Teknologi "Pembangkit Kematian" Garapan Startup Dimodali CIA, Begini Cara Kerjanya

Aji Reza Mahendra . October 04, 2022

Foto: Quanta Magazine

Teknologi.id - Para peneliti sedang mencoba untuk "bangkitkan kematian" hewan yang punah. Para ilmuwan menggunakan metode yang disebut de-extinction, metode kloning DNA purba secara genetik untuk menghidupkan kembali spesies yang sebelumnya punah.

Melansir IFL Science (4/10/2022), menggunakan cara ini, para peneliti mengumumkan harimau Tasmania akan menjadi hewan pertama yang "dihidupkan kembali".

Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) juga mendanai teknologi tersebut. Berdasarkan portofolionya, perusahaan modal ventura CIA berpartisipasi dalam pendanaan Colossal Biosciences bersama dengan investor terkenal lainnya.

Sementara perusahaan lain fokus pada hewan yang lebih kecil, Colossal Biosciences menargetkan gajah purba untuk penelitian. Perusahaan berencana menggunakan pengeditan gen CRISPR untuk memungkinkan penemuan kembali mamut berbulu dari Tundra.

Baca juga: Bangga! 5 Robot Medis Ini Buatan Anak Bangsa

Mereka juga mengumumkan upaya untuk menghidupkan kembali Chiralin atau harmau Tasmania, tetapi mamut dapat menimbulkan tantangan lain.

Menurut Colossal, hasil akhirnya secara teknis bukanlah mammoth berbulu, tetapi salinan mammoth yang kuat dan berbentuk gajah.

Gajah-gajah tersebut kemudian dikembalikan ke habitat inti mamut, memulihkan apa yang dulunya merupakan bioma paling luas di bumi yaitu Stepa Mammoth.

Restorasi bioma dan kegiatan konservasi terkait bertujuan untuk mencegah pencairan lapisan es Kutub Utara dan dengan demikian menghindari pelepasan metana yang terperangkap dalam jumlah besar.

Ini adalah pekerjaan yang sangat besar. Colossal mengklaim memiliki teknologi untuk proyek ini. Namun, CRISPR paling sering digunakan untuk memodifikasi gen target tunggal tertentu dalam genom.

Baca juga: Rekomendasi 7 Tempat 'Ngumpul' Para Web Developer di Discord

Apa Kepentingan CIA?

In-Q-Tel, sebuah perusahaan modal ventura nirlaba yang didanai oleh CIA, memiliki jawabannya. Perusahaan mengatakan investasi yang dilakukan lebih fokus pada kemampuan teknis perusahaan.

Pemerintah ingin mencatat kemajuan terbaru dalam bioteknologi karena kebangkitan spesies yang punah merupakan lompatan teknologi yang akan berdampak pada segala hal mulai dari konservasi hingga pengobatan.

Teknologi tersebut memiliki potensi untuk membentuk ekosistem melalui reintroduksi organisme. Ini adalah bentuk eko-engineering yang bisa menjadi bagian dari konflik negara di masa depan.

Tantangan Menggabungkan Genom

Tantangan yang dihadapi de-extinction dimulai dengan DNA, molekul genom yang memungkinkan harapan de-extinction.

Dalam novel dan film Jurassic Park, DNA dinosaurus dari lebih dari 65 juta tahun yang lalu dapat diekstraksi dari nyamuk yang diawetkan dalam damar.

Namun dalam kehidupan nyata, DNA terlalu halus untuk bertahan selama itu: ia memiliki waktu paruh hanya sekitar 521 tahun.

Bahkan dalam jaringan yang terpelihara dengan baik yang tersisa dari spesies yang baru saja punah, DNA yang terkandung sering kali terfragmentasi.

“Dan karena fragmen-fragmen itu kecil, tidak mungkin untuk benar-benar menyusunnya kembali [secara digital] seperti potongan puzzle menjadi keseluruhan gambar yang dulu,” kata Novak dikutip dari QuantaMagazine.org (4/10/2022).

Secara khusus, tidak selalu jelas urutan gen pada kromosom yang direkonstruksi. Rincian itu penting karena penelitian tentang spesies hidup telah menunjukkan bahwa sedikit perubahan dalam urutan gen dapat memiliki efek signifikan pada perilaku dan sifat lainnya.

Peneliti de-extinction biasanya menggunakan genom spesies hidup yang terkait erat sebagai panduan, tetapi pendekatan itu memiliki keterbatasan.

(arm)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar