![]()
Silicon Valley, Amerika Serikat, dikenal sebagai pusat perusahaan teknologi dunia. Banyak profesional asal India menempati posisi penting, termasuk CEO raksasa teknologi seperti Satya Nadella (Microsoft) dan Sundar Pichai (Google). Kehadiran mereka menunjukkan bahwa visa H-1B menjadi jalan utama bagi pekerja terampil India untuk berkarier di AS.
Apa Itu Visa H-1B?
Visa H-1B adalah visa non-imigran yang memungkinkan perusahaan AS merekrut pekerja asing dengan keahlian tinggi atau khusus. Masa berlaku visa ini biasanya tiga tahun dan dapat diperpanjang hingga enam tahun, bahkan lebih jika memenuhi syarat tertentu. Data terbaru menunjukkan 71% visa H-1B yang disetujui diberikan kepada pekerja India, sedangkan China berada di posisi kedua dengan 11,7%.
Baca juga: Tantang Amerika! China Rilis 'Visa K' untuk Tarik Talenta Sains & Teknologi Global
Aturan Baru H-1B: USD 100 Ribu per Pelamar
Pemerintah AS kini menetapkan biaya H-1B sebesar USD 100 ribu atau sekitar Rp 1,6 miliar per pelamar. Kebijakan ini diprediksi akan menjadi pukulan berat bagi India, mengingat sektor teknologi informasi negara ini sangat bergantung pada pasar AS. Kementerian Luar Negeri India memperingatkan aturan ini bisa memicu krisis kemanusiaan karena banyak keluarga yang terdampak.
“Langkah ini akan memiliki konsekuensi kemanusiaan. Pemerintah India berharap gangguan ini bisa diselesaikan oleh pihak AS,” kata Kemenlu India.
Dampak Tinggi pada Sektor Teknologi India
Sektor teknologi informasi India bernilai USD 283 miliar, dengan 57% pendapatan berasal dari pasar AS. Dengan biaya visa yang melonjak, peluang pekerja India untuk bekerja di AS diprediksi menurun drastis. Perusahaan kemungkinan akan lebih selektif dalam memilih kandidat H-1B, hanya untuk posisi yang benar-benar penting.
Ganesh Natarajan, mantan CEO Zensar Technologies, menyatakan:
“American Dream bagi calon pekerja di AS kini akan lebih sulit dicapai.”
Vic Goel dari biro hukum Goel & Anderson menambahkan:
“Perusahaan AS akan fokus pada posisi yang krusial. Ini akan secara signifikan mengurangi akses banyak pekerja terampil asing ke program H-1B.”
Perubahan Tatanan Ekonomi Global
Ray Wang, Chairman Constellation Research di Silicon Valley, memperkirakan kebijakan ini akan meningkatkan perekrutan lokal di AS, mendorong otomatisasi dan AI, mengurangi outsourcing, serta menurunkan mobilitas pekerjaan.
“Kita menyaksikan tatanan baru dalam ekonomi jasa global,” kata Wang.
Efek pada Startup dan Mobilitas Profesional
Biaya tinggi visa H-1B juga berdampak pada startup dan perusahaan teknologi kecil yang mengandalkan talenta asing. Banyak perusahaan mungkin tidak mampu membayar biaya visa untuk semua karyawan asing, sehingga kemampuan mereka bersaing di pasar global menurun.
Selain itu, pekerja asing yang sudah berada di AS menghadapi ketidakpastian terkait perpanjangan visa atau perubahan status pekerjaan mereka. Hal ini memaksa mereka untuk menyesuaikan strategi karier, sementara perusahaan harus menata ulang rencana rekrutmen dan retensi talenta.
Baca juga: Visa Pelajar AS Wajib Sertakan Medsos Aktif, Tak Boleh Dikunci!
Kesimpulan: Peluang Kerja AS Semakin Terbatas
Kenaikan biaya visa H-1B menjadi peringatan bagi pekerja dan perusahaan teknologi global, terutama dari India. Dengan biaya yang meningkat drastis, peluang kerja di AS akan semakin terbatas, dan perusahaan harus menyesuaikan strategi mereka untuk tetap kompetitif di pasar internasional.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)

Tinggalkan Komentar