
Teknologi.id - BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bersama Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma (UNSURYA) menjajaki peluang kerja sama strategis untuk memperkuat ekosistem riset di bidang antariksa. Kunjungan UNSURYA ke Pusat Riset Antariksa BRIN di Bandung menjadi momen penting, bukan sekadar silaturahmi, tetapi langkah sinergi agar riset antariksa Indonesia tidak hanya mengikuti tren global, melainkan turut berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dunia.
Fokus Riset: Space Situational Awareness hingga Astrofisika
Dalam diskusi yang dipimpin Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN, Emanuel Sungging Mumpuni, berbagai topik riset strategis dibahas: mulai dari Space Situational Awareness (SSA), astronomi, hingga astrofisika.
SSA kini menjadi kebutuhan mendesak mengingat semakin padatnya satelit dan roket di orbit rendah Bumi. BRIN tengah mengembangkan sistem deteksi dan prediksi lintasan benda antariksa yang melintas di atas Indonesia. Sementara itu, UNSURYA siap berkontribusi dalam pengolahan data sensor satelit, sehingga mempercepat kemampuan nasional dalam mengelola lalu lintas ruang angkasa.
Di bidang astronomi dan astrofisika, Observatorium Nasional Timau di NTT menjadi pusat perhatian. Dengan langit tropis bebas polusi cahaya, Timau menjadi lokasi ideal untuk penelitian eksoplanet, galaksi, hingga debu kosmik. Kolaborasi BRIN-UNSURYA di sini dapat membuka peluang besar bagi publikasi ilmiah dan konferensi internasional.
Baca juga: Era Baru Internet Cepat, Satelit Nusantara 5 Resmi Mengorbit
Eksperimen Modul Atmosfer Atas untuk Riset Ionosfer
UNSURYA juga menawarkan gagasan modul atmosfer atas untuk mempelajari lapisan ionosfer. Dengan pengalaman dalam teknologi pesawat dan drone, UNSURYA mampu merakit payload berisi instrumen pengukur suhu, densitas, dan medan magnet pada ketinggian 50–100 km.
Riset ini sejalan dengan fokus BRIN pada dinamika ionosfer yang berpengaruh langsung terhadap navigasi satelit dan telekomunikasi. Kehadiran modul atmosfer atas bukan sekadar eksperimen teknis, tetapi juga ajang kolaborasi mahasiswa, peneliti, dan teknisi lokal. Hasilnya diharapkan melahirkan publikasi ilmiah internasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di peta riset antariksa global.
Observatorium Timau sebagai Laboratorium Langit Terbuka
Menurut Thomas Djamaluddin, Ketua Kelompok Riset Astronomi BRIN, Observatorium Nasional Timau dapat menjadi pusat observasi rutin, seminar lintas disiplin, hingga kolaborasi internasional. Dengan fasilitas modern dan langit gelap alami, Timau bisa bersaing dengan lokasi observasi terbaik dunia seperti Hawaii dan Chile.
Kolaborasi ini diharapkan memperkuat peran Indonesia sebagai pemain penting dalam astronomi global. Data dari Timau juga berpotensi masuk ke jurnal ilmiah internasional, meningkatkan reputasi riset antariksa nasional.
Degree by Research: Investasi SDM Jangka Panjang
Selain riset teknis, BRIN juga menyiapkan program Degree by Research (DbR) untuk jenjang S2 dan S3. Program ini menjadi investasi strategis dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang iptek dan antariksa.
DbR memberi kesempatan bagi lulusan teknik dirgantara UNSURYA maupun kampus lain untuk melanjutkan studi dengan beasiswa penuh di BRIN. Program ini menciptakan pipeline peneliti dan insinyur antariksa Indonesia yang siap bersaing secara global.
Menuju Ekosistem Riset Antariksa yang Berkelanjutan
Kolaborasi BRIN-UNSURYA menegaskan ambisi Indonesia untuk membangun ekosistem riset antariksa yang berkelanjutan. Dari pemantauan space debris, riset ionosfer, hingga pemanfaatan observatorium modern, semua inisiatif ini akan berdampak langsung pada sektor strategis seperti telekomunikasi, mitigasi bencana, hingga pertanian presisi.
Dengan dukungan pemerintah, industri, dan akademisi, kerja sama ini dapat melahirkan publikasi ilmiah, paten teknologi, hingga prototipe inovasi yang menempatkan Indonesia di garis depan riset antariksa global.
Kesimpulan:
BRIN dan UNSURYA sedang membuka babak baru riset antariksa Indonesia. Dari eksperimen modul atmosfer hingga observasi eksoplanet di Timau, setiap langkah menjadi pondasi kuat menuju kemandirian riset. Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat posisi Indonesia di dunia, tetapi juga membuka jalan bagi generasi muda untuk menatap langit bukan hanya dengan kagum, melainkan dengan tekad untuk mengeksplorasinya.
(ipeps)