Sadfishing di Era Digital: Kenapa Kesedihan Menjadi Konten Populer dan Efeknya

Elysa Magrisia Herdiani . September 13, 2024


Teknologi.id - Di era digital, media sosial telah menjadi tempat di mana orang tidak hanya berbagi momen bahagia tetapi juga kesedihan mereka. Fenomena ini dikenal sebagai "sadfishing," istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku memposting masalah pribadi atau emosional dengan tujuan menarik perhatian dan simpati dari audiens. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana sadfishing muncul, mengapa ini menjadi viral, serta dampaknya bagi pengguna dan dinamika di dunia digital yang semakin kompleks.


Apa Itu Sadfishing?

Sadfishing adalah istilah yang diperkenalkan pada 2019, menggabungkan kata "sad" (kesedihan) dan "fishing" (memancing). Istilah ini merujuk pada tindakan seseorang yang memposting cerita atau pengalaman emosional untuk memancing respon dari orang lain, sering kali berupa empati atau dukungan. Meskipun berbagi emosi secara online bukan hal baru, sadfishing sering kali dihubungkan dengan motivasi yang lebih berfokus pada perhatian atau keuntungan pribadi daripada mencari solusi nyata atas masalah tersebut.

Beberapa orang mungkin melakukan sadfishing dengan tulus, namun tak sedikit yang melakukannya dengan niat untuk meningkatkan jumlah pengikut atau memanfaatkan simpati orang lain. Tren ini menunjukkan bagaimana platform digital telah mengubah cara kita berinteraksi dan mengekspresikan emosi di ruang publik.

Baca juga: Rekomendasi 5 Aplikasi untuk Jaga Kesehatan Mentalmu

Mengapa Sadfishing Menjadi Viral?

Sadfishing menjadi fenomena viral di media sosial karena beberapa alasan utama:

  1. Kebutuhan untuk Validasi Online
    Di dunia digital, validasi seringkali diukur melalui jumlah "likes," "comments," dan "shares." Saat seseorang memposting konten yang penuh emosi, mereka cenderung mendapatkan reaksi yang lebih kuat dari audiens, termasuk dukungan dan empati. Perasaan diterima ini dapat menciptakan kecanduan untuk terus berbagi cerita yang serupa demi mendapatkan validasi lebih banyak di masa mendatang.
  2. Eksistensi Identitas di Media Sosial
    Media sosial memungkinkan seseorang untuk menciptakan identitas mereka sendiri secara online. Dengan membagikan pengalaman emosional, mereka dapat membentuk citra diri yang "rentan" dan layak mendapat perhatian. Hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan audiens dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pengikut mereka.
  3. Tekanan Sosial dan Tren Digital
    Platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok memiliki budaya yang cepat bergeser. Ketika tren sadfishing mulai muncul, banyak pengguna lain yang mungkin merasa terinspirasi atau terdorong untuk ikut serta agar tetap relevan di kalangan teman-teman atau komunitas online mereka. Faktor ini membuat fenomena sadfishing semakin menjalar dengan cepat.
  4. Efek Psikologis dari Perhatian Online
    Mendapatkan perhatian melalui kesedihan atau cerita emosional dapat memicu lonjakan dopamin di otak, yang mendorong orang untuk terus memposting lebih banyak konten serupa. Sadfishing sering kali memberikan "reward" instan berupa dukungan dan empati dari audiens, sehingga perilaku ini sulit dihindari oleh beberapa pengguna.


Dampak Sadfishing pada Pengguna Media Sosial

Fenomena sadfishing dapat memberikan dampak signifikan, baik pada pengguna yang melakukan sadfishing maupun audiens yang terlibat.

  1. Kebosanan dan Skeptisisme
    Audiens yang terus-menerus terpapar konten sadfishing cenderung menjadi skeptis terhadap keaslian cerita yang mereka lihat. Sadfishing yang berulang-ulang dapat menciptakan perasaan "kelelahan empati" di mana orang mulai mempertanyakan niat di balik setiap postingan emosional, yang pada akhirnya dapat menurunkan rasa simpati terhadap cerita yang benar-benar otentik.
  2. Manipulasi Emosional
    Ada pula aspek manipulasi dalam sadfishing, di mana pengguna memanfaatkan kesedihan untuk mendapatkan keuntungan seperti perhatian, pengikut, atau bahkan uang. Ini sering kali berujung pada ketidakpercayaan yang meluas terhadap konten emosional di media sosial, yang dapat merusak hubungan antar pengguna.
  3. Pengaruh pada Mereka yang Benar-benar Membutuhkan Bantuan
    Ketika sadfishing menjadi terlalu umum, orang-orang yang benar-benar membutuhkan dukungan emosional atau mental dapat diabaikan. Audiens mungkin kesulitan membedakan mana yang sadfishing dan mana yang merupakan permintaan bantuan yang tulus. Ini menempatkan individu yang sedang mengalami krisis dalam posisi yang rentan, di mana mereka mungkin tidak mendapatkan perhatian yang layak karena dianggap sebagai bagian dari tren.


Memahami Sadfishing dalam Konteks Dunia Digital

Sadfishing bukan sekadar tren media sosial; ia mencerminkan bagaimana kita sebagai manusia beradaptasi dengan lingkungan digital yang semakin kompleks. Media sosial memberikan ruang untuk mengekspresikan emosi, namun juga menciptakan peluang bagi eksploitasi emosi tersebut. Penting bagi pengguna untuk memiliki kesadaran akan batas antara berbagi secara tulus dan perilaku yang mencari validasi eksternal secara berlebihan.

Selain itu, platform media sosial juga perlu mengambil tanggung jawab dalam menangani fenomena ini. Algoritma yang mendorong konten berdasarkan keterlibatan emosional dapat memperburuk masalah sadfishing dengan memberi sorotan lebih pada konten yang memancing reaksi emosional ekstrem. Dengan regulasi dan kebijakan yang lebih baik, platform dapat mendorong konten yang lebih autentik dan mencegah eksploitasi emosional.

Baca juga: Cara Filter Komentar di TikTok untuk Hindari Hal Negatif

Sadfishing adalah fenomena yang terus berkembang di dunia media sosial. Dengan memahami motif di balik perilaku ini dan dampaknya terhadap audiens, kita dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Penting untuk membedakan antara konten yang tulus dan tren yang memanfaatkan emosi, agar kita bisa mendukung mereka yang benar-benar membutuhkan serta menjaga kesehatan emosional kita di dunia maya.

Sebagai pengguna media sosial, kesadaran akan fenomena ini akan membantu kita lebih peka terhadap dinamika sosial online dan memaksimalkan penggunaan platform digital secara positif.

Baca Berita dan Artikel lain di Google News.

(emh) 

Share :