foto: The Scientist
Teknologi.id - Pernahkah terpikir oleh kalian untuk membaca pikiran orang lain tanpa bersentuhan atau berkomunikasi langsung dengan orang tersebut? Ya, mungkin terdengar mustahil, tetapi para ilmuwan terkini sedang mengembangkan teknik terbaru untuk mentranskripkan pemikiran orang lain tanpa harus berhubungan langsung dengan seseorang tersebut. Teknik "dekode" pikiran ini dikembangkan dengan teknologi pencitraan resonansi magnetik fungsional atau fMRI (functional magnetic resonance imaging).
Metode terbaru ini dilaporkan dalam postingan pada bulan September lalu di database pracetak bioRxiv, alih-alih pada teknik pemindaian otak noninvasif yang disebut pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI). Teknik membaca pikiran ini mengandalkan penanaman elektroda jauh di dalam otak manusia. Teknologi fMRI akan melacak aliran darah beroksigen melalui otak. Lalu, sel-sel otak yang aktif membutuhkan lebih banyak energi dan oksigen sehingga informasi ini memberikan ukuran tidak langsung dari aktivitas otak.
Secara alami, metode pemindaian ini tidak dapat menangkap aktivitas otak secara real-time. Hal ini lantaran sinyal listrik yang dilepaskan oleh sel-sel otak bergerak jauh lebih cepat daripada darah yang mengalir melalui otak. Namun, para peneliti menemukan bahwa mereka masih dapat menggunakan ukuran proxy yang tidak sempurna ini untuk memecahkan kode makna semantik dari pikiran orang, meskipun mereka tidak dapat menghasilkan terjemahan kata demi kata.
Baca juga: Demi Tangani Kejahatan di Dunia Virtual, Interpol Luncurkan Kantor Metaverse Sendiri
Dilansir dari The Scientist, Alexander Huth, seorang ahli saraf di University of Texas di Austin, mengatakan bahwa metode seperti ini memang mustahil untuk terjadi dan bahkan mungkin hanya akan menjadi angan-angan semata apabila dibandingkan dengan penelitian 20 tahun lalu. Untuk melakukan eksperimen ini, para tim peneliti melakukan pemindaian otak seorang wanita dan dua pria berusia 20-an dan 30-an. Setiap peserta mendengarkan 16 jam total podcast dan acara radio yang berbeda selama beberapa sesi di pemindai. The Moth Radio Hour, TED talk, dan Anthropocene Review karya John Green termasuk di antara media yang digunakan. Untuk membangun dekoder yang akurat dan dapat diterapkan secara luas, Huth mengatakan penting bahwa subjek penelitian mendengarkan berbagai media.
Lalu, mereka memasukkan pindaian ini ke algoritme komputer yang mereka sebut "dekoder", yang membandingkan pola dalam audio dengan pola dalam aktivitas otak yang direkam. Algoritme kemudian dapat mengambil rekaman fMRI dan menghasilkan cerita berdasarkan kontennya, dan cerita itu akan cocok dengan plot asli podcast atau acara radio "cukup baik." Dapat disimpulkan bahwa dekoder dapat menyimpulkan cerita apa yang telah didengar setiap peserta berdasarkan aktivitas otak mereka.
Ada kekurangan dari metode ini, yaitu dengan rekaman otak fMRI non-invasif, Huth mengatakan ia memiliki potensi yang lebih tinggi untuk aplikasi dunia nyata daripada metode invasif, meskipun biaya dan ketidaknyamanan menggunakan mesin MRI merupakan tantangan yang jelas. Namun, metode ini menjadi salah satu inovasi dan solusi terbaik dibandingkan metode lainnya.
Dilansir dari Science Alert, dalam tes tambahan, algoritme dapat dengan cukup akurat menjelaskan plot film bisu yang ditonton peserta di pemindai. Bahkan bisa menceritakan kembali sebuah cerita yang para peserta bayangkan untuk diceritakan di pikiran mereka. Ke depannya, para tim peneliti berharap metode ini dapat digunakan untuk membantu para penderita tunawicara agar dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan lebih mudah. Selain itu, metode ini juga diharapkan dapat diterapkan untuk seseorang yang tidak bisa mengetik karena berbagai alasan atau latar belakang kesehatan.
Mentransmisikan pemikiran manusia agar dapat dibaca oleh orang lain merupakan salah satu rencana penelitian yang selalu diuji coba dan dikembangkan. Selain untuk menambah perkembangan dunia teknologi, tentunya inovasi ini akan membantu berbagai pihak dengan memudahkan proses berkomunikasi. Bagaimana menurutmu dengan inovasi metode baca pikiran terbaru ini? Harapannya metode ini juga dapat digunakan untuk tujuan yang baik dan tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Semakin akurat pemikiran yang dapat di "dekode", semakin baik pula proses komunikasi akan berjalan.
Baca juga: Robo-fish: Robot Ikan Pemakan Plastik Hadir untuk Bersihkan Perairan dari Limbah
(LA)
Tinggalkan Komentar