Serangan Siber Smartphone 2025 Meledak: Malware Android, VPN Palsu & Trojan

Mohammad Owen . September 09, 2025

serangan siber smartphone 2025

Sumber: Philipp Tükenmez / Unsplash

Teknologi.id - Lonjakan serangan siber terhadap smartphone kembali menjadi sorotan di paruh pertama tahun 2025. Menurut laporan terbaru Kaspersky, jumlah serangan ke perangkat mobile meningkat tajam hingga 29% dibanding semester pertama 2024, dan bahkan 48% lebih tinggi dibanding semester kedua 2024.

Dalam enam bulan pertama 2025 saja, tercatat lebih dari 22,8 juta serangan yang menyasar ponsel pintar. Angka ini memicu kekhawatiran, apalagi sebagian besar serangan berasal dari aplikasi berbahaya yang diunduh di luar toko aplikasi resmi.

Baca juga: Realme Pamer HP Terbaru 2025: Baterai 15.000mAh & Pendingin AC Mini dalam HP

Malware Android Terbaru Kian Beragam

Anton Kivva, Pimpinan Tim Analis Malware Kaspersky, menyebut paruh pertama 2025 sebagai titik lonjakan signifikan untuk serangan berbasis Android. Salah satu faktor utamanya adalah sideloading aplikasi dari toko pihak ketiga.

Beberapa ancaman paling berbahaya yang muncul tahun ini antara lain:

  • SparkCat, SparkKitty, dan Triada → mampu melancarkan serangan DDoS lewat aplikasi dewasa, mencuri data pribadi, dan bertahan meski perangkat di-reset.

  • VPN palsu → alih-alih melindungi privasi, justru menyadap data, termasuk kode OTP dari aplikasi perpesanan dan media sosial, lalu mengirimkannya ke penyerang melalui bot Telegram.

Ancaman Utama 2025: Fakemoney, Trojan, dan Malware Bawaan

Selain malware baru, Kaspersky juga menyoroti aplikasi berbahaya yang paling sering ditemui pengguna pada 2025, yaitu:

  • Fakemoney → aplikasi penipuan yang menjanjikan hadiah atau uang, tapi ujungnya mencuri data dan dana pengguna.

  • Trojan perbankan → menyusup ke aplikasi keuangan untuk mengintip transaksi dan menguras rekening korban.

  • Malware bawaan (Triada & Dwphon) → sudah tertanam sejak proses produksi perangkat, sehingga sulit dihapus meski pengguna melakukan reset pabrik.

Fenomena malware bawaan ini sangat berbahaya karena pengguna bisa saja membeli smartphone baru yang sudah terinfeksi sejak awal.

Aplikasi Dewasa Jadi Sarang Trojan

Laporan Kaspersky juga mengungkap tren mengkhawatirkan: aplikasi dewasa kini sering dijadikan sarang malware.

Beberapa aplikasi tidak hanya menampilkan iklan atau mencuri data dasar, tetapi juga menjalankan fungsi tersembunyi, seperti:

  • Meluncurkan serangan DDoS secara terkoordinasi.

  • Mengirimkan data perangkat ke server penyerang.

  • Mencuri kode OTP dan pesan pribadi dengan memanfaatkan akses notifikasi.

Yang lebih berbahaya, malware ini bekerja sangat halus sehingga pengguna awam sering tidak menyadari perangkatnya sudah terinfeksi. Smartphone yang digunakan untuk bekerja, komunikasi, bahkan transaksi finansial bisa diam-diam dipaksa bekerja untuk penyerang.

Apa Artinya untuk Pengguna?

Lonjakan serangan siber smartphone 2025 menandakan bahwa ponsel kini menjadi target utama dunia siber. Dengan fungsi sebagai dompet digital, ruang kerja, album foto, hingga penyimpan data kesehatan, risiko kebocoran data jelas semakin serius.

Lebih parah lagi, malware bawaan seperti Triada dan Dwphon sudah bisa tertanam dalam firmware sejak pabrik, sehingga tetap aktif meski pengguna melakukan reset pabrik.

Kaspersky menekankan beberapa langkah penting bagi pengguna untuk melindungi diri:

  • Unduh aplikasi hanya dari toko resmi.

  • Selalu perbarui sistem operasi.

  • Waspadai aplikasi yang menawarkan iming-iming berlebihan.

  • Gunakan aplikasi keamanan tambahan.

  • Aktifkan autentikasi dua faktor.

  • Periksa izin akses aplikasi secara berkala.

Smartphone Jadi Target Utama Dunia Siber

Fenomena serangan siber yang meningkat di 2025 menunjukkan bahwa keamanan smartphone kini menghadapi tantangan serius. Dari Fakemoney, VPN palsu, hingga malware bawaan, semua ini jadi bukti bahwa perangkat mobile adalah target empuk para penjahat siber.

Ke depan, serangan siber terhadap smartphone diprediksi semakin canggih dan masif, menyasar pengguna yang lengah. Karena itu, literasi digital dan kewaspadaan pengguna menjadi kunci utama untuk menghadapi ancaman ini—setara pentingnya dengan teknologi keamanan dari vendor perangkat dan aplikasi.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(mo)

Share :