Foto: Insightful event, Koding Next, Indonesia
Teknologi.id - Tim marketing
dan Human Resource (HR) menjadi lebih terkoneksi dan lebih erat di era
transformasi digital saat ini.
Tim marketing mempunyai tugas untuk menarik banyak
pelanggan (customer acquisition), mengumpulkan prospek atau leads dari iklan online yang dikonversi
menjadi peluang untuk menjual suatu produk.
Di sisi lain tim HR bertugas untuk merekrut kandidat yang
cocok menjadi duta suatu merek atau brand (Brand
Ambassador).
Oleh karena itu, tim marketing
dan HR harus sejalan karena kerjasama yang baik sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan brand awareness di mata
masyarakat dan membuat employer branding
yang sukses.
Perkembangan teknologi sudah
berkembang pesat sebelum terjadi pandemi seperti saat ini bahkan melebihi
ekspektasi semua pihak.
Hal tersebut menimbulkan banyak
efek di antaranya perubahan cara kita bekerja dan berkomunikasi hingga cara
kita berperilaku secara keseluruhan.
Banyak perusahaan yang terpaksa
mengubah strategi bisnis mereka demi menyesuaikan keadaan yang menuntut
transformasi ke ekonomi digital apalagi
di masa pandemi ini.
Disinilah HR dan marketing
bersatu untuk menciptakan citra branding yang menarik, tidak terlupakan, dan
berkelanjutan
Dengan adanya hal ini, berarti kita tidak boleh memisahkan employer branding dari corporate brand – mereka saling terkait dan terhubung.
Jika employer branding tidak mengesankan, corporate
branding secara keseluruhan akan dirugikan juga.
Begitu juga sebaliknya, jika corporate branding
dilihat secara negatif, employer branding akan menderita yang akan
berdampak negatif dalam menarik dan mendapatkan
kandidat yang berkualitas.
Employer branding, citra branding yang
positif, dan kuat akan membantu mengurangi fluktuasi tenaga kerja, biaya per
perekrutan, dan waktu yang dihabiskan untuk merekrut kandidat yang tepat.
Dengan adanya keterkaitan yang positif diantara dua
hal ini, perusahaan juga otomatis mendapat lebih banyak pelamar kerja dengan
profesionalisme dan kualifikasi yang tinggi.
Konsistensi
adalah sebuah kunci, dimana para profesional dari departemen marketing dan
HR harus memastikan pesan yang mereka kirim tidak bertentangan: mereka
harus mengoordinasikan strategi mereka, merencanakan komunikasi, dan memastikan
pengalaman pelanggan dan kandidat ditangani dengan sempurna.
Di era digital saat ini, informasi menyebar sangat cepat, dan ini adalah tugas tim marketing dan HR untuk membuat sebuah informasi yang menciptakan citra positif dari sebuah perusahaan.
Value proposition
Foto: Integration event, Koding Next, Indonesia
Inti dari pengembangan merek/brand yang kuat
dan kepuasan pelanggan adalah menciptakan Unique Value Proposition(UVP) kamu.
Bagaimana dengan perspektif HR? Tentunya hal
serupa harus dilakukan saat menarik kandidat dengan kualifikasi yang tinggi. Dari
sisi HR, hal ini disebut Employee Value Proposition (EVP).
Namun, kedua pendekatan ini (UVP dan EVP) akan memiliki sedikit perbedaan
pada intinya: UVP mencoba meringankan "rasa sakit" konsumen yang
kamu targetkan, sedangkan EVP
akan "meringankan" rasa sakit calon karyawan masa depan Anda dengan
menawarkan bekerja di tempat yang unik, tempat yang ideal di mana setiap karyawan
dihargai, dibayar dengan adil, memiliki peluang untuk pengembangan diri,
pertumbuhan karier, dan rekan kerja hebat di sekitar mereka.
Setelah kamu menyusun serangkaian nilai yang akan
menarik kandidat terbaik yang tepat untuk perusahaan kamu, hal yang harus
ditentukan adalah di mana dan bagaimana cara mengaplikasikan hal tersebut.
Ini harus dimulai dengan situs web kamu yang
tersedia dengan halaman karier, dan tentu saja, setiap iklan pekerjaan yang kamu
posting harus mencerminkan
nilai-nilai inti yang mengelilingi merek kamu.
Ingat, bahwa tidak ada yang membangun situs web
lebih baik daripada tim marketing.
Dengan munculnya media sosial seperti LinkedIn, Instagram, Facebook, TikTok, dan lainnya menjadi tempat yang sempurna untuk meningkatkan kesadaran dan popularitas merek perusahaan Anda.
“Mereka sangat ingin membagikan testimoni mereka karena semua memiliki kisah yang benar-benar inspiratif untuk dibagikan: dari mendaki ke puncak “from zero to hero” hingga menemukan bakat dan hasrat bawaan dan benar-benar menambah nilai bagi perusahaan,” ucap Evelina.
Foto: Event marketing di Deloitte, arsip pribadi
Kamu bisa mengizinkan
karyawan kamu untuk
mengambil foto dan video yang bersifat positif tentang pekerjaan mereka di
perusahaan kamu (perhatikan informasi sensitif!), rekam video dengan testimoni
mereka; "hari kerja" mereka, bagikan kisah mereka bergabung dengan
perusahaan dan kemudian berkembang di dalamnya, tunjukkan caranya karyawan kamu
berpartisipasi dalam mempersiapkan setiap produk untuk klien kamu dengan hati-hati.
Ingat, bahwa media sosial kamu dilihat oleh berbagai
kelompok audiens: potensial kandidat, karyawan saat ini, dan potensial klien
dan yang sudah ada (namun, mereka dapat bertukar tempat dalam fase siklus yang
berbeda).
Semua kelompok ini akan mendapat kesan dari postingan di media sosial. Contohnya seperti kualitas produk yang ditawarkan perusahaan, suasana kerja, citra positif perusahaan, dan nilai-nilainya serta kesejahteraan karyawan: karyawan yang bahagia membuat kesan yang lebih baik.
Foto: Evelina Senyavina, Marketing Manager di Koding Next
“Salah satu pujian terbaik bagi kami adalah ketika karyawan kami sendiri membeli produk kami. Ini menunjukkan kesetiaan dan kepercayaan mereka pada kualitas. Semua ini tidak akan mungkin terjadi jika departemen HR dan Marketing tidak berkolaborasi dengan baik,” kata Evelina.
Kesimpulannya, ketika marketing dan HR
bekerja sama, keduanya sama-sama diuntungkan dari kolaborasi tersebut.
Keuntungan tersebut bermanfaat
bagi karyawan, konsumen, dan pelamar kerja. Memang, menarik bakat terbaik tidak
selalu mudah, tapi yang pasti untuk
membuatnya lebih mudah adalah merek perusahaan yang kuat yang bisa membuat
reputasi kamu benar sehingga dapat meningkatkan peluang kamu untuk menemukan dan
mempertahankan karyawan terbaik.
Tentu saja jangan lupakan untuk bersikap fleksibel dan sesuaikan rencana kamu dengan market yang selalu berubah dengan tren dan permintaanya.
(Evelina Senyavina)