Foto: Pexels
Teknologi.id - Penipuan berbasis Deepfake saat ini semakin membuat dunia semakin resah, tidak terkecuali dunia bisnis di negeri Indonesia.
Deepfake sendiri merupakan teknologi yang memanipulasi atau menciptakan gambar dan video yang tampak autentik, namun sebenarnya dibuat secara sintetis menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan teknik pemrosesan citra yang canggih. Teknologi ini sering digunakan untuk membuat video palsu yang tampak seperti orang asli sedang melakukan atau mengucapkan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memberi peringatan kepada masyarakat tentang pentingnya pemahaman terhadap teknologi ini agar tidak menjadi korban.
Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo menjelaskan bahwa deepfake merupakan modifikasi yang mengimitasi manusia nyata sehingga menyebabkan orang sulit untuk mengetahui apakah video tersebut benar-benar dihasilkan seseorang atau hanya AI.
Menurut Semuel Abrijani Pangerapan, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, deepfake adalah suatu modifikasi yang meniru manusia sebenarnya, sehingga sulit bagi orang untuk memastikan apakah video tersebut dibuat oleh manusia atau hanya oleh kecerdasan buatan.
"Dampak dari deepfake ini sangat luas, banyak terjadi kasus-kasus penipuan yang menggunakannya, salah satu contoh penipuan deepfake dalam bisnis adalah penggunaan deepfake untuk meniru karyawan atau jajaran eksekutif perusahaan untuk menipu karyawan lain agar menuruti perintah dari pelaku," ungkap Semuel dalam acara 'Peluncuran whitepaper VIDA Deepfake Shield', Rabu (24/4/2024).
Walaupun belum ada kasus penipuan yang melibatkan teknologi deepfake di sektor bisnis Indonesia yang ditemukan oleh Kominfo, tindakan penipuan berbasis kecerdasan buatan ini telah terjadi di negara lain. Karenanya, ia menyarankan agar masyarakat dan pelaku bisnis di Indonesia bersiap menghadapi segala bentuk penipuan yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan.
"Dalam mengidentifikasi potensi penipuan ini, kita harus meneliti dengan detail suara dan video dengan seksama. Jika ada ketidaksesuaian, kita perlu waspada," Ujar Semuel.
Salah satu contoh dampak dari penipuan deepfake ini terjadi di Hong Kong. Deepfake berhasil menipu seorang pekerja sehingga ia kehilangan USD 25 juta atau sekitar Rp 392 miliar.
Semuel juga menekankan pentingnya kesadaran, terutama dalam mengevaluasi audio dan video. Jika ada dokumen yang terasa mencurigakan atau tidak konsisten, diharapkan masyarakat lebih berhati-hati sebelum mempercayainya.
"Intonasi harus kita pahami, kalau tidak kita mudah tertipu. Dari video, kita bisa pelajari dulu, jangan-jangan badannya juga jadi berubah," tambah samuel.
Baca juga: Geger, Microsoft Rilis Alat Pembuat Deepfake?
Solusi Terhindar dari Penipuan Deepfake
VIDA, sebuah perusahaan keamanan digital, mengenalkan sebuah sistem keamanan inovatif yang dirancang untuk melindungi dari ancaman deepfake yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI).
Niki Luhur, Pendiri dan CEO Grup VIDA, dalam acara perkenalan whitepaper berjudul "WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan deepfake yang Dihasilkan AI?' menyoroti risiko yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan deepfake AI.
Niki menjelaskan, "Teknologi deepfake memperkenalkan era baru ancaman dunia maya yang mampu menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap."
Menurut data dari VIDA, mayoritas yaitu 58 persen profesional di Indonesia tidak memiliki pemahaman tentang teknologi AI, termasuk deepfake. Sebagai solusinya, VIDA kini memperkenalkan Deepfake Shield.
Deepfake Shield dari VIDA adalah sistem pertahanan tingkat lanjut yang dibuat untuk memberi kekuatan pada bisnis digital dalam mendeteksi dan menangani penipuan deepfake dengan efektif.
Terdapat beberapa fitur dari VIDA Deepfake Shield ini, seperti
- Verifikasi Identitas Real-Time: Dengan melakukan verifikasi identitas secara instan, VIDA memastikan kecepatan dan keamanan transaksi, sekaligus menangani masalah yang timbul akibat deepfake.
- Integrasi yang Lancar di Seluruh Platform: Didesain untuk kemampuan adaptasi, mudah terintegrasi dengan infrastruktur yang sudah ada, meningkatkan tingkat keamanan tanpa mengganggu pengalaman pengguna.
- Pertahanan Tingkat Lanjut: Melalui penggunaan teknologi terkini seperti Passive Liveness Detection dan Biometric Attack Prevention, VIDA Deepfake Shield memberikan perlindungan terhadap teknik penipuan digital paling canggih, termasuk deep fakes, serangan presentasi, dan serangan penyisipan.
Pada peluncuran whitepaper VIDA Deepfake Shield, Semuel turut memberikan apresiasi terkait upaya VIDA untuk memberikan solusi kepada pelaku bisnis untuk meningkatkan perlindungan terhadap penipuan menggunakan deepfake berbasis AI.
"Saya mengapresiasi inovasi VIDA sebagai salah satu Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) Indonesia yang telah merancang solusi pertahanan berlapis untuk mendeteksi dan menetralisir penipuan siber secara efektif,” ujar Semuel.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ny)