Raksasa Chip Dunia Terpuruk, CEO Intel Pat Gelsinger Mundur

Adellia Irmanda Azzahra . December 04, 2024

CEO Intel Pat Gelsinger
Foto: OhMyGeek!

Teknologi.id - Senin (2/12) Intel melalui situs resminya mengumumkan bahwa CEO mereka, Pat Gelsinger, memutuskan untuk mengundurkan diri setelah mengabdi selama lebih dari 40 tahun.

Keputusan ini sekaligus menandai pengunduran dirinya dari jajaran dewan direksi Intel, efektif per 1 Desember 2024.

Langkah mengejutkan ini muncul di tengah tantangan besar yang sedang dihadapi raksasa chip dunia tersebut, memicu spekulasi tentang arah baru yang akan diambil perusahaan ini di masa depan.

Mengundurkan Diri atau Dipaksa Mundur?

Selama beberapa dekade, Intel telah memegang posisi dominan di pasar semikonduktor, berkat kemampuan uniknya sebagai salah satu dari sedikit perusahaan yang mengembangkan, merancang, sekaligus memproduksi chip secara mandiri.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Intel menghadapi tantangan besar yang menggoyahkan dominasinya di industri semikonduktor.

Kurangnya langkah agresif untuk memasuki pasar chip kecerdasan buatan (AI) membuat perusahaan ini kehilangan momentum, sementara pesaing utamanya terus merebut pangsa pasar.

Baca juga: Elon Musk Beli 100.000 Chip Nvidia Senilai 95 Miliar Rupiah, Untuk Apa?

Situasi ini memaksa Intel mengambil langkah drastis pada bulan Agustus lalu, dengan mengumumkan rencana penghematan biaya yang mencakup pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 15% tenaga kerjanya di seluruh dunia.

Menurut laporan dari Bloomberg, keputusan pengunduran diri Pat Gelsinger dari Intel ternyata diwarnai oleh tekanan internal.

Setelah pertemuan dengan dewan direksi untuk membahas upaya perusahaan mengejar ketertinggalan dari Nvidia dan merebut kembali pangsa pasar yang hilang, Gelsinger diberi dua pilihan: mengundurkan diri secara sukarela atau diberhentikan. Pada akhirnya, ia memilih untuk mengundurkan diri dari Intel.

Dalam pernyataannya, Gelsinger mengungkapkan rasa bangganya selama memimpin Intel.

"Memimpin Intel adalah kehormatan terbesar dalam hidup saya. Tim ini terdiri dari orang-orang terbaik di industri, dan saya merasa terhormat bisa menyebut mereka rekan kerja," ujarnya.

Meski mengakui bahwa momen ini terasa bittersweet, ia menekankan betapa besar peran Intel dalam perjalanan kariernya.

"Saya bangga dengan semua yang telah kita capai bersama. Tahun ini penuh tantangan bagi kita semua, terutama dengan keputusan-keputusan sulit yang harus diambil untuk menyesuaikan diri dengan dinamika pasar saat ini. Saya akan selalu bersyukur kepada para kolega di seluruh dunia yang telah bekerja bersama saya sebagai bagian dari keluarga Intel," tambahnya.

Pat Gelsinger akan menerima sejumlah pembayaran besar sebagai bagian dari pengunduran dirinya.

Berdasarkan laporan yang diajukan ke Securities and Exchange Commission, ia akan mendapatkan 18 bulan gaji pokok tahunan sebesar $1,25 juta.

Selain itu, Gelsinger juga akan menerima 1,5 kali lipat dari bonus tahunan yang biasanya ia terima, yaitu sekitar $3,4 juta, yang akan dibayarkan selama 18 bulan.

Gelsinger juga berhak atas 11/12 bagian dari bonus tahunannya untuk 2024, mengingat ia mengundurkan diri pada hari pertama bulan Desember.

Sementara itu, Intel menunjuk Chief Financial Officer David Zinsner dan eksekutif senior Michelle Johnston Holthaus sebagai co-CEO sementara, sembari dewan direksi membentuk komite pencarian khusus yang bekerja secara intensif untuk menemukan CEO baru pengganti Gelsinger.

Baca juga: Open AI Bikin Chip untuk Sora, Masa Depan Video Generatif & Revolusi Industri Film

Gagalnya Gelsinger Membangkitkan Intel dari Keterpurukan

Sebagai seorang CEO yang harus memimpin kembali perusahaan raksasa teknologi Amerika ini, Gelsinger menghadapi sejumlah tantangan besar.


Pada Juli 2021, Gelsinger meluncurkan rencana pemulihan Intel, meskipun perusahaan sudah menghadapi banyak masalah akibat kesalahan dalam produksi selama bertahun-tahun.

Untuk memperbaiki kondisi tersebut, ia memutuskan untuk mengeluarkan dana besar-besaran, termasuk membangun pabrik-pabrik baru senilai $20 miliar dan merekrut lebih banyak karyawan, hingga jumlah tenaga kerja Intel mencapai 132.000 orang.

Namun, rencana besar tersebut bertepatan dengan penurunan pasar laptop dan PC pascapandemi, yang menyebabkan margin keuntungan Intel turun drastis dan harga sahamnya anjlok, bahkan hingga lebih dari 60%.

Hal ini juga menambah minat pihak luar untuk mengakuisisi Intel. Sebagai akibatnya, Gelsinger harus mengambil langkah-langkah sulit, seperti melakukan pemecatan dan mempertimbangkan penjualan atau pemisahan beberapa aset perusahaan.

Meskipun pemerintah AS telah mengucurkan miliaran dolar untuk mendukung upaya Intel dalam memperkuat produksi chip domestik, Gelsinger gagal membawa perusahaan kembali ke jalur yang benar dan mengejar ketertinggalan.

Baca berita dan artikel yang lain di Google News.

(aia)

Share :