
Foto: TECHCRUNCH
Teknologi.id – Selama bertahun-tahun, pengguna produk Apple membanggakan satu hal yang membedakan mereka dari pengguna platform lain: pengalaman pengguna yang bersih, premium, dan minim gangguan. Membeli iPhone mahal dianggap sebagai investasi untuk "ketenangan" digital. Namun, tampaknya kemewahan tersebut perlahan mulai tergerus oleh ambisi bisnis sang raksasa Cupertino.
Mengungkap rencana strategis Apple yang mungkin tidak akan disukai oleh para Fanboy. Mulai tahun depan (2026), perusahaan yang dipimpin oleh Tim Cook ini berencana untuk memperbanyak slot iklan di dalam App Store.
Langkah ini menandai pergeseran besar dalam filosofi desain Apple, yang kini tampak semakin agresif dalam memonetisasi layanan digitalnya, mengejar pundi-pundi pendapatan di luar penjualan perangkat keras.
Di Mana Saja Iklan Itu Akan Muncul?
Jika Anda berpikir iklan di App Store saat ini sudah cukup mengganggu, bersiaplah untuk melihat lebih banyak lagi. Berdasarkan informasi yang beredar, Apple tidak hanya akan menaruh iklan di tab pencarian (Search Tab), tetapi akan menyusupkannya ke berbagai sudut aplikasi toko digital tersebut.
Area yang menjadi target ekspansi iklan meliputi:
- Halaman "Today": Tab pertama yang Anda lihat saat membuka App Store, yang dulunya didedikasikan untuk kurasi editorial murni, kini akan memiliki slot iklan yang lebih dominan.
- Halaman Produk Aplikasi lain: Ini yang paling kontroversial. Saat Anda membuka halaman detail sebuah aplikasi (misalnya aplikasi Spotify), Anda mungkin akan melihat iklan aplikasi pesaing (misalnya YouTube Music) di bagian bawah halaman tersebut, tepatnya di sekmen "You Might Also Like".
- Hasil Pencarian: Slot iklan di hasil pencarian akan ditambah, sehingga pengguna mungkin harus menggulir (scroll) lebih jauh ke bawah untuk menemukan hasil organik yang benar-benar mereka cari.

Foto: Ubergizmo
Mengapa Apple Melakukan Ini?
Pertanyaan besarnya adalah: Mengapa perusahaan terkaya di dunia yang menjual HP seharga puluhan juta rupiah masih butuh uang dari iklan recehan?
Jawabannya terletak pada struktur pendapatan Apple. Penjualan iPhone, meski masih masif, sudah memasuki fase jenuh (maturity stage). Orang tidak lagi ganti HP setiap tahun. Oleh karena itu, Apple kini menggantungkan masa depan pertumbuhannya pada sektor Services (Layanan).
Divisi Services yang mencakup App Store, Apple Music, iCloud, dan Apple TV+ telah menjadi mesin uang kedua terbesar bagi Apple. Dengan memperbanyak slot iklan, Apple secara efektif menciptakan aliran pendapatan baru yang murni keuntungan (high margin), tanpa perlu memproduksi barang fisik.
Analis teknologi menilai langkah ini sebagai upaya Apple untuk menenangkan investor Wall Street yang selalu menuntut pertumbuhan profit setiap kuartal, meskipun hal itu harus mengorbankan sedikit kenyamanan pengguna setia mereka.
Baca juga: Elon Musk Ancam Gugat Apple: Tuduh Manipulasi Peringkat App Store untuk ChatGPT
Pedang Bermata Dua bagi Pengembang (Developer)
Bagi para pengembang aplikasi (developer), kabar ini adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ini membuka peluang bagi pengembang kecil yang memiliki modal pemasaran untuk "membeli" visibilitas. Mereka bisa beriklan agar aplikasi mereka muncul di pencarian populer.
Namun di sisi lain, ini menciptakan iklim kompetisi pay-to-win (bayar untuk menang). Pengembang independen (indie) yang tidak punya bujet iklan besar akan semakin sulit ditemukan secara organik. Mereka akan kalah bersaing dengan perusahaan besar yang mampu membeli slot iklan di halaman produk kompetitor.
Baca juga: WhatsApp Kini Mulai Tampilkan Iklan, Tapi Janji Tak Ganggu Chat Pengguna
Tidak Cuma App Store, Maps Juga Kena?
Selama ini, Apple Maps dipuji karena antarmukanya yang bersih, bebas dari gangguan pin sponsor yang sering kita lihat di Google Maps. Namun, benteng pertahanan itu tampaknya akan runtuh juga.
Mulai tahun depan, pengguna iPhone diprediksi akan mulai melihat hasil pencarian bersponsor saat mencari restoran, pom bensin, atau toko ritel di Apple Maps. Jika Anda mencari "Kedai Kopi" di sekitar Anda, kedai kopi yang membayar iklan akan muncul di urutan paling atas atau memiliki pin yang lebih mencolok di peta.
Ironi Privasi Apple
Langkah agresif Apple di bisnis iklan ini juga memunculkan sorotan tajam mengenai kemunafikan kebijakan privasi mereka.
Seperti diketahui, Apple meluncurkan fitur App Tracking Transparency (ATT) yang mempersulit aplikasi lain (seperti Facebook/Meta) untuk melacak pengguna demi tujuan iklan. Apple memframing ini sebagai upaya melindungi privasi pengguna.
Namun, kini Apple justru membangun kerajaan iklannya sendiri. Kritikus menyebut Apple telah mematikan bisnis iklan pesaing dengan alasan "privasi", hanya untuk kemudian mengisi kekosongan tersebut dengan iklan milik mereka sendiri. Data pengguna tetap digunakan untuk menargetkan iklan, bedanya kini hanya Apple yang memegang kunci data tersebut.
Baca berita dan artikel lainnya di Google News