Teknologi.id - Perkembangan teknologi AI (Artificial Intelligence) saat ini dikenal luas sebagai 'teknologi masa depan' dan digunakan oleh masyarakat di mana-mana. Namun sebagai salah satu orang yang telah berkontribusi dan berdedikasi dalam pengembangan teknologi AI dalam waktu yang cukup lama, hingga dijuluki sebagai 'Godfather of AI', Geoffrey Hinton malah meninggalkan Google pada awal Mei 2023. Keluarnya Geoffrey juga ingin memperingatkan tentang bahaya perkembangan yang berlebihan dan konsekuensi dari teknologi AI bagi kelangsungan umat manusia.
Saat ini, teknologi ini sudah banyak digunakan karena membuat hidup manusia menjadi lebih mudah. Namun, Geoffrey Hinton melihat kemudahan-kemudahan ini berbahaya bagi umat manusia karena ia mengkhawatirkan potensi bahaya AI di masa depan. Hal ini juga disebabkan oleh kecerdasan AI yang dikhawatirkan dapat melampaui kemampuan otak manusia. Selain itu, ia juga percaya bahwa sistem mumpuni di masa depan yang akan hadir tidak akan setara dengan pemikiran manusia.
Berkat dedikasinya dalam pengembangan AI, kini teknologi ini sedang berkembang dan salah satu AI yang saat ini populer yaitu chatbot populer seperti ChatGPT yang merupakan teknologi obrolan generatif yang diciptakan oleh OpenAI. Selain itu, pembicaraan tentang AI dan ChatGPT ini seperti sedang membangunkan "macan yang sedang tidur", bahkan saat ini banyak perusahaan teknologi terdorong untuk melakukan hal yang sama. Sebagai contoh, raksasa mesin pencari Google juga mulai terjun ke dalam tren AI dan mengembangkan teknologi AI yang diperkenalkan dengan nama Bard.
Baca Juga: Viral Character AI, Chatbot dengan Berbagai Pilihan Karakter Unik
Berdasarkan akun Twitter pribadinya dengan nama pengguna @geoffreyhinton, Geoffrey Hinton juga mencuitkan alasan dia keluar dari Google agar ia dapat berbicara tentang bahaya AI secara bebas tanpa mempertimbangkan bagaimana hal ini memengaruhi perushaan dimana dulu ia bekerja Google.
In the NYT today, Cade Metz implies that I left Google so that I could criticize Google. Actually, I left so that I could talk about the dangers of AI without considering how this impacts Google. Google has acted very responsibly.
Lebih lanjut, dalam sebuah wawancara dengan New York Times, Geoffrey Hinton mengatakan bahwa ia khawatir dengan kemampuan AI dalam menciptakan gambar dan teks palsu yang meyakinkan, dan kemungkinan mengarah dimana orang tidak lagi dapat membedakan mana yang benar lagi. Selain itu, dalam waktu dekat, dia khawatir akan adanya AI generatif yang dapat menyebabkan gelombang misinformasi.
Kekhawatiran lainnya adalah kemungkikan teknologi AI di masa depan yang tidak hanya menghilangkan pekerjaan, tetapi juga menggantikan beberapa pekerjaan. Seperti yang kita ketahui sebelumnya di situs Future of Life Institute terdapat surat petisi terbuka yang telah ditandatangani oleh para pakar teknologi dimana berisikan yang mendesak untuk menghentikan sementara pengembangan AI.
Secara singkat, sebelumnya, dia telah mengabdikan sebagian karirnya untuk mempelajari jaringan saraf yang sering menjadi kunci untuk AI, tetapi ia dikenal karena mengembangkan sistem pengenalan objek pada tahun 2012. Jaringan saraf terobosannya mampu menggunakan gambar pelatihan untuk membantu mengenali objek-objek umum. Kemudian, Google mengakuisisi startup DNNresearch miliknya pada tahun 2013, dan konsep-konsep yang mendasari penemuannya membantu mendorong lonjakan pengembangan yang mengarah pada teknologi generatif saat ini.
Baca Juga: Elon Musk dan Pemimpin Teknologi Lainnya Desak OpenAI untuk Jeda Pengembangan AI
Seperti yang dikutip dari Engadget, pemikiran Geoffrey Hinton mulai berubah tahun lalu, ketika Google, OpenAI, dan yang lainnya mulai membuat sistem AI yang ia yakini terkadang lebih unggul dari kecerdasan manusia. "AI telah berkembang pesat hanya dalam waktu lima tahun terakhir, apa yang akan terjadi dalam lima tahun ke depan," ujar peneliti tersebut.
Diketahui bahwa AI mempelajari perilakunya dari data pelatihan yang diberikan. Di sisi lain, dia mengungkapkan kekhawatirannya akan eskalasi tak terkendali yang dapat terjadi tanpa adanya regulasi atau pengembangan dengan kontrol yang efektif. Ia juga mengatakan bahwa hal ini dapat menjadi masalah besar jika tidak ada batasan yang jelas. Tentunya hal ini tentu akan berpotensi berbahaya bagi manusia.
Lebih lanjut, terkait kekhawatiran Geoffrey Hinton dan kepergiannya dari kepemimpinan Google. Kepala ilmuwan Google, Jeff Dean, menyatakan bahwa perusahaan masih berdedikasi pada "pendekatan yang bertanggung jawab" dan tetap menjaga "risiko yang muncul."
Dimana sebelumnya, pada bulan Maret lalu, Google baru saja merilis versi kasar dari chatbot Bard setelah berbulan-bulan rumor tentang perusahaan yang khawatir tentang ancaman kompetitif dari AI generatif. Sebelumnya, Google telah menolak untuk merilis model AI seperti Imagen yang berorientasi pada seni karena potensi pelanggaran hak cipta.
(raa)
Tinggalkan Komentar