hasil (revenue sharing), dengan persentase 90% hasil penjualan aplikasi menjadi milik developer, dan Huawei hanya akan mengambil 10% saja.
Tidak permanen
Strategi ini sebenarnya merupakan tawaran yang menggiurkan bagi para developer, dimana di toko aplikasi Google Play Store dan Apple App Store, developer hanya kebagian 70% saja dari hasil penjualan.
Namun perlu diketahui, skema bagi hasil dengan persentase 10:90 ini hanya akan berlaku 1 tahun hingga tahun 2021.
Di tahun 2021, Huawei mulai akan memberlakukan skema 20:80 untuk para pengembang.
Sedangkan di tahun 2022, skema ini akan menjadi normal di angka 30:70 seperti toko aplikasi Google dan Apple.
Baca juga: China Pakai Helm Pintar untuk Cegah Penyebaran Virus Corona
Huawei hingga saat ini dikabarkan sudah memiliki lebih dari 1,3 juta developer yang terdaftar di seluruh dunia dan 55.000 aplikasi yang sudah dapat diakses di HMS Core.
Semenjak masuk daftar hitam Amerika Serikat (AS), Huawei melakukan berbagai cara untuk tetap dapat bertahan. Tanpa adanya lisensi Android, ponsel Huawei pun dilarang menggunakan aplikasi bawaan toko aplikasi Google Play Store.
(dwk)
Tinggalkan Komentar