Foto: Feedzai
Teknologi.id – Saat ini kejahatan siber atau cybercrime yang dilakukan di internet telah merajalela. Kejahatan yang paling sering ditemukan adalah sebuah penipuan. Bahkan untuk sejumlah platform yang sering dipakai seperti WhatsApp, Google, Gmail sekalipun tetap rentan terkena kejahatan tersebut.
Jika modus penipuan saat dulu ramai ditemukan melalui SMS atau telepon biasa, kini para pelaku kejahatan telah meningkatkan modus tersebut ke tahapan yang lebih lanjut.
Platform kirim pesan seperti WhatsApp atau Gmail merupakan platform kirim pesan terbesar sekaligus memiliki peran yang cukup penting bagi orang-orang di jaman sekarang untuk mendukung berbagai macam kebutuhan, seperti dalam bekerja.
Dengan begitu, hal ini juga yang menjadikan platform tersebut sering kali dipakai untuk kebutuhan formal. Sebab itu pula, pelaku penipuan melancarkan modusnya dengan merekayasa identitas diri mereka agar terlihat seperti akun atau perusahaan resmi yang memberikan berbagai penawaran pada calon korban.
Lebih parahnya lagi, calon korban bisa saja terbuai dengan modus penipuan tersebut jika penipu mengirimkan sebuah pesan yang sifatnya erat dengan situasi atau kondisi yang mereka sedang alami. Seperti, jika korban sedang mencari pekerjaan maka ia dapat dengan mudah tertipu modus penipuan info lowongan kerja dari perusahaan palsu.
Baca Juga: Tips Mengatasi Video WhatsApp yang Tidak Bisa Diputar
Dilansir dari CNBC Indonesia, perusahaan keamanan siber, Kapersky merangkum sejumlah modus yang sering digunakan oleh para pelaku penipuan online lewat WhatsApp atau Gmail.
1. Chat Layanan Pelanggan atau Tech Support
Modus penipuan pertama yang banyak ditemukan adalah modus penipuan yang mengaku sebagai dukungan pelayanan teknis. Modus ini kerap kali menghubungi karyawan perusahaan dan mengatakan adanya aktivitas asing yang terdapat di komputer kerja.
Nantinya, pelaku penipuan akan menawarkan dirinya untuk memperbaiki kesalahan teknis tersebut secara jarak jauh sambil meminta informasi kredensial login karyawan.
Sasaran target penipuan ini bukan hanya karyawan dari perusahaan saja, namun bisa menyerang individu dengan melibatkan adanya kejanggalan terhadap suatu aktivitas. Biasanya aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas yang sering dilakukan di internet.
2. Chat dari Mitra Bisnis
Tak jarang juga, para pelaku penipuan berusaha menguras uang korbannya dengan berpura-pura menjadi CEO atau mitra bisnis, bahkan bank yang dipakai korban untuk menyimpan uang.
Modus penipuan ini umumnya berisikan lampiran berbahaya dengan mengirimkan pesan bersifat darurat atau bahkan pengumuman mendapatkan uang atau benda dengan harga yang fantastis.
Jika ditanggapi lebih lanjut, mereka akan berusahan membujuk korban untuk memberikan uang, biasanya dengan embel-embel uang muka atau uang dp yang akan dikembalikan di akhir.
3. Email Perusahaan Palsu
Para penipu juga ada yang menyamar sebagai karyawan atau orang perusahaan. Umumnya pelaku membuat domain yang mirip dengan perusahaan asli agar mendapatkan kepercayaan korban.
Seperti yang dikatakan diawal, terkadang email dari perusahaan palsu ini juga mengirimkan informasi lowongan kerja yang palsu juga. Hal ini juga patut diwaspadai, karena korban bukan mendapat pekerjaan, melainkan pemerasan dari penipuan tersebut.
4. Mengaku-ngaku Polisi atau Pihak Berwajib
Untuk modus yang satu ini, mungkin sudah sering kita dengar bahkan jauh sebelum penggunaan platform pengirim pesan ramai dipakai banyak orang. Meskipun tidak lagi dihubungi lewat ponsel, pada tahun 2022 di Amerika Serikat muncul modus yang meminta data resmi ISP (Internet Service Provider), jejaring sosial dan perusahaan teknologi disana.
Penipuan tersebut dikirimkan oleh email milik lembaga penegak hukum yang telah diretas. Mereka mengirimkan skenario pesan yang seolah-olah sangat mendesak.
Baca Juga: Shopee Hadirkan Metode Pembayaran COD Baru, Boleh Cek Dulu Paket Sebelum Bayar
Penipuan Online Lainnya
Sebagai masyarakat digital, kita harus cermat dalam membaca setiap pesan yang dikirim oleh akun-akun asing atau akun resmi sekalipun yang terlihat mencurigakan. Kita wajib melakukan konfirmasi atau pengecekan berulang kali terhdapa pesan yang masuk.
Sebab, sudah banyak yang menjadi korban dari modus penipuan ini. Bahkan, modus ini ada yang merembet hingga ke platform e-commerce tempat untuk bertransaksi jual-beli.
Modus penipuan yang sangat meresahkan masyarakat saat ini, salah satunya adalah modus link phising. Meskipun terlihat sepele, dampak dalam mengklik tautan phising tersebut sangat besar. Seluruh data informasi hingga rekening bank dapat terkuras karena hal tersebut.
Kita pun juga harus waspada dan jangan mudah tergiur dengan penawaran yang diberikan oleh orang asing di platform manapun, baik platform kirim pesan maupun media sosial agar terhindar dari modus kejahatan ini.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(NRA)