Teknologi.id - Teknologi kecerdasan buatan (AI) sedang populer. ChatGPT buatan OpenAI memperoleh perhatian besar karena mampu memahami pertanyaan dan memberikan jawaban yang mudah dimengerti. Selain itu, teknologi AI juga digunakan pada fitur kamera smartphone untuk meningkatkan kualitas foto.
Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan telah digunakan di banyak aspek kehidupan manusia. Namun, sekelompok ilmuwan telah mengembangkan sistem baru yang disebut "Organoid Intelligence" atau OI.
OI merupakan sistem buatan yang menggunakan sel-sel otak manusia yang hidup. Mereka yakin bahwa suatu hari nanti, OI akan menjadi sistem yang lebih efisien dan hemat energi dibandingkan dengan sistem buatan yang ada saat ini.
Tim internasional yang dipimpin oleh Universitas Johns Hopkins di Baltimore telah mengembangkan OI dan menerbitkan rincian tentang proyek tersebut dalam jurnal Frontiers in Science pada hari Selasa.
Baca juga: Gratis! Begini Cara Bikin CV ATS Pakai AI di Situs ResumAI
Apa itu OI?
Teknologi AI semakin berkembang dan banyak digunakan. Namun, menurut sebuah jurnal dari Universitas Johns Hopkins, AS, teknologi baru bernama Organoid Intelligence (OI) mungkin akan mengancam masa depan AI.
OI merupakan teknologi AI yang digabungkan dengan kemampuan komputasi otak manusia melalui sel-sel otak manusia yang diperbanyak untuk berbagai kepentingan penelitian.
Para ilmuwan berharap dengan menggunakan sel-sel otak ini, mereka dapat memanipulasi fungsi otak manusia untuk menggali potensi dari kemampuan otak secara keseluruhan.
Secara rinci, Organoid Otak Berbasis Mesin, atau OI, adalah sebuah perangkat keras yang terdiri dari struktur saraf kecil tiga dimensi yang tumbuh dari sel induk manusia. OI akan terhubung dengan sensor dan perangkat keluaran, dan dilatih dengan machine learning, big data, dan teknik lainnya.
OI bertujuan untuk mengembangkan sistem ultra-efisien yang dapat memecahkan masalah di luar jangkauan komputer digital konvensional, sekaligus membantu pengembangan ilmu saraf dan bidang penelitian medis lainnya.
Menurut Thomas Hartung, seorang profesor ilmu kesehatan lingkungan di Johns Hopkins Bloomberg of Public Health dan Whiting School of Engineering yang memelopori proyek ini, biocomputing adalah upaya besar untuk memadatkan daya komputasi dan meningkatkan efisiensinya untuk melampaui batas teknologi saat ini.
Baca juga: Guru Jangan Mau Dicurangi Siswa! Berikut Cara Cek Plagiarisme AI Gratis
Komputer OI beroperasi dengan Menggunakan Pola Pikir yang Menyerupai Manusia
Hartung menyatakan bahwa OI dengan sel-sel otak manusia dapat menghasilkan biokomputer yang efisien dalam pemrosesan dan berpikir seperti manusia. Biokomputer ini mampu melakukan banyak kalkulasi dan memproses angka lebih banyak daripada kemampuan manusia.
Hartung mengungkapkan bahwa meskipun komputer modern dapat melakukan banyak kalkulasi dan pemrosesan data, tetapi mereka belum mampu menandingi kemampuan otak manusia dalam hal deduksi, pemikiran logis, dan naluri.
Selain itu, biokomputer diharapkan dapat bekerja lebih efisien dan secara alami daripada komputer konvensional yang sangat boros energi. Menurut Hartung, meskipun komputer super terbaru Frontier di Kentucky telah mencapai kemampuan otak manusia pada Juni 2022, tetapi dengan biaya energi yang sangat besar.
Oleh karena itu, OI diharapkan dapat menggantikan AI di masa depan karena lebih efisien dan mampu melakukan komputasi yang lebih baik daripada AI.
Baca juga: Saingan AI? Ini Dia Kecerdasan Buatan Baru, Organoid Intelligence
Jangka Waktu Pengembangan OI
Hartung mengungkapkan bahwa pengembangan teknologi OI memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum bisa diterapkan dalam perangkat sederhana.
Namun, jika para ilmuwan dapat memproduksi dan memperbanyak sel otak dengan cepat serta melatih organ otak tersebut dengan AI, maka OI dapat menciptakan biokomputer dengan kemampuan pemrosesan yang sangat handal.
"Diperlukan beberapa dekade untuk menciptakan biokomputer dengan kemampuan yang setara dengan komputer modern. Namun, jika riset dan pengembangan OI terus diperhatikan, pengembangan OI bisa menjadi lebih cepat," tambah Hartung.
Seperti diketahui, teknologi cerdas seperti AI dan OI dapat disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang melanggar etika dan norma manusia. Oleh karena itu, para peneliti dari Universitas John Hopkins bekerja sama dengan para peneliti yang ahli di bidang AI Ethics untuk memastikan teknologi ini tidak digunakan untuk tujuan yang buruk. Untuk informasi lebih lanjut mengenai jurnal yang membahas OI ini, silakan klik tautan yang disediakan.
(dwk)
Tinggalkan Komentar