Sumber: analyticsinsight.net
Teknologi.id - Industri kecerdasan buatan (AI) kini menjadi sorotan utama dalam dunia teknologi. Seiring dengan kehadiran layanan seperti ChatGPT yang mengubah paradigma interaksi manusia dengan mesin. Namun, di balik kemajuan ini, ada pertanyaan mendesak mengenai lingkungan yang terkait dengan pertumbuhan AI. Bagaimana dampak konsumsi energi dari AI yang kini semakin masif?
Penelitian terbaru mengungkapkan gambaran yang cukup mengkhawatirkan. Hasil proyeksi menyebutkan bahwa pada tahun 2027, industri AI mungkin akan mengonsumsi energi sebanding dengan konsumsi energi seluruh negara Belanda. Dengan laju pertumbuhan teknologi yang begitu cepat, kita dihadapkan pada dilema: apakah inovasi ini layak dengan risiko lingkungan yang ada?
Tak dapat dipungkiri, kecerdasan buatan telah membawa terobosan di berbagai bidang. Mulai dari sektor medis, pendidikan, hingga hiburan, AI telah memperkaya pengalaman kita, mempercepat produksi, dan menyediakan solusi yang sebelumnya dianggap mustahil. Namun, untuk mendukung operasionalnya, AI memerlukan sumber daya yang signifikan, terutama dari sisi energi. Perangkat keras yang canggih untuk AI membutuhkan tenaga yang lebih besar dibandingkan teknologi konvensional.
Baca juga: Fitur Baru Google Search Mungkinkan Pengguna Buat Gambar AI, Begini Caranya
Prediksi Konsumsi Energi AI
Alex De Vries, peneliti ternama dari VU Amsterdam School of Business and Economics, melalui penelitiannya memberikan gambaran mendalam mengenai masalah ini. Dia memprediksi bahwa, dalam kurun waktu delapan tahun ke depan, AI bisa mengkonsumsi energi antara 85-134 terawatt-hour (TWh) setiap tahunnya. Itu setara dengan konsumsi listrik sebuah negara industri maju.
Tentunya, penemuan semacam ini memicu perdebatan di antara komunitas ilmiah. Beberapa berpendapat bahwa angka-angka tersebut mungkin bersifat spekulatif, terutama karena banyak perusahaan teknologi besar yang enggan membagikan data konsumsi energi mereka. Hal ini menambah kerumitan dalam memverifikasi prediksi tersebut.
Pusat data AI, selain memerlukan energi besar, juga membutuhkan sistem pendinginan intensif yang memanfaatkan air dalam jumlah besar. Ini menambah lapisan lain dari isu lingkungan yang terkait dengan pertumbuhan AI.
Namun, ada sisi positifnya. AI juga menunjukkan potensi dalam membantu mengatasi masalah lingkungan. Proyek-proyek seperti mengurangi jejak uap pesawat dengan bantuan AI atau mempercepat penelitian energi fusi nuklir adalah bukti bahwa AI bisa menjadi bagian dari solusi.
Tanggung Jawab Industri Teknologi Terhadap Lingkungan
Sebagai respons terhadap kecemasan ini, penting bagi perusahaan teknologi untuk mengadopsi pendekatan yang lebih peduli lingkungan dalam mengembangkan dan menerapkan AI. Eksplorasi penggunaan energi terbarukan untuk pusat data dan teknologi pendinginan yang hemat energi dapat digunakan sebagai solusi untuk mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan AI. Di samping itu, menciptakan algoritma yang lebih hemat energi kini menjadi fokus utama para ahli. Dengan cara ini, perusahaan teknologi dapat menunjukkan dedikasi dan kesadaran dalam menangani isu-isu lingkungan, sekaligus terus mendorong inovasi.
Keseimbangan Antara Kemajuan dan Keberlanjutan
Meski demikian, kita harus memastikan bahwa kemajuan teknologi berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan. AI harus dikelola dengan bijak, dengan memastikan bahwa dampaknya terhadap planet kita tetap minimal. Keseimbangan antara inovasi dan pelestarian adalah kunci masa depan yang cerah dan berkelanjutan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(tqhf)
Tinggalkan Komentar