Terobosan Baru! Peneliti Ciptakan Model Embrio Manusia Tanpa Sperma, Telur, dan Rahim

Lulua Ashila Wardhono . September 07, 2023


Foto: Reuters


Teknologi.id - Ilmu pengetahuan tentang terciptanya bayi selama ini telah dikenal jelas. Sebuah sel sperma (yang mengandung materi genetik dari ayah) dan sel telur (yang mengandung materi genetik dari ibu) harus bersatu agar embrio manusia dapat berkembang. Namun, seiring kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi dalam bidang embriologi dan penelitian sel punca, hal-hal baru dan mengejutkan sering kali terjadi.

Membuka Jendela Baru Menuju Pemahaman Awal Kehidupan Manusia

Pada bulan Agustus 2022, sebuah embrio tikus sintetik berhasil diciptakan oleh para spesialis rekayasa genetika di University of Cambridge tanpa menggunakan telur atau sperma.

Embrio yang berasal dari sel punca ini berhasil membentuk jantung, otak, dan organ-organ lainnya dalam kurun waktu seminggu. Selain itu, pada bulan Juni sebelumnya, model mirip embrio pada tahap pasca implantasi penting dalam perkembangan manusia berhasil dibuat oleh para ilmuwan dengan menggunakan sel punca manusia. Ini hanya beberapa contoh dari perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa.

Baca juga: Akan Terkoneksi ke Otak, Komputer Bisa Edit Suasana Hati?

Namun, yang terbaru adalah penciptaan model embrio "lengkap" yang mampu mensimulasikan semua komponen penting yang terbentuk pada embrio manusia awal. Tim peneliti mengklaim bahwa model embrio yang diciptakan dari sel punca ini menyerupai embrio manusia berusia 14 hari.

"Ini adalah gambaran yang sangat sesuai dengan embrio manusia berusia 14 hari," kata Prof. Jacob Hanna dari Weizmann Institute of Science, institusi yang bertanggung jawab atas penelitian ini, dikutip dari BBC, Kamis (07/09/2023).

Ia menambahkan bahwa ini adalah pencapaian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Perkembangan ini begitu maju sehingga embrio model baru ini bahkan menghasilkan hormon yang menyebabkan tes kehamilan laboratorium menjadi positif.

Para ilmuwan berpendapat bahwa embrio baru ini dapat memberikan dasar moral untuk melakukan penelitian penting yang diperlukan dalam memahami awal kehidupan manusia dengan lebih mendalam.

Model ini sangat berguna dalam memahami periode setelah sel sperma membuahi sel telur, ketika sel-sel pertama berubah menjadi apa yang suatu hari nanti akan menjadi manusia.

Periode penting ini sebagian besar bertanggung jawab atas keguguran dan kelainan bawaan namun masih sangat misterius dalam ilmu pengetahuan.

Baca juga: Peneliti Pakai AI untuk Ciptakan Obat Anti Penuaan

Para ilmuwan menggantikan sperma dan telur dengan sel punca yang belum berkembang dan mengubahnya menjadi sel yang memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis jaringan tubuh.

Kemudian, mereka menggunakan bahan kimia untuk menginduksi pembentukan empat jenis sel yang ditemukan pada tahap awal embrio manusia. Setelah itu, para ilmuwan dengan cermat menggabungkan 120 sel tersebut dan memperhatikan apa yang terjadi selanjutnya.

Mereka melaporkan bahwa sekitar satu persen dari solusi tersebut memulai proses membangun diri menjadi struktur yang menyerupai embrio manusia, meskipun kemungkinan besar tidak dapat berfungsi sebagai embrio sejati.

Para peneliti membiarkan model embrio ini berkembang hingga mencapai usia setara dengan 14 hari setelah pembuahan, yang merupakan ambang batas hukum untuk penelitian embrio yang biasa dilakukan di beberapa negara.

Meskipun metode baru ini tidak dapat digunakan secara hukum untuk membuat bayi, hal ini dapat membantu pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana penyakit genetik muncul dan mungkin menjadi kunci untuk akhirnya memberikan jawaban tentang bagaimana berbagai jenis sel berasal.

Penemuan ini telah mengguncang dunia ilmiah dan menjadi topik perdebatan etis yang mendalam. Sebelumnya, pembuatan embrio manusia tanpa menggunakan sperma dan telur merupakan sesuatu yang hanya terdengar dalam fiksi ilmiah. Namun, kini kita berhadapan dengan kenyataan bahwa ini adalah sebuah kemungkinan nyata.

Salah satu implikasi utama dari penemuan ini adalah potensi untuk memahami lebih dalam mengenai tahap perkembangan awal manusia setelah pembuahan. Tahap ini, yang sering kali disebut sebagai tahap pasca-fertilisasi, telah menjadi misteri dalam dunia ilmu pengetahuan selama bertahun-tahun.

Pemahaman yang lebih baik tentang tahap ini dapat membuka pintu untuk penelitian lebih lanjut tentang penyakit genetik dan kelainan bawaan yang sering kali terjadi pada periode ini.

Selain itu, penemuan ini juga memiliki potensi besar dalam penelitian kesehatan reproduksi. Dengan memiliki model embrio yang lengkap, ilmuwan dapat menguji berbagai teori tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan awal embrio, termasuk potensi penyebab keguguran dan kelainan bawaan.

Baca berita dan artikel lainnya. di Google News. 

(law)

Share :