Foto: FairPlanet
Teknologi.id - Gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer menjadi
penyebab Bumi menjadi lebih hangat dalam beberapa abad terakhir.
Terdapat berbagai macam gas rumah
kaca, salah satunya metana (CH4). Metana adalah gas rumah kaca yang paling
melimpah kedua setelah karbon dioksida.
Hasil studi menyebut metana
memerangkap panas kira-kira 30 kali lebih banyak daripada karbon dioksida.
Metana di udara di antaranya
disumbang oleh sapi. Sapi menghasilkan metana dalam dua cara utama, melalui
pencernaannya dan melalui kotorannya.
Melansir lets talk science,
metana membentuk sekitar setengah dari total gas rumah kaca yang dikeluarkan
sektor itu.
Sapi adalah bagian dari kelompok hewan yang disebut ruminansia. Ruminansia memiliki perut dengan empat ruang yang berbeda. Domba, kambing, dan jerapah juga jenis hewan ruminansia.
Baca juga: Teknologi Belum Sanggup Menantang Jalan Bersalju
Namun, perlu diketahui sapi
melepaskan metana terutama melalui sendawa mereka (bersendawa). Sisanya keluar
sebagai perut kembung (kentut).
Ada beberapa jenis makanan yang
membuat sapi menghasilkan metana lebih banyak. Misalnya, mencerna jerami dan
rumput menghasilkan lebih banyak metana daripada jagung.
Para ilmuwan sedang mempelajari
alternatif pakan sapi yang dapat menghasilkan lebih sedikit metana.
Misalnya, para ilmuwan mencoba
menambahkan rumput laut ke makanan sapi. Mereka berharap rumput laut dapat
menghambat enzim tertentu yang terlibat dalam produksi metana.
Berdasarkan prediksi, ada 1,4
miliar sapi yang hidup di Bumi pada awal tahun 2020. Satu ekor sapi
diperkirakan mampu menghasilkan 250 hingga 500 liter metana setiap hari.
Melansir CNN Indonesia dari Washington
Post, sapi bertanggung jawab atas 62 persen emisi pertanian.
Sehingga, makan daging atau minum susu sapi adalah salah satu langkah paling kuat yang dapat diambil seseorang untuk melindungi planet Bumi.
Baca juga: Beberapa Prediksi Kapan Terjadinya Hari Kiamat Menurut Sains
Mengurangi konsumsi daging sapi
memiliki keuntungan yang jauh melampaui pengaruhnya terhadap iklim, kata para
ilmuwan.
Mengubah lahan peternakan menjadi
hutan juga akan menciptakan habitat baru dan mengurangi dampak pertanian
terhadap polusi air.
Mengurangi konsumsi daging sapi
juga tidak berarti kita harus meninggalkan daging sapi sepenuhnya.
Selain bagian penting dari
warisan budaya masyarakat, daging sapi juga merupakan sumber protein yang
penting bagi jutaan orang di tempat-tempat yang kekurangan protein.
Para pendukung pengurangan
konsumsi daging mengakui bahwa etika makanan itu rumit dan seringkali bersifat
pribadi.
Jika pemakan daging sapi terbesar
di dunia membatasi konsumsi mereka hingga setara dengan 1,5 hamburger per
minggu (sekitar setengah dari apa yang rata-rata orang di AS makan saat ini).
Ranganathan berkata planet ini
dapat mendukung populasi 10 miliar orang tanpa harus mengubah hutan lagi
menjadi tanah pertanian.
Pergeseran itu juga akan
menghindari sekitar 5,5 miliar ton emisi gas rumah kaca setiap tahun, setara
dengan emisi dari dua India.
(fpk)