Mengupas Tren AI dan Blockchain di Indonesia Developer Summit

Adi Arriansyah . November 23, 2017
Galvin Widjaja saat pemberian materi.
Event Indonesia Developer Summit hari pertama dan kedua telah selesai dilangsungkan. Acara yang berlangsung selama tiga hari ini, mengambil tema seputar Artificial Intelligence (AI) pada hari pertamanya tepatnya di hari Selasa, 21 November 2017 dan Blockchain di hari kedua, 22 November 2017. Pada hari pertama, acara hajatan besar developer seluruh Indonesia yang diselenggarakan oleh Codepolitan dan Refactory ini mendatangkan Galvin Widjaja (Founder dari Lauretta.io) sebagai pemateri yang membawakan materi mengenai Expert Systems: Transfer Learning and it’s Impact on Your Next Big Project. Setelah itu acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang mendatangkan tiga panelis yang dua diantaranya yaitu M. Saad Nurul Islah dari Qiscus sebuah aplikasi layanan chatting untuk komunikasi tempat kerja dan Anshori Muslim dari e-Fishery yaitu alat pemberi pakan ikan otomatis, bergerak di industri yang melibatkan AI. Serta panelis berikutnya ada Ken Ratri Iswari selaku Founder dan CEO dari GeekHunter sebuah startup yang bergerak dibidang IT recruitment consultant yang akan membahas mengenai kebutuhan tenaga kerja yang terkait dengan AI di industri.
Diskusi panel dengan Qiscus, eFishery dan GeekHunter.
Diskusi dibuka dengan pembahasan mengenai Qiscus yang dibawakan oleh M. Saad Nurul Islah atau biasa disapa Saad. Saad menjelaskan, Qiscus adalah sebuah provider chat untuk bisnis yang mana Qiscus menyediakan sebuah produk yang bernama Qiscus SDK, yang fungsinya adalah menambahkan fitur chatting dimanapun sebuah bisnis tersebut memerlukannya. Saad sendiri bekerja di bagian Research and Development (RND) yang berfokus pada pengembangan chatbot dan integrasinya dengan aplikasi untuk diterapkan dalam sebuah bisnis. Chatbot sederhananya adalah sebuah kata-kata yang mudah diingat atau conversational agent yang mana merupakan bagian kecil dari AI. Salah satu pekerjaan yang dilakukan tim RND Qiscus adalah mengintegrasikan chatbot dengan aplikasi Qiscus SDK. Salah satu aplikasi chatting Qiscus SDK yang saat ini sudah dapat digunakan adalah Kiwari yang sudah bisa diunduh di Google Play Store ataupun App Store. Menurut penuturan Saad, walaupun chatbot adalah bagian kecil dari AI, namun pemanfaatannya sangatlah luas. Salah satu contohnya adalah apabila diterapkan dalam sebuah e-commerce yang memiliki layanan customer service. Apabila layanan customer service menggunakan tenaga manusia tentu akan ada banyak hambatan, salah satunya keterbatasan waktu. Dengan penerapan chatbot, pelayanan akan lebih efektif karena tidak adanya keterbatasan waktu. Dan bagi para developer yang tertarik untuk berkarir atau bekerja dibidang kecerdasan buatan, Saad menuturkan bahwa lebih baik developer tersebut memulai dengan memahami secara menyeluruh alur kerja dari chatbot. Karena jika sudah memahaminya, pengaplikasian untuk teknologi AI yang lain akan mudah dipelajari. Panelis kedua adalah Anshori Muslim. Anshori menjelaskan sekilas mengenai eFishery yaitu sebuah alat pemberi pakan ikan otomatis yang memberikan inovasi baru di bidang aqua culture. eFishery memberikan kemudahan pada petani ikan dan udang untuk mengontrol pemberian pakan serta mengetahui nafsu makan ikan dan udang melalui sensor yang terintegrasi dengan AI. Sensor AI tersebut mampu mempelajari pola hidup ikan dan udang sehingga dapat mengetahui kapan saat yang tepat untuk memberi makan ikan dan udang. Menurut Saad dan Anshori, tren AI sangat berhubungan dengan Internet of Things (IoT). Semakin cepat berkembangnya IoT maka perkembangan AI pun akan semakin cepat. Salah satunya dibuktikan dengan penerapan smarthome yang menghubungan IoT dengan manusia salah satunya melalui conversation. Selain itu, sudah banyak perangkat IoT dengan harga murah dijual dipasaran sehingga mempermudah developer untuk mempelajari IoT walaupun kendalanya di Indonesia masih terbentur dengan regulasi. Dan satu yang pasti, tren AI akan sangat populer dan di masa depan, developer yang memiliki skill dibidang AI akan sangat banyak dibutuhkan. Panelis terakhir adalah Ken Ratri Iswari dari GeekHunter. Ken menjelaskan bahwa GeekHunter bertujuan untuk membantu perusahan mencari talent IT serta membantu para developer untuk mendapatkan pekerjaan yang bagus. Ken juga menuturkan bahwa kebutuhan akan AI saat ini sangat banyak sekali. Hal tersebut dibuktikan dengan tiga perusahaan besar di dunia yang sudah mempersiapkan dana sebesar US$650.000.000 hanya untuk merekrut tenaga ahli di bidang AI. Selain itu menurut Ken, penerapan AI juga dilakukan untuk mencari karyawan baru yang kompeten hanya dengan memasukkan profil karyawan ke sebuah aplikasi kemudian AI akan memberikan hasil diterima atau tidaknya karyawan tersebut. Tak berhenti hanya disitu, AI juga dimanfaatkan dalam sesi wawancara kerja. Karena dengan AI, mimik muka sang pelamar saat wawancara dapat dipelajari. Dan sesi terakhir di hari pertama ada pemberian materi dari Johanes Alexader selaku Lead Solution Business Intelligence di GO-JEK yang menjelaskan mengenai Big Data. Big Data merupakan gambaran volume data yang besar baik itu data terstruktur ataupun data tidak terstruktur. Dari sebuah Big Data, akan banyak sekali informasi yang bisa diolah sehingga memudahkan kita untuk mengambil keputusan dalam bisnis serta menjadi acuan dalam perbaikan pelayanan dari GO-JEK. Contoh Big Data di GO-JEK adalah perilaku user saat menggunakan aplikasi ojeg online tersebut.
Pemberian materi Big Data dari GO-JEK.
Johanes juga menuturkan bahwa Business Intelligence atau BI adalah sekumpulan teknik dan tools untuk mentransformasi data mentah menjadi informasi yang berguna untuk analisa bisnis. BI bertujuan untuk mengolah data yang tidak terstruktur dalam jumlah besar sehingga data tersebut dapat membantu mengidentifikasi, mengembangkan serta membantu membuat strategi bisnis baru yang berpotensi mengembangkan perusahaan. Selanjutnya di hari kedua, tepatnya pada tanggal 22 November 2017, Indonesia Developer Summit membuka acara hackathon bagi para developer yang menyukai tantangan untuk mengasah skillnya dalam membuat sebuah aplikasi dalam 24 jam serta menghadirkan Imanzah Nurhidayat (Co-Founder dari Corechain) sebagai pemateri yang membawakan materi mengenai Running Digital Economy on Blockchain. Dan juga ada workshop bertemakan How to Leverage Serverless Application Using Corechain Blockchain yaitu mengenai pemanfaatan aplikasi menggunakan blockchain Corechain yang dibawakan oleh Corechain.
Kompetisi hackathon di hari kedua.
Imanzah menjelaskan, blockchain pada dasarnya dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah akad perjanjian jual beli yang telah ada dari jaman dulu. Blockchain bagaikan sebuah transkrip digital yang digunakan untuk menggantikan peran buku besar yang biasanya digunakan bank untuk mencatat segala transaksi. Jadi bisa disimpulkan bahwa blockchain adalah buku besar bersama dari transaksi digital yang mencatat berbagai data transaksi online secara real time. Data transaksi ini dapat diakses oleh beberapa jaringan komputer sekaligus sehingga seluruh pihak yang terlibat dapat mengetahui transaksi dan mengkaji data transaksi dan bukan oleh institusi tertentu saja sehingga transaksi menggunakan teknologi blockchain sangatlah transparan.
Imanzah Nurhidayat saat pemberian materi.
Data-data transaksi dari berbagai jaringan komputer yang tercatat tersebut saling berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah rantai blok sehingga dinamakan blockchain. Selain itu, dikarenakan sifatnya yang terdesentralisasi atau tidak terpusat serta transparan, teknologi blockchain sangatlah berguna dalam memberantas korupsi di tanah air karena tidak diperlukannya lagi pihak ketiga yang menjadi saksi transaksi perpindahan dana ataupun dokumen lainnya. Potensi blockchain lainnya adalah penerapannya untuk industri e-commerce. Manfaat yang didapat adalah pada sistem keamanan yang lebih baik, proses transaksi menjadi lebih mudah serta kelebihan lainnya yang terkait dengan sistem desentralisasi.
Share :