Teknologi.id - Meski bukan penduduk asli Amerika Serikat, faktanya banyak orang India yang berhasil menjadi bos perusahaan-perusahaan teknologi raksasa yang bermarkas di Silicon Valley, California.
Yang terbaru, Parag Agrawal, diangkat menjadi CEO baru Twitter. Ia menyusul orang keturunan India lainnya yang sudah terlebih dulu memimpin perusahaan-perusahaan teknologi raksasa di Silicon Valley, seperti CEO Microsoft Satya Nadella, CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai, Presiden dan CEO Adobe Shantanu Narayen, CEO IBM Group Arvind Krishna, CEO Palo Alto Networks Nikesh Arora, dan CEO VMWare Rangarajan Raghuram.
Fakta tersebut semakin mengejutkan, pasalnya jumlah orang India di Amerika Serikat hanya mencakup 1% dari total populasi, dan hanya 6% dari jumlah tenaga kerja di Silicon Valley. Lantas, kenapa bisa orang India yang populasinya minoritas di AS justru banyak yang berhasil jadi pemimpin perusahaan Silicon Valley?
Baca juga: Suka Kirim Foto Lewat HP? Ini Bahayanya
Berdasarkan data yang dikutip dari BBC, Selasa (7/12/2021), CEO Silicon Valley berdarah India sebenarnya merupakan bagian dari kelompok minoritas yang paling kaya dan berpendidikan di AS. Dari empat juta imigran India di AS, satu juta di antaranya bekerja sebagai ilmuwan dan teknisi.
Lebih dari 70% visa kerja H-1B yang diberikan pemerintah AS untuk pekerja asing ditujukan untuk software engineer asal India. Selain itu, 40% dari semua teknisi asing di kota besar seperti Seattle berasal dari India.
Menurut penulis buku The Other One Percent: Indians in America, peningkatan tenaga kerja India di AS merupakan pengaruh dari kebijakan imigrasi AS di tahun 1960-an.
"Ini adalah hasil dari pergeseran drastis di kebijakan imigrasi AS pada tahun 1960-an," jelas penulis buku The Other One Percent: Indians in America, dikutip dari BBC, Selasa (7/12/2021).
Baca juga: Mau Rekam Penyebab Kiamat, Peneliti Bikin "Black Box" untuk Bumi
Kasta tertinggi
Kuota visa AS pada saat itu mengutamakan keterampilan dan penyatuan keluarga. Inilah yang menyebabkan orang India berpendidikan tinggi, seperti ilmuwan, teknisi, dokter, dan programmer, untuk hijrah ke AS.
Mereka yang bermigrasi ke AS termasuk kelompok yang berasal dari kasta tertinggi karena bisa menempuh pendidikan di universitas bergengsi di negara asalnya, sekaligus bisa membiayai pendidikan S2 di AS.
Selain itu, sistem visa di AS lebih mengutamakan mereka yang memiliki keterampilan tinggi di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) yang dibutuhkan oleh perusahaan besar di AS.
"Ini adalah orang-orang terbaik dan mereka bergabung dengan perusahaan di mana yang terbaik bisa melesat ke puncak," kata entrepreneur teknologi dan akademisi Vivek Wadhwa.
Baca juga: WhatsApp Hadirkan Fitur Baru Untuk Hilangkan Obrolan Otomatis
Ditambahkan oleh Wadhwa, kebanyakan CEO asal India juga secara perlahan menaiki tangga perusahaan. Menurutnya, hal ini membuat mereka lebih rendah hati dan membedakan mereka dari banyak founder-CEO yang dianggap arogan dalam visi dan cara memimpinnya.
Selain itu, budaya masyarakat India yang beragam, juga membuat CEO asal India bisa menangani situasi yang rumit dengan lebih mudah, terutama menyangkut kenaikan jabatan di perusahaan.
"Faktor ini plus etika 'kerja keras' sangat membantu mereka," kata co-founder Sun Microsystems Vinod Khosla.
Faktor-faktor tersebut semakin ditopang pendidikan orang India di negara asalnya yang menekankan kefasihan berbahasa Inggris, serta memfokuskan pada pendidikan matematika dan sains, sehingga menghasilkan lulusan dengan keterampilan yang tepat dan lebih mudah membaur di industri teknologi AS.
(dwk)
Tinggalkan Komentar