Avast dan Norton Merger, Penggunanya Dapat Manfaat ini

Fabian Pratama Kusumah . August 12, 2021

Foto: ZDNet

Teknologi.id – Dua perusahaan antivirus, NortonLifeLock (Norton) dan Avast dilaporkan telah merger dalam sebuah kesepakatan bernilai USD 8 miliar atau sekitar Rp115 triliun.

Merger kedua perusahaan antivirus ini terjadi setelah Norton mengakusisi seluruh saham Avast. Dengan bergabungnya dua perusahaan, kini Norton jadi perusahaan antivirus berskala lebih besar.

Avast merupakan perusahaan antivirus yang didirikan di Republik Ceko dan telah membuat software untuk konsumen dan bisnis kecil selama 11 tahun. Avast mengakuisisi perusahaan antivirus AVG lima tahun lalu.

Baca juga: Windows 11 Palsu Disusupi Virus Banyak Beredar, ini Cirinya

Sedangkan, NortonLifeLock mulanya adalah layanan konsumer milik Symantec yang tersisa setelah Broadcom mengakuisisi bisnis keamanan Symantec dua tahun lalu.

Produk antivirus Norton sendiri sudah ada dalam berbagai bentuk sejak 1991. Antivirus ini terus jadi pilihan populer bagi konsumen selama 30 tahun terakhir.

Bergabungnya kedua perusahaan akan memperkuat bisnis keamanan siber perusahaan. Pasalnya, serangan ransomware tengah meningkat dengan kasus high profile terjadi hampir tiap minggu.

"Dengan kombinasi ini, kami dapat meningkatkan platform keamanan siber publik dan membuatnya tersedia untuk lebih dari 500 juta pengguna," kata CEO NortonLifeLock, Vincent Pillete,

Dikutip Liputan6 dari The Verge, Kamis (12/8/2021).

Baca juga: Awas! Ini Dia Virus Komputer Paling Berbahaya di Dunia

Pillete juga menambahkan, merger ini membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk mengakselerasi inovasi guna mentransformasikan keamanan siber.

Merger keduanya ditengarai akan mengarah pada produk antivirus yang mencakup manfaat dari fokus Avast pada privasi dan pengalaman Norton dalam hal identitas, terutama ketika keamanan siber menjadi hal krusial bagi konsumen dan bisnis.

Bergabungnya kedua perusahaan akan memperkuat bisnis keamanan siber perusahaan. Pasalnya, serangan ransomware tengah meningkat dengan kasus high profile terjadi hampir tiap minggu.

Serangan semacam ini dapat menyebabkan masalah pada rantai pasokan perusahaan hingga insiden ransomware atau malware yang mempengaruhi konsumen biasa.

Konsumen pun kerap jadi korban ketika database kartu kredit atau informasi data privasi bocor.

(fpk)

Share :