Facebook Minta Peneliti untuk Stop Kumpulkan Data Iklannya

Indah Mutia Ayudita . October 26, 2020

Ilustrasi. Foto: Reuters

Teknologi.id - Facebook meminta para peneliti dari New York University untuk berhenti mengumpulkan data mengenai penargetan iklan politik platform media sosial tersebut. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh The Wall Street Journal.

Sebuah proyek dari NYU, The Ad Observatory dengan total lebih dari 6.000 sukarelawan yang tergabung dalam proyek tersebut menggunakan ekstensi browser yang dinamakan AdObserver untuk mengambil data dari iklan politik yang ditampilkan di Facebook.

Baca juga: Patreon akan Hapus Akun Kreator yang Dukung QAnon

Facebook dengan tegas menyebut bahwa proyek ini melanggar salah persyaratan layanan miliknya karena mengumpulkan data-data tersebut.

Facebook mengirimkan surat secara resmi kepada para peneliti The Ad Observatory pada tanggal 16 Oktober 2020 lalu yang menyatakan alat scraping (pengumpul data), tak peduli apakah bermanfaat atau tidak, tidak diperkenankan untuk digunakan mengumpulkan informasi dari Facebook.

Facebook juga mengancam akan memberikan sanksi dan akan melakukan tindakan hukum apabila proyek ini tetap berlangsung dan tidak menghapus data yang sudah dikumpulkan.

Perusahaan tersebut juga bisa mengubah kode programnya untuk memblokir tim NYU agar tidak bisa mengakses datanya lagi, kata juru bicara Facebook kepada tim Wall Street Journal.

Baca juga: 5 Tips Promosi Usaha Melalui Media Sosial

Tim peneliti dari NYU tersebut menemukan bahwa Facebook tidak melabeli seluruh iklan politik yang menunjukkan siapa saja yang membayar untuk memasang iklan tersebut.

Bulan lalu, Facebook membuat ketentuan baru untuk menghindari tuduhan ikut campurnya perusahaan tersebut dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tanggal 3 November 2020 mendatang.

Facebook berjanji akan berhenti mengambil iklan politik selama seminggu jelang pemilihan, meletakkan pusat informasi pemilihan di bagian atas timeline dan news feed instagram serta Facebook, dan akan memberi label informasi apabila pengguna memposting informasi menyesatkan mengenai hasil pemilu.

(im)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar