Teknologi.id - Selama satu dekade terakhir, industri fintech di Indonesia telah tumbuh pesat hingga 6 (enam) kali lipat dari segi jumlah pemain, seperti yang dilaporkan oleh AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG) dalam laporannya yang berjudul "Indonesia’s Fintech Industry is Ready to Rise" pada tahun 2011 terdapat 51 pemain fintech, dan pada tahun 2022 menjadi 334 pemain. Bahkan, Indonesia juga berhasil menjadi yang tertinggi kedua di G20 dalam hal pertumbuhan fintech.
Laporan ini juga memetakan perkembangan fintech Indonesia pada berbagai sub-vertikal, mulai dari awal kemunculan startup fintech dan ekonomi lokal digital pada tahun 2011 hingga 2022. Kemudian, segmen yang hadir semakin beragam dan dinamis, seperti pinjaman, pembayaran, wealthtech, hingga pemain baru yang bermunculan yaitu perangkat lunak untuk layanan dan asuransi, yang mengindikasikan adanya kematangan dan pergeseran ke produk dan layanan yang lebih canggih di Indonesia.
Baca Juga: Pengguna Instagram Indonesia Jadi Urutan ke-4 di Dunia, Simak 4 Ide Bisnis Potensial!
Berdasarkan data yang dilansir Data Indonesia, sektor pembayaran mencapai 55% pada 2011 yang menjadikannya pemain dominasi fintech di Indonesia. Seiring berkembangnya teknologi fintech, segmen baru lainnya bermunculan seperti peminjaman, asuransi, wealth management, dan lainnya. Bisa dilihat, dengan angka 35% pada tahun 2022, sektor pinjaman telah menjadi pemain dominan baru dalam fintech di Indonesia. Disusul dengan 33% sektor pembayaran, sekitar 17% di sektor wealth management, ada 2% di sektor asuransi dan sisanya sebanyak 12% bergerak di sektor lainnya.
Adapun faktor lainnya yang menyebabkan pertumbuhan industri fintech di Indonesia meningkat pesat, seperti peningkatan penetrasi internet dan telepon seluler, regulasi yang lebih mudah dan mendukung industri fintech, serta permintaan pasar akan layanan keuangan digital. Selain itu, tercatat pertumbuhan fintech Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20, khususnya saat pandemi, dimana pertumbuhannya bisa mencapai 39%.
Teknologi Fintech Dapat Digunakan Sebagai Pendukung Kegiatan Pedagang
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Jerry Sambuaga mengatakan bahwa fintech memainkan peran yang semakin besar pada sektor produktif dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Fintech juga dapat dikembangkan dari sektor mikro hingga menengah, dengan syarat semua pihak berkomitmen untuk membangun ekosistem yang aman dan saling menguntungkan.
"Fintech juga bisa mendukung kegiatan para pedagang, khususnya di pasar rakyat dan pasar tradisional, tentu dengan kondisi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pedagang itu sendiri" ujar Jerry, sebagai pembicara dalam acara BCG and AC Ventures Report Launch yang bertemakan 'Shaping The Future of Fintecg in Indonesia' dilansir dari JawaPos.
QRIS, Metode Digitalisasi Pembayaran Perdagangan
Pada sektor perdagangan, ia berpendapat bahwa fintech dapat menjadi salah satu jalan keluar dari kebutuhan pembiayaan. Selain itu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mendorong dalam menerapkan upaya digitalisasi dalam perdagangan, khususnya dalam penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran. Oleh karena itu, ia berharap keberadaan fintech akan semakin akrab dan bersahabat dengan para pelaku perdagangan di Indonesia, khususnya para pedagang kecil.
Sejauh ini, target yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui program Digitalisasi Pasar Rakyat dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) ialah 1.000 pasar rakyat dan 1 juta UMKM (250.000 pedagang pasar rakyat dan 750.000 pedagang non pasar rakyat). Salah satu aspek yang penting adalah hubungan antara pedagang dan UMKM dengan sektor keuangan dan lembaga keuangan.
4 Industri Fintech di Indonesia
Pertumbuhan pesat dari industri fintech tentu memberikan dampak terhadap masyarakat dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Nah, Teknologi.id telah mengumpulkan 4 (empat) perusahaan fintech yang ada di Indonesia:
- GoPay
Platform pembayaran digital yang diluncurkan pada tahun 2016 oleh Gojek ini telah berhasil mendapatkan perhatian dari masyarakat di Indonesia karena layanannya yang cepat dan mudah. Selain itu, platform ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pembayaran transportasi, tagihan, hingga makanan. Adapun fitur e-Wallet dimana pengguna dapat menyimpan uang secara digital, sehingga dapat bertransaksi secara cashless.
- OVO
Layanan ini adalah dompet digital yang dimiliki oleh PT Visionet Internasional dan diluncurkan pada tahun 2017. OVO juga menawarkan sistem transaksi yang mudah dengan OVO Cash dan membuka akses ke produk dan layanan keuangan digital lainnya melalui kolaborasi dengan mitra terpilih.
OVO juga menawarkan berbagai fitur, seperti transfer uang antar pengguna, pembayaran tagihan, hingga pembelian tiket pesawat dan kereta api. Selain itu, pengguna juga diberikan kesempatan untuk mengumpulkan poin di banyak tempat dengan OVO Points.
- DANA
Platform ini adalah dompet digital Indonesia yang dirancang untuk memastikan setiap transaksi non-tunai dan non-kartu digital, baik secara online maupun offline, dapat dilakukan dengan cepat, nyaman dan aman. Fitur-fiturnya mencakup pembayaran tagihan, transaksi pemindaian barcode, dan bahkan e-commerce. DANA sendiri dapat digunakan di berbagai merchant dan toko online di Indonesia.
- Modalku
Platform peer-to-peer (P2P) lending yang menyediakan pendanaan digital untuk UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) berbasis teknologi finansial di Indonesia. Dengan Modalku, UMKM yang berpotensi dan pemberi pinjaman dapat terhubung untuk menumbuhkan ekonomi Indonesia dan membangun dunia yang lebih inklusif secara finansial.
(raa)
Tinggalkan Komentar