Inilah 6 Teknologi Canggih yang Membantu Tunanetra Beraktivitas

Teknologi.id . August 02, 2018

Foto: Wired UK
Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya. Akibat berkurangnya fungsi indra penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indra-indra yang lainnya seperti perabaan, penciuman, pendengaran dan lain sebagainya sehingga tidak sedikit penyandang tunanetra yang memiliki kemampuan luar biasa misalnya di bidang musik atau ilmu pengetahuan. Menurut data badan kesehatan dunia (WHO), jumlah penyandang tunanetra di dunia pada tahun 2017 mencapai 253 juta jiwa. Jumlah ini diprediksi oleh Lancet Global Health akan terus meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050. Beberapa inovasi teknologi diciptakan untuk menunjang aktivitas mereka sehari-hari, karena mengetahui populasi tunanetra yang tidak sedikit. Kali ini, Teknologi.id akan membahas 6 teknologi canggih yang dapat membantu aktivitas tunanetra sehari-hari. Berikut daftarnya: Augmented Reality Bagi tunanetra, impian untuk melihat dunia bukan tak mungkin akan terwujud dalam waktu dekat dengan kian disempurnakannya teknologi Augmented Reality. Para peneliti di Universitas Oxford di Inggris memanfaatkan AR untuk membantu meningkatkan daya penglihatan para penyandang gangguan penglihatan. Teknologi tersebut terpasang dalam kacamata pintar bernama "OxSight" yang mampu menarik titik terlemah dari penglihatan seseorang. Saat ini, ukuran kacamata pintar tersebut masih cukup besar sehingga masih agak mencolok jika dipakai sehari-hari. Namun para peneliti menjanjikan produk finalnya akan lebih mirip kacamata biasa. Penerjemah Huruf Braille Teknologi pun membantu mereka yang memiliki kebutuhan khusus untuk membaca huruf normal ke huruf braille. Huruf braille adalah huruf yang dibuat dengan sistem taktil yang ditujukan bagi orang dengan gangguan penglihatan. kode-kode timbul yang kini dikenal untuk membantu sahabat-sahabat tunanetra itu dinamakan dengan nama seorang pria Prancis kelahiran 4 Januari 1809, Louis Braille. Para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, AS mencoba mengembangkan sistem huruf taktil ke sebuah perangkat yang bisa menerjemahkan huruf biasa ke huruf braille secara real-time. Perangkat ini akan dibekali fitur pemindai. Fungsinya mirip dengan yang terdapat di banyak mesin penerjemah, yakni menangkap gambar yang tertulis dengan huruf biasa, lalu menerjemahkannya ke huruf braille. Teknologi Navigasi Dalam Ruangan dari Objek Bersuara "Seeing I App"  disediakan oleh Microsoft bagi penyandang tunanetra. Tapi peneliti dari Institut Teknologi California memanfaatkan HoloLens besutan Microsoft untuk memandu tunanetra di bangunan indoor yang kompleks. Mereka menggabungkan suara dan pengamatan ruangan serta objek 360 derajat secara real-time. Perangkat yang mereka kembangkan bisa membantu untuk menemukan benda tertentu atau menuntun mereka melalui jalur yang telah di pre-set sebelumnya. "Subtitle" Huruf Braille Saat semakin dewasa atau tua yang semakin sulit untuk mempelajari huruf braille, proyek ini membantu mereka yang mengalami gangguan penglihatan. Huruf braille yang dinamakan "ELIA Frames" ini membantu para penyandang tunanetra baru untuk lebih cepat beradaptasi dengan huruf braille. Penemuan ini juga berguna bagi mereka yang ingin mempelajari huruf braille dengan cepat dan mudah. Wearable Device Penanda Bahaya  Wearable device yang akan memberi tahu penyandang tunanetra jika ada rintangan saat berjalan dan digunakan untuk memberi arahan kepada pengguna jika ada gangguan atau rintangan di sekitarnya, terutama saat berjalan. Perangkat yang dikembangkan oleh VTT Technical Reseacrh Center asal Finlandia ini berjuluk Guidesense. Guidesense mengandalkan sensor radar gelombag berukuran milimeter untuk mendeteksi hambatan sekecil apapun, seperti ranting ranting pohon yang bergeser. Alat berbentuk kotak ini ditempekan di bagian bawah dada, tepat di daerah sekitar ulu hati. Dalam uji cobanya, para peneliti mengklaim 92 persen pengnguna merasa terbantu dengan Guidesense, sementara 80 persen merasa lebih percaya diri berjalan-jalan sendiri dengan alat ini. Mata "Bionic" dan "Bioprinting" Tiga Dimensi Teknologi yang ini bisa jadi yang paling baru di antara daftar sebelumnya. Peneliti dari Universitas Newcastle di Inggris mencampur sel punca (stem cell) dengan molekul alga yang menjadi tinta biologis. Kemudian tinta tersebut menjadi bahan utama untuk mencetak kornea buatan tiga dimensi. Alat tersebut bisa mengembalikan sebagian penglihatan pasien. Semua teknologi di atas diharapkan bisa digunakan lebih luas lagi bagi para penyandang tunanetra di seluruh dunia. Penemuan serupa juga dikembangkan oleh perusahaan VisionCare telah mengembangkan pengganti lensa bola mata biasa yakni "Implantable Miniature Telescope".  Artikel ini telah tayang di https://www.kompas.com/ dengan judul “ 6 Teknologi Pembantu Aktivitas Tunanetra Sehari-hari ”, https://tekno.kompas.com/read/2018/07/31/20060087/6-teknologi-pembantu-aktivitas-tunanetra-sehari-hari?page=2 Baca juga: Gelang Pintar Berteknologi Sonar untuk Penyandang Tunanetra
Share :