Ketahui Ancaman Keamanan Metaverse, 'Metarisk'

Nurul Afifah . April 05, 2022



Foto: pixabay


Teknologi id – Kata Metarisk adalah kata yang memvisualisasikan risiko - risiko yang ada pada pengguna Metaverse. Lalu, adakah cara dalam menghilangkan ataupun mengurangi dari risiko - risiko ini?


Saat ini, dunia Metaverse masih menjadi perbincangan yang cukup panas. Tidak sedikit perusahaan berusaha untuk menaklukkan Metaverse menggunakan berbagai format integrasi. Bahkan kian hari kian bertambah. 


Sebagai suatu teknologi baru yang menggabungkan realitas virtual dunia nyata, Metaverse memiliki kompleksitas sendiri. Maka, tidak sedikit orang bertanya - tanya tentang adanya implikasi pada keamanan siber dan privasi.


”Risiko Metaverse sebenarnya sama saja,” ucap Sandra Lee, Managing Director Asia Pasifik di Kaspersky. ”Pengguna kemungkinan masih memiliki isu terkait pengambilalihan akun yang dapat menyebabkan pencurian identitas dan penipuan,” tambahnya.

Opini Perusahaan

Menurut pandangan perusahaan keamanan siber, Kaspersky, Metaverse dapat berguna bagi pengguna untuk bermain dan menghabiskan waktu di ruang virtual.


Baca juga: Orang Amerika Berpikir Metaverse, NFT, dan Kripto hanya Hype


Di Lain pihak, penggunaan ruang digital dapat digunakan dalam bisnis. Salah satunya adalah meningkatkan pengalaman pelatihan dan edukasi bagi karyawan.


Metaverse dan teknologi imersif dapat mempercepat e-skill perusahaan dan lainnya berkat konsep interaktif baru dalam VR, AR, dan Mixed reality yang memungkinkan orang untuk belajar lebih cepat, menyimpan informasi dengan lebih baik, dan menikmati prosesnya.


Bahkan, perkiraan Aimprosoft, dalam beberapa tahun ke depan, pasar e-learning diperkirakan akan tumbuh secara signifikan dari USD185,26 miliar pada tahun 2020 menjadi USD388,23 miliar pada tahun 2026.

Opini Pengguna

Tidak sedikit para pengguna memiliki isu terkait pengambilalihan akun, yang dapat menyebabkan pencurian identitas dan penipuan. Dengan cara yang sama seperti penjahat siber memperoleh akses ke korespondensi pribadi atau perusahaan jika mereka meretas akun email melalui phishing, malware, atau isian kredensial, ditambah mereka juga bisa mendapatkan akses ke data pribadi yang disimpan di platform Metaverse pilihan kita.


Metaverse sendiri menjanjikan adanya interoperabilitas. Misalnya, rumah yang kita beli di Decentraland dan sepasang sepatu kets virtual mewah dari OpenSea akan bisa diakses di semua platform.


Hal ini menciptakan satu titik celah dan memberi tekanan yang lebih terhadap kebutuhan lebih besar dalam melindungi akun kita.


Apalagi ditambah bila kita menautkan identitas (dan akses ke data pribadi) ke dompet blockchain, yang sekaligus tempat penyimpanan uang dan properti digital kita, berarti penjahat dunia maya akan lebih bersemangat untuk mengaksesnya.


“Pada akhirnya, pertanyaan tentang kepercayaan pada platform itu sangat penting. Banyak perusahaan sudah menggunakan cloud sebagai infrastruktur utama mereka dan telah mendistribusikan tenaga kerja mereka sesuai dengan itu, sehingga memindahkan kantor ke dunia VR tidak akan menjadi hal yang mengejutkan – walaupun teknologi masih memerlukan peningkatan pesat untuk mewujudkan gagasan berada di VR selama 8 jam sehari tidak membosankan,” ungkap Sandra Lee selaku Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.


“Mereka yang operasinya melibatkan penanganan data pribadi atau informasi rahasia mungkin ingin terus mengandalkan solusi lokal dan enggan mengekspos identitas karyawan mereka di blockchain.” tambahnya.


Baca juga: Indonesia Bakal Pamerkan Metaverse Digital di Presidensi G20

Tindakan Dasar Mencegah Ancaman

Karena Metaverse benar-benar menjadi paradigma baru, ada beberapa tindakan dasar yang dapat memitigasi ancaman, antara lain:


  • Selalu lindungi akun dengan menggunakan pengelola kata sandi dan 2FA

  • Gunakan solusi keamanan siber yang andal untuk mencegah serangan malware dan phishing

  • Mengedukasi diri sendiri dan karyawan tentang praktik keamanan siber terbaik dan terbaru.

  • Jika sudah menggunakan mata uang kripto, investasikan dalam dompet hardware dan menjaga keamanan kripto dengan cara sebagai berikut:

  • Waspada terhadap email dan pesan yang meminta pembayaran atau ancaman untuk memblokir akun, atau, sebaliknya, seperti menawarkan skema untuk mendapatkan uang secara cepat.

  • Perhatikan alamat pengirim. Jika nama perusahaan salah dieja, atau domainnya hanya sekumpulan karakter acak, itu hampir pasti scam.

  • Perlakukan data dan kredensial yang digunakan untuk mengakses akun dan uang dengan sangat hati-hati.

  • Pelajari cara kerja sistem keamanan crypto wallet, informasi apa yang mungkin diperlukan, dan apa yang tidak boleh kita bagikan dengan siapa pun.


“Tentu saja, Metaverse masih jauh dari kenyataan yang solid, tetapi ketika itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak semua merek dapat tumbuh di pasar yang kompetitif ini. Seperti orang yang mengendalikannya, avatar akan memiliki waktu, kesempatan, dan energi yang terbatas untuk berinteraksi dengan perusahaan. perusahaan yang berharap bisa berkembang di Metaverse perlu menjelajahi seluruh batasan dan mempertaruhkan taruhan mereka sebelum tidak ada lagi dunia virtual yang tersisa untuk ditaklukkan,” ujar Lee.

Rencana di Masa Depan

Di tahun 2022 ini, tidak sedikit perusahaan menyelami dunia Metaverse. Brand fashion ternama, Gucci sampai menciptakan dunianya sendiri di metaverse Sandbox. Brand mewah ini telah mengumumkan bahwa mereka akan membeli tanah virtual di The Sandbox untuk mulai membangun dunianya di platform.


Selain itu, ada restoran NFT pertama, the Flyfish Club, dibuka di New York. Pelanggan harus membeli kartu keanggotaan NFT untuk masuk ke dalamnya.


Baca juga: Kembangkan Metaverse, Kolaborasi CAKRA dan Litedex untuk RI


Jumlah tempat di klubnya juga terbatas, yaitu pemilik telah mengeluarkan 2,7ribu token, menyediakan entri untuk anggota reguler dan 385 token untuk tamu tingkat atas. Keanggotaan permanen akan dikenakan biaya sebesar 2,5 Ethereum, atau sedikit di atas USD8.000, di mana para tamu dapat mengakses bar koktail, restoran, dan acara pribadi.


Belum lagi SoftBank Group Corp. menginvestasikan sebesar USD 150 juta di platform metaverse Korea Selatan yang telah mengumpulkan banyak pengguna wanita muda dengan menjual item high-fashion untuk avatar 3D.


Mengingat tingkat promosi sensasionalnya, pasti akan ada efek ekonomi yang tak terelakkan. Menurut perkiraan VR dan AR PWC, teknologi Metaverse dapat berdampak pada 23 juta pekerjaan pada tahun 2030.


Kedepannya, dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebesar USD 1,92 triliun karena teknologi yang digunakan di Metaverse dapat meminimalisir kesenjangan antara teori dan praktik.


(na)

Share :