Teknologi.id - Meta sebagai induk perusahaan Facebook ini berhasil mengembangkan sistem translator (penerjemah) dengan AI untuk mengubah percakapan lisan berbahasa Hokkien menjadi Inggris.
Melalui sebuah postingan di Twitter, Mark Zuckerberg membagikan video yang berisikan demonstrasi penggunaan teknologi penerjemah bersama software engineer Peng-Jen Chen pada hari Rabu (19/10).
Foto: Mark dan Peng-Jen ketika sedang berbicara dalam bahasanya masing-masing
Dalam video tersebut, Mark dengan Peng-Jen berbicara dalam bahasanya masing-masing, yakni Inggris dan Hokkien. Kemudian sistem penerjemah AI milik Meta dengan instan menerjemahkan secara lisan.
Penerjemah berbasis AI biasanya hanya digunakan dalam berbentuk text saja, belum secara lisan. Namun para peneliti AI ini memberi ribuan kata-kata tertulis kepada AI agar dapat dipelajari secara mandiri.
Tidak berarti mudah, kendala yang terjadi ialah terdapat 3.000 bahasa yang digunakan dalam dunia saat ini namun tidak memiliki sistem penulisan yang dapat diserap AI. Alhasil, masih belum banyak bahasa yang bisa dilatih untuk AI, hanya bahasa-bahasa tertentu saja seperti Inggris dan Hokkien.
Penting untuk diketahui bahwasannya Hokkien menjadi salah satu bahasa yang dipelajari AI. Hokkien sendiri digunakan oleh 45 juta penutur di Daratan Cina, dan beberapa negara lain seperti Taiwan, Malaysia, Singapura, dan Filipina.Selain itu, Hokkien menjadi bahasa lisan yang belum memiliki sistem penulisan standar secara resmi.
Baca juga: Mark Zuckerberg Klaim Media Sosial Instagram Lebih Positif Dibanding Twitter
Agar dapat dipelajari oleh AI, para penutur Hokkien harus menuliskan bahasa mereka secara fonetis atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa. Hal ini memberikan hasil yang signifikan dan bervariasi tergantung pada setiap penutur yang menulisnya.
Hanya ada sedikit data yang tercatat dalam penerjemahan bahasa Hokkien ke bahasa Inggris. Di sisi lain, penerjemah profesional juga sangat langka.
Dalam menyiasati kelemahan tersebut, Meta mencari cara lain yaitu dengan menggunakan bahasa Mandarin secara tertulis sebagai penghubung bahasa Inggris dan Hokkien ketika melatih AI.
"Tim kami awalnya menerjemahkan pidato bahasa Inggris atau Hokkien ke teks Mandarin, dan kemudian menerjemahkan (teks Mandarin) ke bahasa Hokkien atau Inggris - baik dengan annotator dan secara otomatis," ujar peneliti Meta Juan Pino seperti yang dikutip dari Mashable (21/10).
Selain bersama annotator, Meta juga bekerja sama dengan penutur Hokkien untuk memeriksa kembali hasil terjemahan AI. Kemudian para penutur dan Meta akan merilis model dan data yang kemudian dijadikan rujukan informasi oleh peneliti lain.
Baca juga: Meta Segera Rilis Super, Platform Streaming Mirip Twitch
Dilansir dari Mashable, Meta mengakui bahwa sistem penerjemah berbasis AI mereka baru mampu menerjemahkan satu kalimat dalam satu waktu, dan hanya berfungsi ketika digunakan untuk menerjemahkan bahasa Hokkien dan bahasa Inggris.
Meski demikian, Meta juga mengakui bahwa penelitian translator berbasis AI ini merupakan sebuah kemajuan agar menjadi real-time oral translation yang diimpikan Meta.
(ai)
Tinggalkan Komentar