Teknologi.id - Mahasiswa D3 Teknik Mesin Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yanditya Affan Almada berhasil menciptakan alat yang mampu mengubah limbah anorganik seperti sampah plastik menjadi bahan bakar berupa bio oil dan biogas. Ide untuk mengembangkan alat yang mampu mengubah sampah anorganik jadi
bio-oil dan biogas itu bermula dari keprihatinannya akan banyaknya sampah plastik di wilayahnya. Ia khawatir plastik yang semakin banyak akan sulit diurai padahal konsumsi masyarakat akan terus bertambah dari tahun ke tahun.
Alat berupa
furnace atau pemanas yang dinamai "AL-Production" ini diinisiasi Affan sejak duduk di bangku SMA pada 2015 dan mulai dikembangkan kembali setahun terakhir. Ia menggandeng satu rekan yakni Refandy Dwi Darmawan dari Fakultas Kehutanan UGM untuk memaksimalkan kinerja alat tersebut. AL-Production memanfaatkan mekanisme pirolisis yakni memanaskan plastik tanpa oksigen dalam temperatur tinggi hingga 450-550 derajat Celcius. Uap yang dihasilkan lantas didistilasi hingga menghasilkan oil dan nantinya bisa digunakan sebagai bahan bakar. "Semua jenis sampah plastik bisa diolah menjadi bahan bakar dengan alat ini. Hasilnya sudah bisa diaplikasikan untuk bahan bakar kendaraan bermotor," ujarnya. Peralatan yang dikembangkan berupa pipa yang terhubung dengan tabung kedap udara bertekanan tinggi berbahan stainless steel. Sementara untuk sumber energi yang berfungsi sebagai pemanas menggunakan aliran listrik.
"Awalnya kami kembangkan dengan menggunakan sumber energi api, tapi hasilnya kurang bagus karena suhu yang dihasilkan tidak bisa dikontrol. Lalu kita ubah dengan energi listrik dan hasilnya lebih optimal," kata dia. Cara kerja alat dimulai dengan memasukkan sampah plastik ke dalam tabung vakum. Berikutnya tabung dipanaskan hingga mencapai 450 hingga 550 derajat Celcius. Tiga puluh menit kemudian keluar tetes-tetesan minyak dari pipa setelah melewati jalur pendinginan. Alat itu dibuat berdasarkan pesanan. Sampai sekarang sudah ada 6 alat pemanas yang telah dia buat. Alat pertama diproduksi pada 2017 berukuran kecil dengan kapasitas 2 hingga 3 liter yang dijual seharga Rp20 juta. Selain itu Affan juga pernah membuat alat ukuran sedang dengan kapasitas 10 liter dengan harga Rp35 juta. Ia menyebutkan alat yang dikembangkan ini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan produk sejenis di pasaran. Salah satunya menggunakan listrik untuk proses pemanasan sementara kebanyakan produk yang sudah ada di dalam negeri menggunakan sumber energi berupa api untuk proses pemanasan sehingga suhu kurang terkontrol.
"Di luar negeri juga sudah ada alat pemanas, tapi hanya untuk memanaskan saja atau uji material. Kalau alat kami ini dilengkapi destilator sehingga bisa digunakan untuk proses pirolisis yang mengubah sampah plastik jadi bahan bakar," kata Affan. Affan melakukan pengembangan alat dan mendapatkan dana pengembangan dari Program Mahasiswa Wirausaha UGM. "Harapannya bisa mengembangkan alat ini lebih baik lagi agar bisa mengurangi sampah-sampah plastik dan bisa menghasilkan bahan bakar baru sehingga bisa lebih efisien," katanya.
(dwk)