
Foto: Bisnis Tecno
Teknologi.id - Industri Baterai China Jadi Mesin Uang Baru Energi Global. Industri baterai China kini menjelma sebagai salah satu motor penggerak utama ekonomi global. Sepanjang 2025, ekspor baterai penyimpanan energi dan kendaraan listrik (EV) menembus angka lebih dari US$65 miliar atau sekitar Rp1.090 triliun. Angka ini bukan sekadar pencapaian ekonomi, melainkan bukti nyata bahwa China berhasil menempatkan dirinya sebagai pemain dominan dalam sektor energi bersih yang semakin vital bagi dunia.
Menurut laporan Ember, baterai telah menjadi ekspor teknologi bersih paling menguntungkan sejak 2022, bahkan melampaui panel surya yang sebelumnya mendominasi. Fakta ini menunjukkan bahwa baterai bukan lagi sekadar komponen pendukung kendaraan listrik, melainkan komoditas strategis yang menopang transisi energi global.
Permintaan Global dan Dominasi China
Lonjakan ekspor ini tidak terlepas dari meningkatnya permintaan internasional, terutama dari kawasan Eropa dan Timur Tengah. Negara-negara di dua kawasan tersebut tengah gencar mengembangkan energi terbarukan, khususnya tenaga angin dan surya. Namun, energi terbarukan memiliki kelemahan mendasar: sifatnya yang intermiten.
Di sinilah baterai penyimpanan energi memainkan peran krusial. Dengan teknologi penyimpanan, listrik yang dihasilkan dari angin dan surya dapat disimpan dan digunakan saat produksi menurun. Hal ini menjadikan baterai sebagai solusi strategis untuk menjaga pasokan listrik tetap stabil.
Kebutuhan akan stabilitas energi tidak hanya terkait rumah tangga atau industri, tetapi juga pusat data kecerdasan buatan (AI). Data center AI membutuhkan pasokan listrik yang konsisten dan besar. Tanpa penyimpanan energi yang andal, operasional pusat data berisiko terganggu, sehingga menghambat perkembangan teknologi AI yang kini menjadi tulang punggung inovasi global.
Baca Juga: Trump Beri Lampu Hijau Nvidia Untuk Ekspor Chip ke China!
Permintaan baterai global meningkat seiring ekspansi data center dan transisi energi. UBS memprediksi instalasi penyimpanan energi baterai global naik 25% pada 2026, sementara Badan Energi Internasional memperkirakan investasi global dalam fasilitas penyimpanan baterai mencapai US$66 miliar tahun ini.
China mendominasi pasar ini dengan enam dari sepuluh pemasok sel baterai terbesar dunia, termasuk CATL, BYD, HiTHIUM, CALB, dan REPT BATTERO. Hanya AESC dari Jepang yang masuk jajaran 10 besar di luar China. Dominasi ini menunjukkan betapa kuatnya posisi China dalam rantai pasok energi bersih global.
Data Center AI, Pendorong Permintaan Baru
Ledakan kebutuhan energi dari data center AI di Amerika Serikat menjadi faktor penting. Analis UBS, Yishu Yan, menegaskan bahwa menggabungkan tenaga surya dengan penyimpanan energi adalah satu-satunya solusi untuk memenuhi kebutuhan daya data center AI.
Permintaan energi yang sangat besar dari pusat data AI membuat penyimpanan baterai menjadi tulang punggung. Tanpa solusi ini, pertumbuhan AI akan terhambat oleh keterbatasan energi fosil seperti gas dan nuklir yang tidak akan banyak berkembang dalam lima tahun ke depan.
Mesin Uang Baru
China Ekspor baterai China mencapai rekor US$66,7 miliar dalam 10 bulan pertama 2025. Angka ini menjadikan baterai sebagai mesin uang baru, melampaui ekspor fotovoltaik surya. Konsultan Infolink memperkirakan pengiriman sel penyimpanan energi global dapat meningkat hingga 800 gigawatt-jam, naik 33–43% dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ekspor penyimpanan energi bahkan lebih cepat dibandingkan baterai EV, yakni 51,4% vs 40,6%. Hal ini menunjukkan bahwa penyimpanan energi kini menjadi fokus utama, bukan sekadar pelengkap kendaraan listrik.
Baca Juga: Diam-Diam AS Gunakan Teknologi dari China
Kebijakan dan Subsidi Pemerintah
Dominasi China tidak lepas dari kebijakan pemerintah daerah yang mewajibkan pengembang energi angin dan surya menambahkan sistem penyimpanan. Dengan demikian, China kini memiliki 40% armada penyimpanan energi baterai global, melampaui kapasitas pembangkit listrik tenaga air konvensional. Subsidi dan reformasi industri juga mempercepat adopsi teknologi ini, menjadikan China sebagai pusat inovasi sekaligus pemasok utama dunia.
Apa China Bisa Mendominasi Lebih Lama?
Meski mendominasi, produsen China menghadapi risiko dari kebijakan proteksi negara lain. Amerika Serikat, misalnya, membatasi proyek yang menerima kredit pajak investasi jika melibatkan entitas asing, termasuk China. Hal ini berpotensi menghambat ekspansi di pasar AS.
Namun, dengan basis produksi yang kuat dan permintaan global yang terus meningkat, China tetap berada di posisi strategis untuk memimpin transisi energi bersih dunia.
Industri baterai China bukan hanya soal angka ekspor, tetapi juga tentang strategi global. Dengan ekspor miliaran dolar, dominasi pemasok sel baterai, serta dukungan kebijakan pemerintah, China telah menjadikan baterai sebagai mesin uang baru sekaligus senjata strategis dalam transisi energi.
Baca Berita dan Artikel lainnya di Google News
(dim/sa)

Tinggalkan Komentar