Teknologi.id - Google
Research telah memperkenalkan fitur baru dalam menghasilkan video dari teks yang
mengungguli sebagian besar pembuat video AI lainnya. Tim pengembang berharap
teknologi ini dapat menginspirasi industri kreatif, meskipun dengan kesadaran
bahwa potensi penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab juga
mungkin, terutama dalam pembuatan deepfakes atau konten berbahaya.
Keunikan dari teknologi ini terletak pada kemampuannya untuk
menyesuaikan gerakan orang dan objek dalam video agar terlihat lebih alami dan
mulus selama beberapa detik, mengatasi masalah gerakan yang cenderung bergetar
pada sebagian besar pembuat video AI. Hal ini juga menjaga agar latar belakang
video tetap terlihat alami, tanpa terjadi glitching – sebuah tugas yang
sebelumnya memerlukan daya komputasi besar dan membatasi durasi video AI.
Diberi nama "Lumiere," AI baru ini menggunakan teknik khusus
untuk membuat film dalam satu proses, menghasilkan 80 frame video pada
kecepatan 16 frame per detik, setara dengan 5 detik rekaman - durasi yang lebih
lama daripada rata-rata adegan film. Ini merupakan perbedaan signifikan dengan
pembuat video AI standar, yang biasanya memulai dengan beberapa frame dan
kemudian mengisi data yang hilang di antaranya. Dengan Lumiere, para peneliti
telah berhasil membuat beberapa video menarik, termasuk video kucing yang
terlihat nyata tetapi jelas palsu bermain piano, serta evolusi bertahap gambar
garis seekor singa.
Baca juga Hebat! Google Hadrikan Fitur AI Generative Baru untuk Chrome
Para peneliti meyakini bahwa AI ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam berbagai tugas penciptaan konten dan aplikasi pengeditan video, seperti
mengubah gambar menjadi video, video inpainting, dan generasi gaya. Namun,
mereka juga memahami risiko penyalahgunaan, terutama dalam pembuatan konten
palsu atau berbahaya. Oleh karena itu, mereka menekankan pentingnya
mengembangkan dan menerapkan alat-alat deteksi bias serta pencegahan penggunaan
jahat guna memastikan penggunaan yang aman dan adil.
Namun demikian, ada beberapa keterbatasan, seperti AI belum dapat
mengelola video dengan beberapa adegan atau transisi antara adegan, yang diakui
oleh para peneliti sebagai tantangan yang perlu diatasi di masa depan.
Rilis teknologi ini datang pada saat yang krusial dalam debat mengenai
peran AI dalam industri kreatif dan dampaknya terhadap masyarakat. Terutama,
persaingan menuju Pemilihan Presiden 2024 di Amerika Serikat semakin memanas,
dengan beberapa perusahaan AI, seperti OpenAI, telah mengambil langkah-langkah
untuk melarang penggunaan alat mereka untuk tujuan politik demi mencegah
potensi penyalahgunaan. Sementara itu, perusahaan lain, seperti Google, tengah
menguji berbagai teknik, termasuk water-marking dan pembatasan penggunaan AI
dalam iklan serta konten lainnya, untuk menanggulangi penyebaran informasi yang
salah.
Baca Berita dan Artikel yang lain
di Google News
(LF)
Tinggalkan Komentar