Foto: Unsplash
Teknologi.id – Aplikasi Google Maps rupanya akan mulai mengarahkan penggunanya ke sepanjang rute yang diperkirakan menghasilkan emisi karbon terendah berdasarkan lalu lintas, lekukan jalan dan faktor lainnya. Hal tersebut disampaikan langsung oleh pihak Google.
Mulai Juni, aplikasi Google Maps akan mulai memperingatkan pengemudi tentang perjalanan melalui zona emisi rendah. Dalam beberapa bulan mendatang, pengguna aplikasi Google Maps akan dapat membandingkan emisi yang dihasilkan bila memilih untuk naik mobil, bersepeda, memakai angkutan umum, dan pilihan perjalanan lainnya di satu tempat.
Nantinya fitur “ramah lingkungan” ini akan dapat menjangkau negara-negara lain sebagai bagian dari komitmen Google dalam membantu memerangi perubahan iklim melalui layanannya.
Kecuali pengguna memilih keluar dari fitur itu. Rute pilihan utama yang akan digunakan adalah yang "ramah lingkungan", jika pilihan rute lain yang sebanding memakan waktu yang kurang lebih sama maka itu yang akan diambil.
Ketika rute alternatif dirasa jauh lebih cepat, aplikasi Google Maps akan menawarkan pilihan dan membiarkan pengguna membandingkan perkiraan emisi dari rute-rute yang menjadi pilihan.
Baca juga: Google Rilis Aplikasi Untuk Ukur Jarak Antar Dua Perangkat
"Yang kami lihat adalah sekitar setengah dari rute-rute yang ada, kami dapat menemukan pilihan rute yang lebih ramah lingkungan dengan pengorbanan waktu yang minimal atau tanpa tambahan waktu," ucap Direktur Produk Google, Russell Dicker.
Google menjelaskan pihaknya memperoleh perkiraan emisi relatif dengan menguji di berbagai jenis kendaraan dan jenis jalan, memanfaatkan wawasan dari badan pemerintah AS, National Renewable Energy Lab (NREL). Sementara data tingkat jalan berasal dari Google Street View sedangkan citra udara berasal dari satelit.
Google Street View adalah teknologi yang dimiliki pada aplikasi Google Maps dan Google Earth yang menyediakan panorama interaktif dari berbagai posisi di banyak jalan-jalan di dunia.
Manajer grup mobilitas NREL Jeff Gonder mengatakan bahwa NREL tengah mengembangkan suatu alat yang dikenal sebagai FastE untuk memperkirakan penggunaan energi kendaraan. Pihak perusahaan dikabarkan akan mencapai kesepakatan bulan ini untuk mendapatkan dana dari Google dan mempelajari keakuratan perkiraannya.
Namun, efek potensial emisi dari fitur tersebut masih belum jelas. Sebuah studi terhadap 20 orang di California State University, Long Beach, tahun lalu menemukan bahwa para peserta lebih cenderung mempertimbangkan emisi karbon dalam pemilihan rute setelah menguji aplikasi yang menunjukkan beberapa perkiraan. Pengumuman Google tentang fitur "ramah lingkungan" Google Maps itu menyertakan perubahan tambahan yang berfokus pada iklim.
(MIM)