Foto : discover.hubpages.com
Teknologi.id - Memori, merupakan aspek kompleks dari pikiran manusia yang tidak boleh dianggap remeh. Sebaliknya, memori adalah sebuah proses yang rumit namun menarik untuk dieksplorasi. Emosi, ternyata, memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk memori kita. Emosi tidak hanya sekadar perasaan subjektif, melainkan juga menjadi faktor kunci dalam membentuk dan menyimpan kenangan, meninggalkan beberapa jejak yang tak terhapuskan sementara yang lain terlupakan.
BACA JUGA : Fenomena Otak Popcorn, Bahaya atau Tidak?
Pertama-tama, emosi memengaruhi perhatian kita. Ketika kita
mengalami kejutan atau terharu, semua perhatian kita tertuju pada momen
tersebut. Hal ini karena emosi membantu kita untuk lebih peka terhadap hal-hal
yang memiliki signifikansi penting bagi kita. Dalam hal ini, emosi berfungsi
seperti filter yang memprioritaskan momen-momen penting dalam hidup kita untuk
diingat.
Selanjutnya, emosi juga memengaruhi konsolidasi memori.
Tidak semua informasi yang kita serap akan menjadi kenangan jangka panjang.
Namun, momen-momen yang memiliki muatan emosional yang kuat akan tertanam dalam
ingatan kita dengan kekokohan yang sulit tergantikan. Baik itu kenangan bahagia
ataupun tragis, semuanya membentuk bagian dari kisah hidup kita yang tak
terlupakan.
Ingatan kita juga dipengaruhi oleh emosi saat kita berusaha
mengingat sesuatu. Momen-momen yang memiliki muatan emosional, seperti
kebahagiaan atau kesedihan, cenderung lebih mudah diingat daripada yang
biasa-biasa saja. Oleh karena itu, kata-kata yang menyakitkan atau kebahagiaan
yang tak terlupakan akan selalu membekas di dalam ingatan kita.
Selain itu, emosi juga memiliki pengaruh dalam proses
priming. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali diingatkan pada kenangan
masa lalu oleh rangsangan lingkungan yang kita temui. Hal ini terjadi secara
tidak sadar dan membantu kita untuk terhubung dengan pengalaman-pengalaman yang
pernah kita alami sebelumnya.
Mood memory juga memainkan peran penting. Ketika kita dalam
suasana hati yang positif, kita cenderung mengingat momen-momen menyenangkan,
sementara ketika sedang sedih, kita lebih cenderung mengingat momen-momen yang
menyedihkan. Ini menunjukkan bahwa emosi kita saat ini dapat memengaruhi
ingatan kita terhadap masa lalu.
Namun, tidak semua pengalaman emosional berdampak positif
terhadap memori. Stres, misalnya, dapat mengganggu kinerja kognitif kita,
menyebabkan gangguan ingatan dan kebingungan saat berada dalam situasi yang
menekan. Ini juga dikenal sebagai Hukum Yerkes-Dodson, yang menyoroti hubungan
yang kompleks antara tingkat kecemasan dan performa kognitif kita.
Selain itu, ada juga fenomena yang disebut sebagai duration
neglect. Fenomena ini menjelaskan mengapa kita lebih cenderung mengingat
momen-momen puncak dan akhir suatu pengalaman daripada durasinya secara
keseluruhan. Dengan kata lain, momen-momen penting ini lebih berkesan dan
meninggalkan kesan yang lebih mendalam dalam ingatan kita.
Kesimpulannya, emosi memainkan peran yang sangat signifikan dalam membentuk memori kita. Dengan memahami interaksi kompleks antara emosi dan memori, kita dapat lebih menghargai bagaimana pengalaman-pengalaman masa lalu membentuk persepsi kita terhadap dunia saat ini. Oleh karena itu, mari terus menjalin hubungan yang sehat dengan emosi kita, karena dari situlah cerita hidup kita mulai terbentuk!
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(TH)