Teknologi.id - Dalam menghadapi eskalasi konflik dengan Hamas sejak awal Oktober 2023, Israel mengklaim telah berhasil merekrut sejumlah hacker Muslim untuk bersama-sama melawan serangan siber yang terus meningkat.
Pernyataan ini muncul dari wawancara dengan Doron Amir, CEO CyTaka, yang memimpin upaya pertahanan siber serta kolaborasi dengan peretas dari negara-negara Muslim dan Arab. Pada periode konflik ini, Israel mengalami peningkatan serangan siber mencapai 55%, sebagian besar menargetkan situs web pemerintah dan keamanan. Amir menyoroti bahwa keberhasilan menghadapi ancaman siber tidak hanya bergantung pada keahlian taktis semata, melainkan membutuhkan pendekatan komprehensif dengan melibatkan lebih banyak profesional siber yang terampil.
Sejak tahun 2015, Israel telah membentuk Direktorat Siber Nasional yang berfokus pada perlindungan ruang siber sipil. Direktorat ini beroperasi sepanjang waktu, menjalin kerja sama dengan sektor swasta dan pakar keamanan untuk mendeteksi, mengelola, dan merespons ancaman dunia maya. Di tengah tantangan ini, Israel berhasil mengembangkan "Iron Dome" digital sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan siber.
Baca juga: "Perang di Israel dan Gaza" Jadi Topik yang Paling Banyak Dicari Selama 2023
Amir, sebagai pemimpin dari perlawanan serangan siber, telah menginisiasi pembentukan jaringan peretas dari seluruh dunia, termasuk dari kalangan Muslim. Fokusnya adalah melawan aktivitas anti-Israel, termasuk penyebaran disinformasi, perang psikologis, dan operasi siber ofensif yang mendanai organisasi teroris.
Meskipun undang-undang Israel melarang perusahaan siber swasta menyerang sistem siber internasional, kerjasama dengan peretas asing diizinkan untuk mengambil tindakan yang ditargetkan terhadap penyerang dunia maya yang mengancam Israel. Amir mendorong perlunya peraturan operasi siber yang bersifat ofensif bagi perusahaan swasta dan individu, dengan pengawasan dan akuntabilitas yang tepat.
Sementara Israel baru-baru ini menyetujui peraturan darurat dunia maya, Amir menyatakan dukungan, namun tetap menegaskan perlunya kebebasan bertindak yang lebih besar untuk menyelidiki dan merespons secara ofensif. Selain itu, ia menyoroti tanggung jawab penyedia internet dan komunikasi untuk memastikan integritas dan perlindungan infrastruktur mereka guna mengurangi risiko serangan siber. Dengan langkah-langkah ini, Israel terus berupaya menjaga keamanan siber di tengah ketegangan konflik yang terus berlanjut.