Foto : republicasiamedia.com
Teknologi. id - Posisi
TikTok di AS semakin tersudut dan diblokir sepenuhnya. TikTok memang lebih
dulu sepenuhnya di blokir di beberapa negara seperti India, Taiwan, Inggris,
Australia, Kanada, dan Uni Eropa. Pasalnya, salah satu komite paling
berpengaruh di Kongres AS mendukung rancangan undang-undang yang bisa memblokir
platform berbagi video tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS telah mengesahkan rancangan undang-undang (RUU) baru bernama "Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act." RUU ini bertujuan untuk melindungi warga AS dari ancaman keamanan nasional yang ditimbulkan TikTok
Sebab, TikTok merupakan anak
perusahaan dari ByteDance. ByteDance, menurut sejumlah anggota Kongres AS yang
mendukung RUU, diduga memiliki kaitan erat dengan Partai Komunis China.
Komite Hubungan Luar Negeri
Kongres AS menyetujui undang-undang yang dapat memberikan Presiden Joe Biden
kekuasaan untuk memblokir TikTok di AS serta aplikasi lainnya yang dimiliki
oleh perusahaan China.
Nantinya, jika RUU
Protecting Americans from Foreign Adversary Controlled Applications Act resmi
diundangkan, toko aplikasi yang memajang TikTok di platform mereka, seperti
Apple AppStore hingga Google Play Store, harus berhenti mendistribusikan
aplikasi TikTok di AS.
Dalam kata lain, distribusi TikTok akan diblokir total. TikTok akan bisa terus beroperasi di AS selama aplikasi ini sudah memisahkan diri dari perusahaan induknya, ByteDance. ByteDance diwajibkan menjual TikTok dalam kurun waktu enam bulan.
BACA JUGA : Konten Politik Segera Menghilang Dari Platfrom Instagram, Ada Apa ?
Foto : vox.com
Tanggapan TikTok
Pada November 2023 lalu, salah satu negara bagian AS, Montana mengeluarkan
aturan untuk memblokir TikTok dari wilayah mereka. Montana merupakan negara
bagian AS pertama yang mengeluarkan aturan resmi untuk memblokir TikTok di
wilayah mereka.
Juru bicara TikTok Michael Hughes mengkritik "Kami berharap Senat akan mempertimbangkan fakta, mendengarkan konstituennya, dan menyadari dampaknya terhadap perekonomian, 7 juta usaha kecil, dan 170 juta orang Amerika yang menggunakan layanan kami,” kata Hughes dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dihimpun dari The Verge, Jumat (15/3/2024).
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(aa)