Pada tanggal 24 Maret lalu, German Aeropace Center (DLR) menerbitkan matahari buatan mereka yang dinamakan Synlight. Matahari buatan yang dimaksud disini bukanlah matahari yang melayang di angkasa bagaikan matahari sungguhan, namun matahari yang dimaksud disini difokuskan pada fungsi cahayanya. Dalam pembuatan Synlight, DLR menggunakan 149 lampu sorot yang disusun untuk menyinari titik-titik tertentu. Untuk satu unit lampunya, dapat menghabiskan daya hingga 7.000 watt. Dan jika Synlight dinyalakan selama 4 jam, total energi yang dihabiskan setara dengan total kebutuhan listrik satu rumah dalam setahun. Panas yang dihasilkan pun mampu mencapai titik 3.000° celcius. Sebenarnya apa tujuan Jerman menciptakan lampu-lampu boros listrik ini? Jawabannya adalah untuk pengembangan energi berkelanjutan. Salah satu energi berkelanjutan adalah bahan bakar hidrogen. Selama ini, para ilmuwan memproduksinya hanya dengan mengandalkan matahari. Namun sayangnya, energi matahari tidak dapat digunakan saat malam hari. Maka dari itu, tim ilmuwan menciptakan matahari buatan meski mengorbankan daya listrik dalam jumlah yang sangat besar. Radiasi maksimum yang dipancarkan oleh Synlight dapat mencapai 10.000 kali lebih besar dibanding yang biasa kita rasakan saat siang hari, dengan kata lain, lab Synlight dilarang dimasuki saat Synlight sedang aktif. Hidrogen memang diketahui sangat ramah lingkungan, dikarenakan hasil pembakarannya yang hanya menyisakan air, bukan polusi seperti bahan bakar konvensional saat ini. Dan suhu tinggi dari matahari dapat membantu memproduksi bahan bakar hidrogen. DLR mengatakan mereka sudah bisa memecah hidrogen dan oksigen dari air menggunakan energi matahari, namun masih harus menemukan cara efisien agar bahan bakar hidrogen bisa diproduksi dalam skala masif. Sumber: Dirangkum dari sefsed.com